webnovel

Godaan Sang Mantan (Versi Awal)

Auteur: BiruTosca
Urbain
Actuel · 148.8K Affichage
  • 15 Shc
    Contenu
  • audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Jalan hijrah tidaklah selicin jalan tol. Inilah yang dihadapi Tania. Setelah memutuskan berhijab dan putus dari Erlangga, dia diuji konsistensinya. Erlangga selalu saja menganggunya. Beruntung Tania punya kakak yang sangat melindunginya. Rendra, kakaknya punya cara agar Erlangga menjadi sosok kekasih impian yang pantas untuk Tania. Apakah yang dilakukan Rendra? Di sisi lain, Tania pun harus menghadapi Kevin yang menjadi dosen pembimbing skripsinya. Meskipun sudah hijrah, perasaan lelaki itu tak berubah. Mampukah Kevin dan Tania menjaga hatinya masing-masing?

Étiquettes
4 étiquettes
Chapter 1Putus yang Tak Mulus

"Tania, aku berangkat ya," suara lelaki itu memecah pagi.

"Tunggu, Kak. Bentaaar lagi! Sabaaar dong, Kak." balas Tania

Di dalam kamar, gadis itu mematut dirinya di depan cermin cukup lama. Entahlah, dia sudah berganti gamis dan kerudung untuk yang ke berapa kali.

Bagaimana ya kalau Kak Rendra lihat penampilanku? tanya gadis berlesung pipi itu dalam hati.

Sudah ah, aku nggak akan ganti lagi. Sudah siang, takut telat berangkat kuliah.

Sementara dari luar kamarnya, Rendra sudah berulang kali melihat jam di dinding. Dia mondar-mandir dan tampak gusar.

"Tania Kusuma Wardhani, kamu lagi ngapain sih kok lama banget!"

"I.. iya … tunggu, Kak," Tania tersenyum. Buru-buru dia menggendong tasnya. Dia pastikan semua buku materi kuliah hari ini sudah masuk ke tasnya.

Begitu gadis berhijab itu keluar, kakak lelakinya terhenyak. Suasana seketika hening.

"Ayo, Kak. Sudah siang kita berangkat!" seru Tania.

Rendra masih mematung. Sama sekali dia tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Matanya terbelalak dan tubuhnya benar tak bergerak persis maneken.

Tania terdiam menatap kakaknya sambil menyunggingkan senyum manis lesung pipinya. Dia buru-buru mengibas-ngibaskan tangannya ke arah muka Rendra. Kini giliran Tania yang balik membalas Kakaknya.

"Rendra Kusuma Wardhana, ayo lekas berangkat! Ada apa dengan Kakak hari ini? Kenapa bengong?" Tania mendekatkan wajahnya ke arah Rendra sambil tersenyum menggoda.

Setelah itu Tania melangkah keluar rumah. Tak lama kemudian, Rendra yang mengenakan kemeja lengan pendek silver dan celana bahan hitam pun segera melangkah, berusaha mengejar adiknya.

"Adik Kakak yang manis, Masya Allah. Kamu kok nggak bilang-bilang …."

"Sudah … sudah Kak, aku memang sengaja nggak bilang sama Kakak," potong gadis berkulit putih itu. Salah satu matanya berkedip-kedip menggoda sang kakak.

Bulu matanya yang lentik hitam alami membuat siapa pun yang menyaksiakannya akan mengatakan Tania sangat cantik. Wajahnya kini tampak lebih berseri dengan balutan hijab. Gamis dan kerudungnya senada, warna pastel, biru tosca.

Rendra duduk di motor gedenya, bersiap-siap menyalakan kendaraan kesayangannya.

"Jadi ceritanya bikin surprise gitu?" Rendra terkekeh.

Tania mengangguk. Dia segera naik motor gede itu, sudah duduk standby di belakang kakaknya.

"Sudah siap?" tanya Rendra.

"Sudah, let's go!"

Motor gede pun meluncur menuju kampus yang berlokasi di kawasan Depok. Dari kawasan Pejaten, Pasar Minggu, kurang lebih mereka memerlukan waktu sekitar setengah jam.

