webnovel

Eliminate A Curse

Emely Cathwill, seorang gadis cantik yang harus menerima nasib yang buruk. Dicap sebagai orang yang terkena kutukan, itulah hal yang sekarang Emely rasakan. Akibatnya, Emely merasa tersiksa karena kutukan tersebut banyak mengganggu aktivitasnya. Berbagai alternatif dan referensi terus ia cari untuk menghapus kutukan itu, dan akhirnya dia menemukan cara yang bersumber dari sebuah buku. Dengan itu, ia harus menjalankan sebagian kisah hidupnya di dalam dunia lain hanya untuk menempuh sebuah misi agar kutukannya menghilang. Perjalanan saperti apakah yang akan Emely alami selanjutnya? Dan mampukah dia menempuh misi untuk menghilangkan kutukannya? Ikuti kisahnya dan cobalah untuk ikut berpetualang di dalamnya .... •••• Mari kita berkelana di dunia yang penuh dengan keajaiban tak terduga~

yuniizhy_ · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
42 Chs

Eps. 14

Setelah meletakkan buku XVIII di meja batu berbentuk bundar, sang nenek kembali berjalan. "Aku Zlic. Siapa namamu?" tanyanya tanpa menoleh sedikit pun.

"Emely."

"Dari bangsa apa?"

Sosok yang ditanyanya malah mengernyit, dia tidak memahami pertanyaan Zlic barusan. "Maksudnya?"

"Kau sungguh tidak mengerti? Bangsa artinya golongan. Sepertiku yang merupakan Bangsa Scowf."

"Apa itu Scowf?"

"Kau ini sebenarnya siapa, hah? Sampai kau tidak tahu apa pun." Zlic tampak heran. "Bangsa Scowf itu makhluk yang tinggal di gurun dengan bibir tanpa garis tengah. Kami salah satu makhluk yang dihormati di negeri ini. Karena kami adalah penjaga harta karun Orycus dengan kekuatan bisa berbicara pada alam."

Emely mengangguk paham, ternyata orang-orang di sini bukan orang sembarangan. Zlic terus menjelaskan semua yang Emely tanyakan, ia jadi mengetahui beberapa fakta tentang dunia antah berantah itu.

Sekarang Emely tahu bahwa padang pasir itu adalah Kota Orycus. Daerah yang banyak menyembunyikan harta karun di setiap gundukan tanahnya serta di tebing-tebing gurunnya.

Ditambah Zlic mengatakan hal yang membuat Emely terkejut. Ternyata tempat itu adalah Negeri Invizibila, tempat yang sedang Emely cari selama ini. Ia baru sadar, bahwa Invizibila bukan berada di dunianya, melainkan di dunia aneh itu. Dengan demikian, Emely tidak mengeluh lagi akan dirinya yang terbawa ke sana. Ia tidak mau membuang kesempatan untuk menghilangkan kutukan di tempat tersebut.

Salah satu Bangsa Scowf itu juga menjelaskan bahwa bangsa di sana tidak hanya Bangsa Scowf saja, tetapi banyak makhluk aneh yang tidak Emely tahu wujudnya. Termasuk ada bangsa manusia yang Zlic bilang satu-satunya bangsa tanpa kekuatan, tapi mereka memiliki kecerdasan otak di atas rata-rata.

"Maaf sebelumnya, sebenarnya aku menemuimu hanya untuk mengambil buku itu." Emely menunjuk buku XVIII dengan ragu.

"Itu bukumu?" tanya Zlic memastikan. "Aku menemukannya di perbatasan kota siang tadi, ambillah. "

"Terima kasih, Zlic."

Mereka semakin akrab dengan terus saling bercengkerama, hingga akhirnya dengan senang hati Zlic memperbolehkan gadis itu untuk tinggal di salah satu rumah yang sudah tidak ditempati di Orycus. Karena ternyata Zlic adalah kepala kota di sana.

ΦΦΦ

Setelah Emely berhasil mendapatkan kembali buku XVIII, dia mulai membacanya sampai tuntas. Tertulis jelas di sana banyak sekali cara yang harus dia lewati untuk menghilangkan kutukan itu. Layaknya sebuah misi yang harus ia jalankan dengan sungguh-sungguh.

Akhirnya ia putuskan untuk memulai misi tersebut hari ini juga, tapi sebelum itu ia terpaksa harus menceritakan semuanya pada Zlic. Agar nanti jikalau Emely membutuhkan bantuan, dia tidak harus berbohong.

"Aku turut bersedih dengan apa yang terjadi padamu. Maaf, kekuatanku yang hanya berbicara dengan alam tidak mungkin bisa memberimu banyak pertolongan." Raut kasihan terpancar di wajah Zlic setelah mendengar penjelasan gadis di hadapannya.

