webnovel

CHAPTER 2

Christal duduk di kursi meja kerjanya, di situ terdapat komputer, beberapa berkas, laci yang menghiasi mejanya serta di samping meja itu terdapat rak buku yang berisikan puluhan novel yang tersusun berdasarkan warna.

Christal terseyum manis melihat puluhan novel yang telah memenuhi rak yang baru-baru ini ia beli. Bisa di bilang Christal adalah 'maniak novel.'

Sejak masa remaja dia memang suka pergi ke toko buku untuk membeli beberapa novel dan selesai membacanya dalam waktu kurang dari dua minggu. Oleh sebab itu dia memiliki banyak novel-novel dari berbagai penulis, Christal menyebut itu sebagai 'koleksi terindahnya.'

Dia merasakan seluruh perasaan yang tak pernah dia rasakan saat membaca, mulai dari sedih, tertawa, bahagia, marah bahkan jatuh cinta pada karakter yang di bangun sangat baik oleh si penulis.

Christal sekarang tengah menggunakan piyama bersiap untuk tidur, tapi entah kenapa langkahnya tertarik untuk berada sejenak di ruang kerjanya. Dan sekarang di sinilah posisinya, sedang duduk sambil mengelus buku yang memiliki cover berwarna pink dan juga pulpen yang senada dengan warna cover buku itu. Terlihat sangat manis.

Sebelumnya dia agak kesusahan menemukan buku itu, lantara dia yang lupa meletakannya dimana. Pikirnya dia menaruh buku itu pada salah satu selipan novelnya, tapi setelah di cari lagi Christal menemukannya di dalam laci meja kerjanya sendiri.

Di cover bagian dalam buku itu tertulis namanya 'Rinzeel Christaly Pembuat Quotes'

Dia terkikik sejenak mejadari bahwa dirinya sangatlah kekanakan. Melupakan umurnya yang di tahun ini akan menginjak angka 25. Christal menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu jemari lentiknya terulur untuk membuka halaman pertama pada buku itu.

Definisi cinta:

"Sebuah iblis dalam bentuk malaikat."

~Rinzeel Christaly

Halaman ke dua.

"Kita adalah ketidak sengajaan yang di atur baik oleh Tuhan. Dan aku menyesal pernah ada di dalam ketidak sengajaan itu."

~Rinzeel Christaly

Halaman ke tiga.

"Suwaktu-waktu aku sulit membedakan mana delusi, mana halusinasi dan mana yang nyata. Dan terkadang aku tidak sadar saat aku merasa mania, depresi ataupun di tengah."

~Rinzeel Christaly

Raut wajah Christal berubah menjadi sendu dan matanya yang mulai berkaca-kaca. Dia terus membalik halaman buku itu dan membaca kalimatnya sampai dia sampai pada halaman ke 19 dia berhenti dan membaca dengan perlahan dan mengulang-ulang kalimat yang dia tulis.

"Mungkin ini yang dinamakan klimaks rasa sakit, seperti gelas pecah yang terjatuh. Berusaha kembali utuh meski tak akan sama lagi seperti dulu."

~Rinzzel Christaly

Detik berikutnya dia meneteskan air mata dan memejamkan matanya sambil terisak pelan. Jika boleh jujur buku itu bukan sekedar kata-kata mutiara saja, tapi lebih seperti catatan harian kehidupannya.

Kebiasan buruknya adalah tidak suka menulis sesuatu yang telah tergambar jelas di memorinya, atau lebih tepatnya dia terlalu malas menulis panjang lebar, karena itu dia lebih suka mendeskripsikan perasaan dalam sebuah kalimat kecil dari pada menulis panjang lebar dalam sebuah buku diary.

Cukup hanya membaca kata per kata dalam buku itu dan dia sudah paham apa yang waktu itu pernah terjadi padanya. Dia menyekat air matanya dan membalik kembali halaman buku itu sampai ke halaman terakhir kali dia menulis.

Halaman 33.