Sepanjang perjalanan keduanya tak berhenti mengobrol. Keduanya tampak sangat bersemangat. Dari dulu mereka memang kakak beradik yang kompak.

"Dik, aku benar-benar bahagia lho. Lihat kamu seperti ini."

"Aku lebih bahagia lagi lho Kak. Aku bangga punya Kakak. Semua ini karena Kakak."

"Lho … lho … kok gara-gara Kakak sih, harus lillah, karena Allah Dik Manis," Rendra terkekeh lagi. Pandangannya tetap fokus ke jalanan yang mulai padat merayap.

"Iiih… Kakak. Nggak gitu Kak. Pastilah aku berhijab karena Allah. Tapi kan jalan hijrahku ini sabab-musababnya gara-gara kakak yang supercerewet. Gimana nggak bosen coba, tiap hari kakak selalu ceramah soal hijab," Tania pura-pura kesal.

Rendra hanya menanggapinya dengan semringah.

"Dik, apa alasan yang menguatkan untuk memutuskan hijrah dan mengenakan hijab?"

Tania merasa ini pertanyaan yang berat. Tampaknya Kakak bertanya serius.

"Kenapa kakak nanya begitu?"

"Kakak cuma ingin memastikan keputusanmu ini dilandasi oleh sesuatu yang kuat. Kalau landasannya kuat, pasti kamu bakal istikamah. Karena hijrah itu bukan perkara mudah, Dik. Akan banyak muncul tantangan yang menguji seberapa kuat keputusanmu ini?"

Tania tampak berpikir keras. Namun akhirnya dia angkat bicara.

"Kak, jujur awalnya aku tak suka kalau kakak selalu nyinggung-nyinggung soal hijab. Waktu itu aku masih terpengaruh oleh pendapat yang mengatakan bahwa hijab itu hanyalah budaya Arab dan tak wajib."

Tania menghela napas.

"Sampai ketika Mama tercinta pergi meninggalkan kita …" perkataan Tania terputus. Air matanya berderai, teringat ibunya.

Rendra pun jadi teringat ibunya. Dalam hati segera dia mengirimkan doa untuk ibunya tercinta. Ya Allah, berikanlah kebahagiaan untuk Mama di sisi-Mu. Rendra pun menitikkan air mata.

"Sepeninggal Mama, aku banyak merenung, Kak. Mama pernah bilang juga, Dia akan menjadi ibu yang paling bahagia di dunia dan akhirat saat menyaksikan putri tersayangnya menutup aurat."

Air mata Tania berderai lagi. Dia menangis tersedu-sedu.

"Aku menyesal, Kak. Kenapa tidak berhijab dari dulu, saat Mama masih ada. Aku menyesal mengacuhkan nasihat kakak."

"Kak, apakah Mama bisa tahu kalau aku sudah berhijab dan bagaimana perasaannya?"

"Tentu saja, Sayang. Kebaikanmu ini Mama tahu. Pahalanya anak salehah itu akan terus mengalir kepada Mama."

"Alhamdulillah, aku senang mendengarnya."

Telinga Rendra mendengarkan dengan saksama curhatan Tania. Namun matanya tetap awas ke jalanan di hadapannya.

"Kurang lebih sebulan ini, aku banyak merenung Kak. Aku banyak membaca literasi Islam, terutama tentang hijab. Hingga keputusannya hari ini dan seterusnya, selamanya aku akan mengenakannya."

Rendra pun menitikkan air mata mendengarkan penuturan adiknya.

"Masya Allah Dik. Semoga Allah memberkahimu. Keep istikamah ya."

"Aamin. Syukran, makasih Kak. Tetap bimbing aku ya."

"Insya Allah."

Keduanya sesekali menyusut air matanya sebisa mungkin. Masalahnya keduanya kesulitan menyusutnya karena terhalang oleh helm yang mereka kenakan.

"Dik, bagaimana hubunganmu dengan Angga?" Rendra bertanya datar.

"Hehe … tenang Kak," Tania merespos santai.

"Kok, tenang, memangnya kamu sudah punya keputusan soal dia?"

"Udah dong Kak."

"Kok diem-diem aja, ayo cerita dong. Kakak pengen tahu."

