webnovel

Graffiti Of Life

Autres
Actuel · 18.2K Affichage
  • 13 Shc
    Contenu
  • audimat
  • N/A
    SOUTIEN
Synopsis

Cerita ini hanya fiksi belaka, Tak ada niatan dari kisah nyata dari kehidupan author. Hanya melihat dari gambaran hidup seseorang yang di kutif dari hayalan.

Chapter 11~Memaafkanmu

Dia bagaikan malaikat tanpa sayap yang ada di bumi

Matanya berbinar bercahaya

Senyumnya semanis candu

Tangannya yang selembut sutra

Kelembutan hatinya

yang selalu mendoakanmu dan ketegaran jiwanya berusaha untuk selalu melihatmu.

Ibu....

Siapakah ia?

Dimanakah ia berada?

Kemana aku harus menemuinya?

Semua pertanyaan itu tertuju padanya

Ibu....

***

~Adira Maulida~

Aku lahir 26 tahun yang lalu. Ibu meninggalkan ku saat umurku 1,5 tahun. Ibu memutuskan untuk berpisah dengan ayahku dengan meninggalkanku yang masih balita. Entahlah bagaimana perasaanku saat itu, tak pernah ku ingat. Ia menguap abadi bersama dengan kenangan masa kecilku.

Dan sejak saat itu hingga sekarang aku dirawat oleh ayahku. Aku tumbuh dengan baik, Fisikku sehat, Tak kurang makanan sedikitpun. Ayahku merawatku dengan sangat baik. Tak kurang kasih sayang yang ia berikan padaku. Ia memanjakanku sebagaimana anak kecil yang dimanjakan kedua orang tuanya. Ia memenuhi setiap kebutuhanku. Ia mendidikku seimbang antara dunia dan akhirat. Bisa dikatakan hidupku sempurna.

Namun sesungguhnya jiwaku cacat. Hidupku bagaikan tanpa ruh. Hatiku terluka. Yang hanya bisa kulakukan hanya menangis di sudut kamar setiap kali aku merindukan ibu. Tak ada orang yang tahu. Tak pernah ku ceritakan lara ini pada siapapun. Yang orang lihat, aku tumbuh layaknya anak lainnya. Yang orang tahu, aku selalu tersenyum dan yang orang tahu aku selalu baik-baik saja. Karena apa yang tampak di mataku belum tentu itu yang dirasakan hatiku.

Aku selalu dapat juara di kelas. Berbagai pujian dan rasa bangga berdatangan dari segala penjuru. Tapi aku tak pernah bangga. Untuk siapa nilai-nilaiku ini? Untuk siapa juaraku ini? Jika ibu tak ada di sampingku. Jika ibu tak pernah ada untukku. Semua sia-sia belaka pikirku. Di setiap pengambilan raport adalah hal yang paling membuatku sedih. Kenapa? Karena tak pernah sekalipun raportku diambil oleh ibu.

Disaat anak-anak lain memperlihatkan hasil terbaik ke ibu mereka, disaat ibu mereka datang ke sekolah, kulihat teman-temanku diberi ucapan selamat, diberi pelukan hangat oleh ibu mereka. Ada pula yang dinasihati dan dimarahi. Melihat itu seperti fatamorgana bagiku. Aku iri. Aku juga ingin mendapat ucapan selamat dari ibu, aku ingin merasakan hangatnya pelukan ibu. Aku juga ingin dimarahi ibu jikalau aku mengecewakannya. Tapi tak pernah kudapat semua itu.

Aku ingat betul kejadian saat perpisahan kelulusan SD. Siswa-siswa yang masuk peringkat 6 besar dipanggil untuk naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan beserta orang tua/walinya. Dan aku salah satu yang menerima penghargaan tersebut. Semua siswa dan orang tua/walinya sudah naik ke atas panggung. Kecuali aku yang datang hanya bersama ayahku. Di sana ayahku tersenyum bangga melihatku mendapatkan piala juara 1 ayahku begitu antusias menyemangati ku untuk terus meningkatkan lagi prestasiku, aku bahagia karna disaat pembagian raport dan penghargaan bersama ayahku, walaupun tidak bersama ibu.

Aaahhh. Aku tak tahu bagaimana perasaanku di hari itu. Sungguh aku ingin menangis, namun ku tahan. Aku malu. Aku malu terlihat menyedihkan bagi orang-orang. Aku malu terlihat lemah. Aku tak mau orang-orang kasihan kepadaku. Rasanya menyedihkan dikasihani banyak orang bagiku.

Sejak kejadian itu, aku benci ibu. Aku benci ibu yang tak pernah ada untukku. Tak pernah ada untuk mendengarkan keluh kesahku. Tak pernah ada saat ku sakit. Tak pernah ada di depan pintu menyambutku sepulang sekolah. Tak pernah ada di sisiku menemaniku tidur. Tak pernah ada walau hanya seukir senyuman di wajahnya. Seiring bertambah usiaku, aku terbiasa tanpa ibu.