"Semua manusia pasti memiliki luka dan tak semua luka bisa di sembuhkan. Luka akan selalu meninggalkan bekas, dan yang bisa kita lakukan hanyalah merelakan apa yang terjadi, agar semakin tak terbebani."

~Rinzeel Christaly

Kata-kata itu yang selalu menjadi semangatnya, membuat dia terus tabah dan bertahan dalam bayangan rasa sakit.

"Semua orang punya luka dan cara mengobatinya adalah merelakan." ucapnya pelan, tangannya terulur untuk menyentuh dadanya yang selalu gemetar setiap dia mengatakan hal itu.

Hatinya menjadi lebih kuat bersaman dengan bayangan kelam masalalunya yang langsung menyeruak masuk ke dalam memorinya. Hal itu selalu berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Aku yakin aku bisa melewati semua ini." ucapnya mantap lalu tangannya terulur mengambil pena yang dia letakan disamping note book itu.

"Hari ini adalah masa depan dan kemarin adalah masa lalu."

~Rinzeel Christaly

~ ♡ ~

Christal mengacak rambutnya frustasi, bagaimana mungkin boss icenya itu tega memberi tugas sebanyak ini padanya, padahal baru 24 jam yang lalu dia di terima di perusahaan ini.

Pintu ruangannya di ketuk pelan tapi Christal enggan menoleh dan masih memfokuskan matanya pada layar komputer. Dia hanya menyuruh orang itu langsung masuk saja.

"Apa anda habis terserang badai topan?" suara bariton itu membuyarkan fokus Christal pada layar komputer dan menoleh dengan tampang masam.

Dia tersentak dan langsung bangun dari posisi duduknya sambil menyisir helai rambut yang berantakan menggunakan jemari tanganya dan membenahi pakaiannya yang sedikit berantakan.

Christal menjadi malu plus kikuk saat mendapati bahwa atasannya itu sekarang tengah berada di ruangannya dan memandangnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Atau jangan-jangan anda habis bercumbu mesra bersama seorang pria? Maka dari itu anda menutup horden di ruangan ini agar tidak ada yang tau apa yang sedang anda lakukan di dalam?" tanya Key penuh selidik.

Sontak ucapan Key membuat mata Christal membulat sempuran seakan mata itu ingin melompat keluar dari tempatnya.

"Jangan melotot seperti itu atau matamu sebentar lagi akan keluar dari tempatnya." ucapnya datar.

Detik berikutnya seorang teknisi masuk kedalam ruangan Christal.

"Di situ cctvnya lepaskan saja, lagi pula tak ada gunanya memperhatikan gadis konyol seperti dia." intruksi Key lalu melangkahkan kaki inggin pergi dari ruangan tersebut.

"Tunggu,apa anda mengawasiku?" ucapan Christal menghentikan langkah Key sejenak tapi dia tidak berbalik melainkan hanya menoleh.

"Jagan terlalu percaya diri, sebelum anda, kekasihku yang menempati ruangan ini aku hanya ingin selalu melihatnya, dan sekarang dia sudah tidak bekerja disini, lalu untuk apa aku memasang cctv disini? Untuk mengawasi mu? Huh.. membuang-buang waktu saja." ucap Key sambil memutar bola matanya malas.

"Iya, iya saya paham tapi berati kamera itu... " Christal meunjuk ke arah cctv yang sekarang akan dilepaskan, "Kemari anda masih melihat apa yang saya lakukan?" lanjut Christal.

"Melihat tingkah mu seperti orang gila? Ya... aku melihatnya dan hal itu membuat kepala ku pusing."

"Tapi... "

"Sudahlah lebih baik anda segera menyelesaikan tugas anda... " Key menjeda ucapannya lalu berbalik menghadap Christal.

"Sebelumnya saya minta maaf, karena anda baru bergabung di perusahan ini dan langsung di suguhi banyak tugas, tapi tolong mengerti bahwa saya tak mungkin melakukan semuanya sendiri dan karyawan lain juga tak bisa menghandel pekerjaan seorang GM, karena itu bukan bidang mereka. Anda mengerti?"