"Dua hari yang lalu, aku sudah putus sama dia Kak."

"Alhamdulillaaaah," Rendra refleks mengucapkan kata pujian ini dengan sangat panjang. "Kakak dukung seratus persen keputusanmu," Rendra sangat bahagia. "Tapi kamu nggak nyesel, Dik? Dia kan ganteng, kamu belum tentu nanti dapet cowok sekece dia lagi …." Rendra menggoda lagi adiknya.

"Iiih, Kakak apa-apaan sih? Emang cowok ganteng di dunia ini dia aja? Asal tahu aja kak, Aku yakin bakal dapetin cowok ganteng, saleh lagi. Allah pasti memberkahi keputusanku ini."

"Aamiin. Insya Allah, Dik. Kamu pasti bakal dapat suami saleh dan terbaik."

Tak terasa, motor gede yang mereka 'tunggangi' sudah sampai di gerbang kampus. Motor gede itu segera bertolak menuju parkiran. Setelah itu kakak beradik itu berpisah. Lantas masing-masing melangkah menuju kelas. Keduanya memang belajar di fakultas yang berbeda. Arah lokasi kampusnya pun berbeda.

Tania melangkah anggun dengan balutan hijab. Sepanjang jalan dia lebih banyak menunduk. Bukan karena malu, tapi dia ingin berusaha mempraktikkan apa yang sudah dia pelajari. Banyak menundukkan pandangan.

Ada kesan berbeda yang Tania tangkap hari ini. Orang-orang di kampus, baik yang dia kenal maupun yang tak dia kenal banyak yang memandanginya. Ada yang memandanginya dengan simpati dan respek. Namun dia juga dapat menangkap kesan 'aneh', seperti tampak tak suka, menganggap rendah.

Apakah karena aku mengenakan hijab? pikir Tania.

"Buat apa berhijab, kalo hati masih kotor," samar-samar terdengar suara itu dari seorang perempuan berambut sebahu yang tak dikenal Tania.

Astagfirullah, hanya kalimat itu yang Tania ulang-ulang dalam hati. Dia terus melangkah hingga tiba di depan pintu kelas.

"Assalamualaikum," ucap Tania sambil mengetuk dan membuka pintu kelas. Dia melihat arloji di tangannya. Tania pastikan dia datang tepat waktu. Alhamdulillah, nggak telat. Dia merasa lega.

Saat pintu dia membuka pintu, dan kaki kanannya sudah menginjak lantai di kelas, sebuah suara yang akrab di telinganya berteriak.

"Taniaaa, Tungguuu!"

Astagfirullah, gawat ini. Dia mau bikin gara-gara apa lagi. Masih pagi sudah teriak-teriak.

Tania buru-buru masuk ke dalam kelas.

Di dalam kelas teman-temannya sudah berkumpul. Seorang dosen laki-laki pun sudah berdiri di depan kelas. Dosen muda itu membetulkan letak kacamatanya. Dia memandangi Tania dari bawah ke atas. Pun teman-teman sekelas memandangi Tania lekat-lekat.

Dosen yang bernama Kevin itu sama terkejutnya dengan Rendra menyaksikan Tania mengenakan hijab. Tatapannya tak berkedip, namun tak lama kemudian, dia buru-buru menundukkan pandangan dan mengedarkan pandangannya ke arah lain.

Tania duduk. Kini dia merasa lega. Bisa lolos dari Erlangga. Namun kelegaannya hanya sesaat. Tak dinyana Angga yang mengenakan kemeja flanel biru dan celana chino itu masuk kelas tanpa sepatah kata pun. Tania menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Maaf, apakah kamu mahasiswa di kelas ini?" Kevin bertanya secara diplomatis. Kevin menahan laju langkah Erlangga.

"Hmmm… bukan sih Pak. Maaf saya ada perlu sama salah satu mahasiswi di sini?"

"Katakan apa keperluanmu?" tanya lelaki berpenampilan klimis itu, agak galak. Angga, kerjaanmu dari selalu saja begini, bikin onar. Kapan kamu lulus, Angga?

"Aku cuma mau bilang sama Tania. AKU SANGAT MENCINTAINYA …."

