4 4. Malam yang sunyi

Malam ini Galang tidak bisa tidur entah apa yang membuatnya seperti itu mungkin karena kejadian kemarin dengan gadis yang bernama Nayla atau karena hal lain yang mengusik pikirannya yang jelas dia merasa sangat suntuk, akhirnya dia turun dari tempat tidur berjalan ke arah balkon duduk di sofa merasakan angin malam lalu mengeluarkan sebungkus rokok dengan korek.

Disaat seperti ini yang dia butuhkan hanya ketenangan yang bisa di dapatkannya dengan merokok langsung saja dia menyalakan rokok menghisapnya lalu menghembuskan asapnya melalui mulut sambil melihat ke arah langit yang indah dengan bintang bintang.

Tiba tiba dia merindukan seseorang yang biasanya jika dia tidak bisa tidur seseorang itu akan menemaninya sambil melihat kearah bintang di langit melalui jendela waktu dia kecil tapi sekarang hanya kesunyian yang menemaninya malam ini.

Sampai dia tidak sadar jika ada orang yang memasuki kamarnya menghampiri ke balkon lalu dia terkejut karena ada yang memegang tangannya, saat menoleh dia menemukan gadis cantik sedang tersenyum ke arahnya.

"Kok kamu belum tidur?" tanya Galang mengusap lembut rambut gadis yang berada disampingnya

"Abang juga kenapa belum tidur, abang merokok lagi" tanya balik gadis itu dengan wajah sedihnya

Galang yang menyadari jika tangannya masih memegang rokok langsung mematikannya ke asbak yang ada didekatnya.

"Engga kok tadi abang iseng aja, udah yuk masuk disini dingin gak baik untuk kesehatan kamu" mendorong kursi roda yang digunakan gadis itu untuk membantunya berjalan

"Kamu kenapa belum tidur?" Galang duduk di pinggir tempat tidur menatap gadis di depannya yang tak lain adalah adik yang sangat disayanginya Karel Queenzi Imanuel

"Aku gak bisa tidur, makanya aku ke kamar abang" jawab Karel menundukkan kepala

Galang tersenyum pahit mendengarnya pasti Karel merasakan hal yang sama dengannya yaitu merasa kesepian dirumah yang sangat besar ini, kehidupannya tercukupi semua tapi dia tidak mendapatkan kebahagiaan dari keluarganya yang sekarang sejak kejadian itu menimpa keluarganya.

Dia merasa sangat bersalah andai kejadian itu tidak terjadi pasti Karel tidak perlu memakai kursi roda seperti sekarang, pasti dia bisa berjalan kemanapun dia mau dan bersekolah seperti dirinya. Galang lebih tua 2 tahun dari Karel seharusnya dia duduk di bangku kelas IX SMP.

"Yaudah sekarang ke kamar kamu, abang temenin sampe kamu tidur" dia berdiri mendorong kursi roda menuju kamar Karel yang berada disebelah kamarnya

Galang menggendong Karel lalu menidurkannya ditempat tidur, mengusap lembut rambut adeknya agar bisa tertidur pulas setelah melihat Karel sudah memejamkan mata, Galang menghela nafas berat.

"Andai aja kejadian itu gak pernah terjadi pasti keluarga kita bakal baik baik aja sekarang" gumamnya dengan mata berkaca-kaca, dia merasa sesak jika harus mengingat kejadian itu

Tidak terasa malam sunyi itu berlalu dengan cepat, Galang terbangun tepat pada pukul 05.10 ternyata semalam dia ketiduran di kamar Karel dengan posisi duduk kepalanya bersandar pada tempat tidur pantas saja lehernya sakit.

Dia pun berjalan menuju kamarnya untuk mandi lalu bersiap ke sekolah.

Setelah selesai memakai seragam dia menuruni tangga menuju dapur untuk melihat apa bibi sudah selesai membuat sarapan atau belum.

"Bi udah siap sarapannya?" tanya Galang sambil tersenyum tipis pada wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di rumahnya itu

"Sudah den Galang" mengangguk tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya

"Papa udah berangkat apa belum bi?" sambil melihat ke kamar papanya yang berada di lantai dua rumahnya

"Udah den tadi pagi pagi sekali bilangnya sih ada meeting" jawab bi Inah

Galang menghela nafasnya, itu hanya alasan papanya yang tidak ingin ikut sarapan bersama untuk menghindari dirinya, sejak kejadian itu hubungan dia dengan papanya sangat tidak baik papanya selalu berangkat kerja pagi lalu pulang tengah malam tak ada waktu untuk memberi perhatian pada dua anaknya seperti dulu.

