webnovel

Bab 39

Kini hari sudah malam, Elena, Elise dan Brian tengah duduk santai di ruang keluarga. Mereka tengah menonton tv.

Elise duduk di sofa yang sama dengan Brian. Tangannya memeluk lengan kanan Brian erat. Sedangkan Elena duduk di sofa single.

Wanita itu gelisah. Sejak makan malam dia sudah ingin mengatakan keinginannya. Elena bahkan berlatih dan menyusun kalimat yang tepat agar dia mendapatkan keinginannya itu. Keinginan untuk membesarkan salah satu bayinya.

"Ehem." Elena berdeham untuk mendapatkan perhatian dari Elise dan Brian. Mereka berdua menoleh.

"Ada yang ingin kubicarakan."

Elena menegakkan punggungnya. Menarik napas panjang sebelum berkata, "Seperti yang kalian tau, aku mengandung bayi kembar."

Tatapan Brian langsung berubah tajam, dia tau apa yang ingin Elena katakan. Wanita itu pasti mau mengatakan jika dia menginginkan salah satu bayi itu. Setelah beberapa hari, akhirnya wanita itu mengatakan lagi keinginannya.

Keringat keluar dari pelipis Elena, gugup karrna mendapatkan tatapan tajam yang menghunus dari Brian. Elena mengalihkan pandangan ke arah Elise.

"Dan kalian hanya membutuhkan seorang bayi, bukan? Kurasa satu bayi sudah cukup untuk membuat ibu Rena senang. Jadi, aku menginginkan satu bayi." Elena menghela napas, lega sudah mengatakan keinginannya.

"Tidak!" Brian langsung menolak tanpa memikirkan keinginan Elena lebih dulu.

Elena sudah memperkirakan penolakan Brian ini. Dia mengepalkan tangan dan bertekad akan menentang dan memperjuangkan keinginannya itu.

"Kalian hanya membutuhkan seorang bayi. Jadi, satu bayi sudah cukup. Dan satu bayi lainnya biarkan aku yang merawat dan membesarkannya."

"Kedua bayi itu milik kami. Apa kau lupa apa isi perjanjiannya? Bayi yang kau kandung akan menjadi milikku dan Elise. Kami yang akan merawat dan membesarkannya."

"Tapi dalam perjanjian, tak tertulis mengenai point tentang bayi kembar. Jadi aku menginginkan satu bayi."

"Tidak! Sudah kukatakan kedua bayi itu milik kami. Bagaimana kau tega memisahkan mereka, kau tidak bisa memisahkan mereka!" suara Brian sudah naik beberapa oktaf.

"Kau lebih tega memisahkan mereka dari ibu kandungnya!" teriak Elena kesal.

Seketika suasana hening. Brian sedikit tercengang mendengar teriakan Elena dan wanita itu juga kaget dengan apa yang baru saja dia ucapkan.

Elise sejak tadi hanya diam mendengarkan perdebatan mereka berdua.

Elena menundukkan kepalanya. Dia tak tau harus bagaimana lagi, Elena sangat menginginkan salah satu bayinya. "Aku tau tak seharusnya aku menginginkan salah satu dari bayi ini. Tapi ..., aku tak bisa menghilangkan naluri keibuan-ku. Aku menyanyanginya dan ingin membesarkan salah satu dari mereka."

Elena mendongak, matanya berkaca-kaca penuh pengharapan dan permohonan, "Aku mohon. Izinkan aku memiliki salah satu bayi ini."

Jantung Brian berdegup kencang. Paru-parunya menyempit dan dia kesulitan bernapas hanya karena menatap mata Elena yang berkaca-kaca. Ada keinginan dan dorongan untuk mendekap wanita itu dan menenangkannya. Keinginan asing yang begitu mengganggu Brian. Hatinya sakit melihat kesedihan yang terpancar dari mata Elena. Dan dia akan melakukan apapun demi menghilangkan sorot mata kesedihan itu.

Ada apa dengannya? Bukankah Brian sendiri yang menjadi penyebab Elena bersedih? Kenapa sekarang dia malah merasakan hal seperti ini?

Sebuah tangan melingkupi telapak tangan kanan Brian. Pria itu menoleh dan bertatapan dengan Elise yang menatapnya lekad.

"Brian, satu bayi sudah cukup untuk kita. Jadi, biarkan Elena memiliki satu bayi yang lain."

"Elise, ta—"

"Aku tau, kau sudah membayarnya dan bayi itu seharusnya menjadi milik kita. Satu bayi sudah cukup Brian. Elena sudah berkorban banyak demi kesepakatan ini. Dia yang mengandung sembilan bulan dan melahirkannya. Aku rasa, dia berhak memiliki salah satu bayi itu."