Kevin mematung. Sesekali lelaki yang mengenakan kemeja batik slimfit itu melirik Tania yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ada perasaan kesal karena waktu mengajarnya diganggu. Tapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang tercabik. Perih.

Suasana kelas tiba-tiba jadi gaduh. Para mahasiswa bilang, ''Eaaaa …."

Sementara Tania masih menutup wajahnya. Tetap saja kelihatan. Wajahnya memerah karena benar-benar sangat malu. Tania benar-benar merasa sudah kehilangan mukanya.

Perlahan Tania membuka matanya. Dia nyaris menangis. Namun dia coba tahan sekuatnya.

"Angga kamu apa-apa sih. Kamu mempermalukan dirimu sendiri. Sudah jelas, apa kamu ingin lebih jelas lagi. Kita sudah putus. TITIK!" Tania melontarkan kalimat itu dengan nada bergetar.

Suasana kelas masih gaduh.

"Yaaah….."

"Oooo …."

Suara di kelas terpecah. Mereka mengungkapkan dua dua istilah itu. Kedua suara itu bercampur baur tak jelas.

Tak lama, kelas pun hening.

Angga masih mematung di depan kelas. Matanya tak sedikit pun teralihkan menatap Tania. Sementara gadis berhijab itu tetap abai.

"Sudah… Sudah… Maaf kamu sudah menyita waktu mengajar saya, CEPAT KELUAR!" Kevin berdiri sambil menatap tajam Angga.

Vous aimerez aussi

Istri Galak yang Provokatif: Atasanku adalah Seorang Pemarah yang Penuh Kasih Sayang

Setelah serangkaian peristiwa yang mengubah kehidupannya, Pei Ge memutuskan untuk memulai kehidupannya yang baru dan menemukan kembali posisinya di dunia ini. Dia mendapatkan pekerjaan baru, teman-teman baru dan … atasan baru yang semula dia salah duga sebagai seorang pria penghibur! Atasannya membantu Pei Ge membalas dendam terhadap teman yang mengkhianatinya, mendukungnya ketika dunia pun sepertinya sudah menyerah terhadapnya, mendorongnya untuk menjadi lebih yakin akan dirinya sendiri dan bahkan … mengacaukan kencan butanya. Dengan kemampuan kerjanya yang kuat dan sikapnya yang bersemangat, dia berhasil meraih prestasi tingkat atas di perusahaan tempat dia bekerja (di bawah skema licik seorang CEO) dan bahkan mendapatkan seorang gadis penggemar yang tidak sabar untuk menjadi saudara iparnya. Saat Pei Ge menjalani naik turunnya politik kantor, drama keluarga, menemukan pasangan yang tepat, dan harapan masyarakat, dia menyadari bahwa segala sesuatunya tidak sesederhana kelihatannya dan semua yang ia yakini sedang diuji …. Kesalahpahaman Besar: “Kamu brengsek! Mengapa tidak menggunakan pengaman?! Aku hamil!” “… Dia bukan anakku.” “Brengsek! Kamu benar-benar berani tidak mengakuinya?! Aku berikan semua pengalaman pertamaku padamu! Kamu bajingan!” … Di dokter kandungan, dia membaca laporan laboratorium kehamilannya dan terpana: Haid tidak teratur. Pria itu mengangkat alis dan menyeringai, “Bukankah kamu membuat keributan dengan mengatakan telah mengandung anakku? Di mana anak itu ?! ” "..." Siapa yang takut pada siapa? Mari bertaruh!