Tanpa membuang waktu Galang memasuki kamar Karel untuk membangunkannya, saat dia membuka pintu ternyata Karel sudah bangun sedang duduk di pinggir kasur melihat ke jendela.

"Eh adek abang yang paling cantik ini udah bangun" menghampiri lalu mengelus lembut pipi adeknya

"Udah dong bang" menampilkan senyum manisnya

Lalu dia mendorong kursi roda Karel menuju dapur menggunakan lift, ya dirumahnya memang sengaja dipasang lift sejak kejadian itu untuk memudahkan adeknya turun naik lantai bawah menuju kamarnya dilantai satu.

Mereka berdua sarapan dengan keheningan yang tercipta karena di meja makan yang besar ini hanya ada Galang, Karel dan juga bi Inah yang setia menemani mereka dirumah besar ini. Setelah selesai sarapan Galang mengambil tas di kamarnya lalu pamit dengan Karel dan bi Inah lalu bergegas ke sekolah karena dia takut telat.

Galang tiba di parkiran sekolah dia turun dari motornya menelusuri lorong untuk sampai ke kelasnya, saat sampai kelas ternyata kelasnya belum begitu ramai dia masuk menaruh tasnya lalu pergi ke rooftop untuk menunggu bel masuk, belum lama dia di rooftop bel masuk pun berbunyi jadi dia meninggalkan rooftop menuju kelasnya.

*****

Waktu yang sangat dinantikan oleh semua murid yaitu saat bel pulang berbunyi yang menandakan semua murid dibolehkan pulang, saat mendengar bel pulang semua murid membereskan bukunya lalu bergegas keluar kelas

"Galang ntar sore ngerjain tugasnya ya, gue tunggu di kafe someday jam 4" teriak Nayla mengejar Galang yang sudah jauh didepan sana

"Iya" ucapnya singkat lalu pergi dari tempat itu meninggalkan Nayla yang baru saja sampai disampingnya

Nayla mengerutkan dahi bingung atas sikap Galang padanya "perasaan kemaren dia baik baik aja sama gue kenapa sekarang jadi jutek lagi" ucapnya dalam hati

Dilain tempat Galang sedang berkumpul dengan dua sahabatnya di warung kopi yang tak jauh dari rumahnya karena dia tidak memiliki banyak teman hanya Sendi dan Andre teman yang setia menemaninya dari SMP untung saja sekarang mereka bersekolah ditempat yang sama juga.

"Lang gimana kabar Karel?" tanya Andre mencomot bakwan yang ada didepannya

"Baik kaya biasanya" jawab Galang meminum kopinya

"Hmm keadaan keluarga lo masih kaya gitu?" gantian Sendi yang bertanya dengan nada rendah

"Masih" singkatnya dia paling malas membicarakan keadaan keluarganya yang sudah hancur itu, memang dua sahabatnya itu mengetahui kejadian masa lalunya

Andre yang melihat situasi menjadi tegang langsung berdiri menggebrak meja membuat semua orang yang ada disitu menatapnya kaget dia pun langsung duduk kembali karena malu.

"Hehe abis ini kita mau ngapain? bosen gue nongkrong disini mulu" menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Kalo gue ada janji mau ngerjain tugas sama Nayla" ucap Galang menghela nafas karena malas harus sekelompok dengan cewe itu

"Kalo gue disuruh nemenin nyokap belanja ke mall" sahut Sendi dengan wajah melasnya

"Hahahaha ternyata lo anak mami juga ya Sen" ejek Andre dengan tawa kencangnya

"Enak aja lo, itu namanya anak yang berbakti pada orang tua" belanya lalu menjitak kepala Andre

Galang yang melihat tingkah dua cowo itu pun tersenyum lebar setidaknya dia mempunyai sahabat yang sangat setia selalu menghibur dan peduli padanya.

"Gue cabut ya kasian nanti Karel nyariin, nih Bu saya bayar kopi sama gorengan yang temen saya makan kembaliannya ambil aja" pamit Galang pada dua sahabatnya saat melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 14.30 lalu mengeluarkan uang lima puluh ribu

"Yoi bro titip salam buat Karel" ucap Sendi

"Ati ati Lang makasih ya udah dibayarin" teriak Andre dengan senyum berbinarnya

"Najis gak modal banget lo gorengan aja dibayarin" Sendi menoyor kepala Andre

"Yee gue kan gak minta dibayarin lagian rejeki tuh gak boleh ditolak" sahut Andre tak mau kalah.

Gimana pendapat kalian buat chapter ini???

Lanjut gak nih???

Jangan lupa vomments ya❤

avataravatar
Chapitre suivant