Itu tidak masalah bagi Emely, dia masih bisa melakukan misinya sendiri. Lagipula, selama dirinya berada di sana Zlic sudah banyak membantu dan itu sudah lebih dari cukup.

Hal pertama yang harus Emely lakukan adalah mencari serbuk ganggang hijau yang berada di Gunung Krakate. Gunung yang Zlic bilang adalah gunung berapi terbesar di negeri ini. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Emely.

Untung saja makhluk yang memiliki bibir tanpa garis tengah itu memberi tahu arah jalan menuju gunung tersebut. Emely langsung bersiap-siap dengan segala keperluannya, tak lupa perbekalan makanan pun ia bawa. Termasuk makanan khas Orycus yang terlihat menjijikan. Bentuknya seperti bebatuan kecil yang ditaburi bubur putih dengan cairan kental, tapi Emely kini sudah terbiasa dengan makanan tersebut.

Sekarang Emely benar-benar akan memulai perjalanan. Ia berharap misi yang ditempuh saat ini akan berhasil.

ΦΦΦ

Langkah Emely terus menjauh, dia sudah meninggalkan Kota Orycus. Hamparan gurun pasir sudah tergantikan dengan tanah yang dipenuhi rerumputan, lembah hijau serta hutan juga banyak terlihat.

Gadis dengan perawakan tidak terlalu tinggi itu terus masuk lebih dalam menyusuri daerah hutan. Namun, tak sengaja langkahnya malah berpapasan dengan seseorang. Orang itu tidak seperti Zlic, bibirnya normal. Akan tetapi, dia terlihat kerepotan. Banyak sekali barang yang ia bawa juga benda-benda aneh yang menempel di tubuhnya.

"Siapa kau?" Pria itu memulai pembicaraan. "Apa kau akan berburu hantu juga?"

Emely tersentak. "Maksudmu apa? Aku tidak sedang mencari hantu!"

"Lalu untuk apa kau berada di sini? Ini gerbang menuju Hutan Morin," jawabnya enteng.

"Hutan Morin?"

"Ya, hutan rimba di depan kita ini adalah Hutan Morin. Hutan mati. Banyak hantu dan sejenisnya di dalam sana." Penjelasan pria asing di hadapannya membuat Emely sedikit takut.

"Aku tidak percaya." Gadis itu tak memedulikan pria tersebut, dia kembali melanjutkan langkah memasuki hutan.

"Hei! Tunggu! Kau tidak akan berani pergi sendirian ke sana!" teriak pria itu berlari menyusul Emely.

"Untuk apa kau mengikutiku, hah?"

"Aku tidak mengikutimu! Tujuanku memang ke sini. Aku adalah seorang Ghost Hunter. Hantu dan sejenisnya yang berada di hutan ini akan habis kutangkap!" Ternyata pria asing itu tengah menampakan kesombongan.

Emely tidak mau meladeni orang itu lagi, hak tersebut hanya akan menghambat perjalanannya. Tanpa berkata apa-apa Emely kembali melangkah. Namun, sesuatu malah terjadi.

"Awaaas!" Pria itu berteriak sembari meluncurkan senjata. Terlihat cahaya biru disertai aliran listrik keluar dari benda yang diarahkan pada Emely. Alhasil gadis itu tersungkur keras, membuat pakaiannya sedikit kotor.

"Kau membuatku celaka!" sungut Emely mulai emosi.

"M-maaf, tadi ada bayangan hantu yang akan bertengger di pundakmu. Jadi, aku langsung mengarahkan senjataku untuk menangkapnya."

"Omong kosong! Jangan sampai kau berjalan searah denganku lagi!" Kini gadis itu berjalan dengan menghentakan kakinya kesal.

"Namaku Trons! Jangan lupakan itu, Nona!" Pria itu masih sempat-sempatnya memperkenalkan diri.

ΦΦΦ

Hari mulai berganti malam dan Emely masih berada di dalam hutan. Hutan belantara yang dipenuhi pohon-pohon besar dengan akar-akarnya yang menjuntai memang cocok dikatakan dengan hutan mati. Hutan Morin ini sangat sunyi, hanya suara dedaunan yang saling menyapa karena kesiur angin yang menerpa. Membuat bulu kuduk gadis itu sesekali berdiri karena ngeri.

Tiba-tiba langkahnya terhenti, Emely mendengar bunyi di balik semak-semak belukar yang berada di sekitar. Dia mulai memusatkan pandangan, melihat beberapa semak-semak yang terus bergerak.

"Siapa di sana?"

Gerakan semak-semak itu berhenti, menyisakan suasana mencekam datang menyelimuti. Namun, tanpa diduga tiba-tiba beberapa makhluk aneh muncul dari sana.

"Zombi!" Emely tercengang seraya memundurkan langkah.

Tubuh para zombi itu dipenuhi banyak darah kering, luka yang sudah membusuk juga tersebar di mana-mana, lehernya terlihat patah dengan gerakan tubuh yang mengejang. Membuat Emely langsung tidak bisa berkutik sedikit pun.