Aku mencoba menguatkan hati, "Kamu bisa kok, tanpa ibu. Ibu hanyalah status. Buat apa punya ibu jika ia tak pernah ada untukmu. Banyak kok ibu yang single parent kerja tapi ada di samping anaknya, ngurusin anaknya," ujarku angkuh.

Aku selalu berpikir bahwa keputusan ibu meninggalkanku sejak aku balita adalah kesalahan terbesar yang ia perbuat. Aku tak peduli apapun alasannya. Untuk masa depanku lah, untuk aku bisa bertahan hidup lah, untuk aku sekolah, intinya sekali ia memutuskan untuk pergi, ia telah pergi dari kehidupanku.

Di saat aku mulai melupakan masa lalu, di saat hati ini mulai berdamai dengan rasa sakit, ketika romantisnya masa depan berdua denganmu sudah membayang indah dalam benak, ada kabar yang tidak enak kau memutuskan untuk menikah lagi, ibu. Entah dari mana kabar itu?. Dan sungguh untuk kedua kalinya, hati ini terluka. Jauh lebih perih dari sebelumnya. Ia terluka bertubi-tubi.

Namun aku menyadari, bahwa aku juga harus sungguh-sungguh berdamai dengan hatiku. Ia harus sembuh dari lukanya. Ia harus bersih dari noda amarah dan rasa benci yang terus menggerogoti. Dan salah satu caranya ialah dengan memaafkanmu ibu. Dan mungkin memaafkan diriku yang egois, yang tak pernah memahami dan mau tahu perasaanmu.

Karena bagaimanapun hebatnya aku, aku terlahir dari rahimmu. Yang engkau bawa kemanapun sembilan bulan lamanya dengan susah payah. Yang selalu engkau doakan untuk menjadi anak shalihah, yang selalu engkau pikirkan bahkan di saat matamu terpejam. Mungkin aku tak tahu, kau menangis setiap saat di seberang sana merindukanku. Barangkali aku juga tak tahu, bahwa meninggalkanku adalah hal yang sangat kau sesali dalam hidupmu, yang karena itu tak pernah nyenyak tidurmu.

Jika aku merindukanmu sebesar dunia, maka engkau merindukanku sebesar angkasa. Jika aku memikirkanmu berkali-kali, maka engkau memikirkanku berjuta-juta kali...

Ibu, walau jarak memisahkan kita, namun hati selalu menyatukan kita untuk saling merindu berpacu dengan waktu.

Vous aimerez aussi

Istri Kecil CEO Tampan & Dingin

S1. Arjun adalah CEO yang dingin saat masa lalunya pergi darinya. Arjun bahkan bersumpah jika dirinya akan menikah dan memiliki empat orang istri di depan masa lalunya. Wanita yang pertama dinikahi oleh Arjun bernama Nike, istri kedua Nurul, istri ketiga bernama Nurma, dan istri keempat bernama Dinda. Arjun menikah dua kali lagi setelah istri ketiganya meninggal dunia dan juga istri keduanya di ceraikan nya. Salah satu dari kedua istrinya yang baru adalah masa lalu dari Arjun yang sangat ia cintai dan itu membuat Dinda sangat cemburu. Cara Setelah beberapa tahun kemudian Arjun menceraikan istri dari salah satu istri yang baru itu untuk hidup berbahagia dengan laki-laki yang sangat di cintanya. Bisnis. Dari ketiga istrinya tidak ada yang bisa menarik perhatian dari Arjun dan juga Arjun meniduri salah satu dari ketiga istrinya, hingga akhirnya Arjun jatuh cinta pada istri keempatnya yaitu Dinda. Dari Dinda lah Arjun merasakan dicintai dengan tulus mencintai Arjun. Dinda dan Arjun dikaruniai dua orang anak. Keduanya pernah terpisah, lamanya empat tahun mereka terpisah karena ulah dari adik sepupu Arjun yang jahat. Setelah kejadian itu Dinda lah yang menjadi istri satu-satunya Arjun. Arjun dan Dinda di karunia dua orang yang pertama bernama Rifki dan yang kedua bernama Titah, kedua anak Arjun dan Dinda hanya berbeda lima tahun. S2 Rifki terpaksa menikah karena ancaman pamannya (adik sepupu dari ayahnya), apa bila dia tidak mau menuruti permintaan pamannya akan memberhentikan semua pengobatan ayahnya. Ayahnya harus mencangkok jantung demi ayahnya tetap terus hidup dan juga menunggu ayahnya sampai mendapatkan jantung yang cocok maka pamannya yang membiayai berobat ayahnya. Titah di jodohkan oleh anak dari mantan istri ketiga ayahnya tentunya setelah paman mereka mati di bunuh oleh putrinya sendiri dengan perintah dari suaminya. S3 Rizky adalah anak satu-satunya Rifki yang takut sekali dengan wanita, setiap ada wanita yang mendekat padanya Rizky langsung lari ketakutan. Sampai akhirnya Rizky bertemu dengan Tasya lalu kemudian Rizky memilih menikah dengan Tasya. Sementara Titah memilih tinggal di luar negeri bersama dengan suaminya mengurus perusahaan atau bisnisnya di sana bersama dengan ketiga anaknya setelah Arjun dan Dinda meninggal dunia. Dan beberapa tahun berlalu Titah dan suaminya memilih untuk kembali ke indonesia, dan juga mengurus perusahaan nya yang ada di indonesia.