Brian terdiam memikirkan ucapan Elise. Dia berbalik dan menoleh menatap Elena. Wanita itu kini sudah menangis dan menatap Brian dengan lekad. Matanya masih menyorotkan pengharapan. Brian tidak mungkin menghancurkan harapan wanita itu. Lagipula, benar yang dikatakan Elise, Elena yang bersusah-susah hamil sembilan bulan lamanya. Jadi, apa salahnya jika dia membiarkan Elena memiliki salah satu bayi kembarnya.

"Baiklah, kau bisa memiliki dan merawat salah satu bayi itu."

Airmata Elena semakin deras menetes, "Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih." Berulang kali Elena mengucapkan terimakasih. Dia sangat bahagia, teramat sangat. Elise juga ikut senang. Dia bangkit berdiri dan menghampiri Elena. Memeluk wanita itu erat.

Elena tersenyum lebar. Tangannya mengusap lembut perut buncitnya. Dia bisa merawat dan membesarkan satu bayinya. Dan itu sudah cukup bagi Elena. Dia tak akan egois dengan menginginkan keduanya.

....

Di sebuah kamar salah satu apartement mewah, Tiara tengah duduk menyandar di kepala ranjang. Wanita itu masih teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu. Saat dia melihat Elise di rumah sakit.

Usia kehamilan Elise sudah menginjak usia empat bulan. Lima bulan lagi wanita itu akan melahirkan keturunan keluarga fernandez.

Tidak! Tiara tak akan membiarkan hal itu terjadi. Tiara tak akan membiarkan Elise melahirkan. Jika wanita itu berhasil melahirkan anak Brian, kesempatan Tiara untuk merebut dan bersama dengan Brian akan menghilang. Tiara tak ingin itu terjadi.

Dia menginginkan Brian dan tak akan rela kalah dari Elise yang hanya wanita biasa. Dia jauh lebih segalanya dibanding wanita yatim piatu itu. Harga dirinya direndahkan saat Brian lebih memilih wanita miskin dibandingkan dirinya yang seorang model terkenal dari keluarga kaya raya.

Tiara mengepalkan tangannya saat teringat Rena yang mulai menerima kehadiran Elise hanya karena wanita itu mengandung anak Brian.

Tiara bersumpah dia tak akan membiarkan bayi itu terlahir ke dunia. Dia akan melalukan berbagai cara untuk menyingkirkan bayi itu. Dan saat bayi itu menghilang, dia yakin Rena akan kembali mendukungnya, memaksa Brian menceraikan Elise. Dan pada akhirnya dia akan menikah dengan Brian.

Tiara menyeringai. Wanita itu mulai menyusun rencananya.

.....

Sejak Elena berhenti bekerja dia selalu berada di mansion sepanjang hari. Mencari kesibukan dengan menonton tv, membaca novel atau membuat kue.

Sesekali dia akan menghubungi Diego melalui video call jika merindukan pria itu.

Kini Elena sedang duduk teras belakang. Wanita itu sedang membaca sebuah buku tentang ibu hamil. Tiba-tiba Elise datang dan berdiri di hadapannya. Elena mendongak menatap Elise. Wanita itu mengenakan dress selutut berwarna pastel.

"Elena, ganti bajumu dan ikut aku." Kening Elena mengerut mendengar ucapan Elise.

"Ikut kemana?" tanya Elena.

"Kita shopping ke mall."

"Tapi Elise, bagaimana jika kita bertemu ibu Rena atau teman Brian?"

"Tidak akan, Mommy sedang keluar kota. Ayo cepat segera ganti baju. Kita tidak pernah belanja bersama." Mendengar antusiasme Elise membuat Elena tersenyum dan langsung bangkit lalu berjalan cepat ke kamarnya.

"Jangan berlari Elena!" Teriak Elise khawatir.

....

Kini Elena dan Elise sudah berada di salah satu butik di mall. Mereka berdua sedang sibuk memilih baju.

Elise tiba-tiba menghampiri Elena dengan membawa dua dress berwarna pink dengan model baby doll. "Elena, lihat ini."

"Bagus. Aku suka." Elena mengambil satu dress itu dan melihatnya dengan seksama.

"Ayo, kita coba." Elena mendongak dengan cepat.

"Maksudmu?"

"Ayo, kita coba dress ini. Sudah lama kita tidak mengenakan baju yang kembar." Elise segera menarik tangan Elena dan masuk ke dalam ruang ganti. Beruntung ruang ganti itu cukup luas, jadi mereka bisa masuk bersama. Sebenarnya Elise bisa menggunakan kamar ganti yang lain. Tapi dia ingin menggunakan satu kamar bersama Elena.

Jangan lupa vote, like dan comment ya. Terima kasih

MaylisaAzhuracreators' thoughts
Chapitre suivant