"Astaga! Kenapa kakiku tidak bisa digerakan?" Gadis Banshee itu mulai panik. Ia ingin sekali berlari, tapi kakinya malah seperti menancap di tanah tanpa bisa diajak pergi.

Sedangkan para zombi mulai mendekat ke arahnya. Mereka terlihat senang karena telah menemukan mangsa baru. Tepat saat itu kaki Emely akhirnya bisa digerakan lagi. Dia langsung mengambil langkah seribu untuk melarikan diri. Namun, aksi larinya malah menciptakan getaran bak gempa. Membuat para zombi berjatuhan karena tanah yang mereka pijak kini bergetar hebat.

Keringat mulai bercucuran di pelipis gadis itu, dia sudah berlari cukup jauh. "Hutan ini mengerikan!" serunya seraya berhenti.

"Hei! Kau?" panggil seseorang membuat Emely terkejut.

"Kau lagi?"

"Kau kenapa? Ada hantu yang menakutimu, ya?" Trons terkekeh melihat keadaan Emely yang sangat kacau karena masih dirundung kepanikan.

"Diam! Lebih baik kau gunakan senjatamu untuk menangkap para zombi di sana!"

"Jadi kau sedang dikejar zombi? Astaga! Tadi sore kau mengusirku, sekarang kau butuh bantuanku. Lucu sekali." Trons tertawa kecil.

Perbincangan mereka terhenti karena datangnya tiga orang yang berwajah pucat. "Siapa mereka?" Emely mengernyit.

"Vampir. Makhluk itu yang selama ini sangat susah kutangkap," bisik Trons.

Gadis di dekatnya membulatkan mata, Trons membuatnya semakin takut. Kini para vampir mulai menyeringai, mereka mengeluarkan taring yang terlihat runcing dan tajam.

"Ayo, cepat lari!" Emely semakin panik, baru saja dia selamat dari zombi kini malah terancam oleh vampir.

"Diamlah! Aku akan menangkap mereka."

"Ck, terserah kau saja! Aku tetap akan lari!" Tepat saat kaki Emely hendak berayun, dia malah melihat para zombi yang tadi kini sedang berjalan ke arahnya. Ketakutan dan kepanikan Emely semakin meningkat. Mereka tersudutkan oleh vampir dan zombi dari dua sisi.

Namun, saat itu juga Emely melihat Trons beraksi. Dia mengeluarkan semua senjata untuk melawan makhluk-makhluk tersebut. Beberapa peluru berukuran besar yang dipenuhi cahaya biru kini mulai menembaki para zombi tepat mengenai kepalanya. Alhasil, mayat hidup itu langsung hancur berkeping-keping.

Sekarang Trons sedang membuka sebuah tabung yang cukup besar, lalu mengarahkannya pada kepingan zombi yang berserakan. Ternyata alat tersebut menyedotnya, kini para zombi sudah hancur dan terkurung.

Sementara tiga vampir di sebelah kiri sudah sangat dekat dengan posisi Emely. Salah satu dari mereka mulai mencekal lengan gadis itu dan membuka mulut siap untuk menggigit.

"Tidaaak!" Emely berteriak, dia terus meronta berusaha terlepas dari vampir itu.

Akan tetapi, tubuh Emely malah mengejang, matanya menyorot tajam, dan kuku panjang mulai keluar dari jari-jarinya. Mata dan mulutnya juga bercahaya dan berhasil membuat para vampir kesakitan. Emely baru ingat, makhluk itu sangat membenci cahaya dan panas.

Sebelum Emely berubah menjadi Banshee, ia sempat berkata, "Trons, berikan sesuatu yang membuat mereka panas!"

Sontak aksi perlawanan yang sedang Trons lakukan pada dua vampir lainnya kini terhenti. Dia mulai berpikir dan sepertinya pria itu sudah menemukan cara atas perintah Emely tadi. Trons langsung mengeluarkan pemantik dan membakar semak belukar di sekelilingnya, menciptakan api yang semakin membesar dan membuat para vampir kepanasan. Tanpa sempat menghindar, vampir-vampir itu akhirnya musnah dan hilang menjadi abu.

Namun, Trons melihat makhluk lainnya di sana. "Apa itu?"

Emely benar-benar sudah berubah menjadi Banshee, untung saja Trons tidak melihat saat dia bertransformasi. Kini Sang Banshee mulai terbang diiringi jeritan kencang. Emely telah meninggalkan Trons sendiri.

"Ah, gendang telingaku bisa rusak kalau begini!" Pria itu terus menutupi kedua telinganya. Setelah Emely hilang dari pandangan, Trons mulai tersadar. "Eh, ke mana wanita tadi? Ck, kenapa dia pergi begitu saja! Padahal, aku belum sempat bertanya siapa namanya."