Christal mengangguk dan detik berikutnya Key keluar dari ruangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Christal tertunduk gusar lalu menenggelamkan wajahnya dalam tangannya yang telah dia lipat di atas meja.

"Ohh, aku malu sekali. Mau dimana di tarauh wajahku ini? Kenapa aku bodoh sekali melakukan kekonyolan seperti itu? Argg... " ucapnya frustasi.

"Maaf nona pekerjaan saya sudah selesai saya permisi." ucap teknisi itu lalu melangkah keluar dari ruangan Christal.

Christal mendongkak dan melihat teknisi itu meninggalkan ruangannya.

"Tutup juga pintunya." ucap Christal dengan sedikit berteriak dan kembali menenggelamkan wajahnya.

~ ♡ ~

Pukul sudah menunjuka jam 22 lebih 15 menit. Yang bisa di dengar hanyalah detik jam, suara keyboard komputer yang sedang digunakan mengetik, serta nafas gusar yang terdengar dari mulut Christal.

"Argg, bos sialan sudah jam 10 malam lebih, dan aku belum pulang, dasar menyebalkan kenapa dia memberiku sungguh banyak pekerjaan? Sampai jam berapa aku akan tetap disini?" ucap Christal kesal.

"Kenapa anda meminum banyak sekali kopi?" tanya pria itu saat melihat ada 2 gelas cangkir kopi yang menyisakan ampasnya dan satu lagi yang baru di minum setengah di atas meja Christal.

"Huh, kau tau CEO itu memberiku setumpuk berkas dan besok harus selesai, sampai aku tak bisa pulang karena pekerjaan ku belum selesai juga saking banyaknya." ucap Christal tak sadar dengan siapa dia bicara.

"Apa itu adalah bahan meating besok?"

Christal mendongak ingin mengetahui dengan siapa dia bicara. Dan detik berikutnya dia kembali terkejut seperti tadi pagi saat melihat Key sudah ada diambang pintu ruangannya yang terbuka lebar.

"Ehh, Mr. Keylone. Maaf saya tak menyadari anda berada di sini." ucap Christal yang sudah bangkit dari tempat duduknya.

Key berjalan ke arah Christal seketika membeku di tempat. Key menarik kursi di depan meja Christal lalu meletakannya di dekat kursi Christal lalu duduk dan menarik lengan Christal agar kembali ke posisi awal.

Mereka sekarang duduk bersebelahan lalu Key membuka suara sambil tanganya terulur untuk melihat berkas yang tengah di kerjakan Christal.

"Saya akan membatu anda agar besok bahan meating ini cepat selesai. Jika saya mempercayakannya kepada anda saya takut, bisa-bisa meating besok di batalkan karena proposalnya belum selesai."

Christal menganguk kikuk lalu ikut juga mengerjakan proposal yang baru setengahnya selesai.

Mereka mengerjakan proposal itu dalam diam, hanya ada suara ketikan keyboard yang di tekan serta bunyi detik jam.

35 menit berlalu...

Waktu yang bahkan lebih cepat dari prediksi Christal, tapi terasa sangat lama untuknya karena matanya yang sangat mengantuk dan telah menuntut untuk segara di pejamkan.

Key beranjak dan memasukan flashdisk berwarna abu itu kedalam saku jasnya.

"Besok saja di print, lebih baik anda segera membereskan peralatan anda. Saya akan mengantar anda pulang, tidak baik jika seorang wanita berpergian sendiri di larut malam hari begini."

Christal mengangguk lalu meraih tasnya dan mengikuti langkah besar Key, matanya sudah terlalu lelah dan tidak ada salahnya menerima tawaran atasannya itu.

Mereka telah sampai di parkiran mobil, Key menyuruh Christal langsung masuk saja. Tetapi, akibat Christal yang terlalu mengantuk sehingga kepalanya membentur pintu mobil.

"Aww... " ringisnya pelan saat kepalanya membentur pintu mobil saat dia akan masuk ke dalam mobil Key.

Key melihat kejadian itu dan tertawa kecil. Lalu tanpa ada percakapan Key melanjukan mobilnya membelah jalan yang sepi.

~ ♡ ~