Song Xixi · Urbain
4.9
1966 Chs

Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

DICARI!!! Seorang perempuan muda, usia tidak lebih dari 23 tahun, cantik, menarik, mulus, dan belum pernah menikah alias masih perawan untuk melahirkan minimal 3 anak. Akan dinikahkan dengan seorang billionair tua dan cacat. Kompensasi berupa uang 100 juta perbulan sampai melahirkan 3 anak. Dan kompensasi perceraian berupa uang 1 milyar, 2 apartemen mewah, dan 1 kendaraan mewah. Calista Ardiningrum menghela nafas panjang membaca sebuah postingan di akun IG maklampir, sebuah akun gosip yang memiliki jutaan follower dan beritanya selalu tajam aktual namun belum dipastikan kepercayaanya. Ribuan komentar beragam ada yang menertawakan, mengejek, mencemooh, bahkan ada yang menghina sampai ke urat. Calista adalah seorang mahasiwi jurusan keguruan sebuah universitas negeri ternama di Jakarta yang juga bekerja paruh waktu sebagai office girl di sebuah perusahaan multinasional ternama di ibukota demi membiayai kuliahnya sendiri. Dia juga anak rantauan dari kota gudeg yang ayahnya hanya seorang tukang becak dan ibunya penjual jamu gendong keliling. Calista anak pertama dari 2 bersaudara. Adik laki-lakinya masih menyandang status pelajar SMK yang setelah pulang sekolah menyambi jadi pengamen di sekitar stasiun Tugu ataupun sepanjang jalan Malioboro. Tapi, kenapa dia sampai begitu perhatian dengan postingan dari akun gosip tersebut? Karena tiba-tiba ibunya menelepon kalau ayahnya menjadi korban tabrak lari sebuah mobil yang tidak diketahui pemiliknya. Kini ayahnya masuk ICU dan harus membayar puluhan juta untuk biaya operasi. Calista tidak tahu harus meminjam kemana karena uang sebanyak itu tentu saja tidak akan mudah didapatkan dalam waktu singkat. Sedangkan, phak rumah sakit berkata semakin cepat uangnya tersedia maka operasi pun akan secepatnya dilakukan. Apakah Calista akan mengorbankan hidupnya demi menolong ayahnya? Temukan jawabannya di novel ini .... *** Terima kasih untuk semua readers yang bersedia meluangkan waktunya membaca novel kedua saya, yang kemungkinan besar akan hadir dalam versi bahasa Inggris juga. Author selalu setia menunggu komen, vote power stone, dan gift yang teman-teman berikan di setiap chapternya. Silahkan menikmati karyaku lainnya: 1. Cinta Tak Berbalas 2. Angel's Blue Eyes 3. Tetaplah Bersamaku! 4. My Lovely and Sassy Wife 5. Runaway Ex-Wife

Anee_ta · Urbain
4.8
555 Chs

Ciuman Pertama Aruna

Bagaimanakah rasanya menjadi pengganti kakak sendiri untuk menikahi seorang lelaki tak dikenal hanya demi sebuah perjanjian? Itulah yang dirasakan Aruna, gadis 20 tahun mahasiswi jurusan desain ini. Ia harus menikahi Hendra, seorang CEO muda, pemilik mega bisnis di seantaro negeri! Hanya pernikahan kontrak Tak masalah tapi rumornya Hendra memiliki kekasih?? Kekasihnya malah seorang artis! Namun...apa yang akan terjadi ketika sang CEO tiba-tiba saja mulai menunjukkan bibit-bibit cinta padanya? Tak hanya itu, seorang pemuda sahabat terbaik, Damar namanya juga mendekatinya! "Apa bedanya tanggal 28 sama 29 Oktober??". Damar melempar pertanyaan. "Apa? nggak lucu gue jitak". "28 Oktober sumpah pemuda". "29 Oktober.. ". Aruna tak sadar Damar mendekati dirinya. "Sumpah aku sayang kamu". Pemuda Padang benar-benar berbisik tepat ditelinga Aruna. Membuat gadis itu gelagapan dan mendorong tubuh Damar. Siapakah yang akan dipilihnya, sang suami kontrak atau Damar, solois bersajak manis ini? Dapatkah keinginan Aruna untuk menjadi janda dan pulang ke rumahnya kelak terlaksana seiring berjalannya waktu ataukah hatinya akan luluh untuk sang CEO? Nikmati kisah Aruna, CEO Hendra dan Solois Damar dalam 'Ciuman Pertama Aruna' #available in English, title: The Beauty Inside: stealing the first kiss, get a wife. INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar) Nikmati visualisasi, spoiler dan cuplikan seru tokoh-tokoh CPA.

dewisetyaningrat · Urbain
4.9
1020 Chs

SOUTIEN