Daoistovzdb · Autres
Pas assez d’évaluations
89 Chs

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau
Riska_fauziah
Riska_fauziahAuteur

Kring…kring…kring… Bel berbunyi. Pagi hari berbunyi tiga kali sebagai tanda masuk ke kelas untuk belajar. Dua kali untuk tanda istirahat. Dan tiga kali di waktu siang sebagai tanda bahwa jam sekolah sudah selesai.  Siang ini Pak Robbi menyuruh kami maju ke depan satu persatu, menyetor hapalan surat Juz Amma.  Dan begitu bel tersebut dibunyikan, kulihat teman-teman langsung kasak-kusuk di bangku masing-masing.  “Baiklah, anak-anak. Bapak rasa cukup sekian dulu untuk hari ini. Bagi yang belum kena giliran maju ke depan, tolong dilancarkan hapalannya di rumah!” Kemudian Pak Robbi mengemas semua buku-buku di mejanya dan setelah mengucapkan salam, beliau lalu keluar.  Aku mengambil bukuku dari bawah meja dan ku masukkan ke dalam tasku yang resleting-nya sudah terbuka. Aku ingat tas ini dibelikan ayahku saat aku baru masuk sekolah dan tentu saja masih aku pakai sampai saat ini. Hmmm aku jadi rindu ayah hehe... * * Siang itu, selepas pulang sekolah. Rumah kecil ini begitu terasa luas lantaran hanya ada kami berdua yaitu aku dan bibiku. Sebuah televisi yang kini ku tuju. Tv ini menjadi satu-satunya hiburan kami setelah pulang dari aktifitas hiruk pikuk. Sofa yang cukup empuk dan segelas minuman Dingin menemani siang ini bersama acara televisi acara makan-makan yang penyiarnya selalu saja bilang “enak” meski baru satu . Di ruang ini remote tv terkadang menjadi seperti benda ghaib yang kasap mata karena sering terselip dibawa kemana-mana. Chanel tv selalu ku ganti setiap kali iklan untuk mencari siaran televisi yang masih menghibur.    “tok, tok, tok” ketukan pintu terdengar memecah focus. “assalamualaikum,..” sembari pintu dibuka. Ternyata Rara, dia akan menginap malam ini kebetulan besok adalah hari libur. "Rara...! " kaget "Assalamualaikum nyonya Adira" Tersenyum meledek "Waalaikumsalam. katanya malam ini kamu gak mau nginep, kenapa berubah pikiran?" "Nyonya Adira gak mungkin kan aku menolak tawaran sahabatku ini" sebari memegang rambut lurusku "Oke lah kalo begitu awas ya kalo aneh-aneh" "Hrrrrrrr... aneh kenapa?" "Abisnya sikafmu akhir2 ini aneh sihh gara-gara kakak kelas itu ya... " "Ya... Abang ganteng uuuhhhh... aku sukaa dia" memeluk bantal dengan senyum sumringah "Isss gak waras niii bocah" menggeleng gelengkan kepala heran Ya, itulah temanku sekaligus sahabatku Rara dia orangnya asik, tapi akan jadi gila kalo melihat cowok tampan sedikit. Berasa ingin memiliki tapi tak ada cowok yang melirik. Kasihan sekali kau wanita pejuang hati yang sakit. "Waktunya makan...  Adira ajak temanmu itu makan" bibi yang berteriak di ruang makan "Aku datang, Rara ayoo makan" "Siap nyonya untuk urusan perut aku duluan" berlari menuju ruang makan "Yaaaa... Dasarr wanita anehh...tunggu aku" aku berlari menyusul Inilah yang kami tunggu-tunggu, nasi padang dengan kuah santan yang menggiurkan. Sudah sering bibi membuat makanan yang selalu enak-enak. Ya, tentu saja enak karena kami makan saat perut benar-benar kelaparan. Rara pun sudah sangat sering numpang makan di rumahku. Aku selalu bersyukur dalam satu bulan kedepan kini tersisa 29 hari untuk menunggu ayah pulang banyak hal yang bisa aku lakukan bersama bibi dan juga Rara. Walupun di hidupku tidak ada seorang ibu tapi aku memiliki bibi. Bibiku bernama Arum dia adik perempuan dari ayahku, bibiku berumur 25 tahun dia belum menikah dan berkeluarga hmmm... entah kenapa padahal umurnya sudah matang untuk menikah

SOUTIEN