webnovel

CHAPTER 11 : Kelulusan

Mata Sirius perlahan terbuka. Saat sadar, ia sudah berada di atas kasur terbaring. Envy juga ada disana, tepat disampingnya. Saat ini mereka sedang berada di ruang kesehatan sekolah.

" S-Sirius, kau sudah sadar" Envy pertama kali menyapa ketika melihat Sirius membuka matanya. Ia tersenyum dan memeluknya erat-erat. " Syukurlah, kukira akan terjadi sesuatu. Tapi untungnya kau terbangun."

" Envy..apa yg terjadi? " Tanya Sirius. Ia masih terlalu lemah untuk berdiri.

" Kau kehabis Manna ketika ujian dan pingsan..." Jawab Envy " tapi jangan khawatir, kurasa itu tak terlalu dipermasalahkan dlm ujian. Yg penting kau baik-baik saja"

" Begitu ya...." Ucap Sirius. Tiba-tiba ia teringat Dengan mereka berdua. William dan Oliver, apa yg terjadi pada mereka? . " Bagaimana dengan William dan Oliver? Apa mereka baik-baik saja?"

" Tak perlu khawatir begitu, kutu buku"

Suara Oliver terdengar dari balik pintu. Sesaat kemudian Oliver dan juga William masuk kedalam ruangan. Sirius sempat terkejut menyadari kalau mereka berdua mau datang untuk menjenguknya.

" William, Oliver, kalian baik-baik saja ya" ucap Sirius. Ia merasa sedikit lega ketika perjuangannya tak sia-sia.

" Ya, itu berkatmu. Kau sudah banyak berubah ya..." Ucap Oliver. Ini pertama kalinya ia berbicara dengan Sirius tanpa memakai kata cacian. Sirius sedikit senang.

" Syukurlah, kukira akan terjadi sesuatu pada kalian kalau aku pingsan begini" ucap Sirius.

" K-kau, jangan pikir kami ini lemah" balas William. Seperti biasa, ia selalu menjaga harga dirinya. Dikatai seperti itu oleh Sirius tentu saja mengancam harga dirinya.

" Kau tak perlu khawatir dengan hasil ujiannya Sirius, guru sudah memutuskan kalau kau lulus ujian" ucap Oliver. Mendengar itu, Sirius terlihat sangat senang.

" Begitu ya, syukurlah" ucap Sirius tersenyum. " Lalu bagaimana dengan kalian? Kalian juga lulus kan?"

Oliver dan William sedikit tersentak. Mereka berdua terdiam setelah mendengar pertanyaan Sirius. Melihat mereka diam, Sirius menyadari ada yg aneh pada mereka. Tak biasanya mereka diam seperti itu.

" Ada apa ? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Sirius.

" T-tidak, tidak ada apa-apa" jawab Oliver. William masih diam tak menjawab.

" Kalian terlihat aneh..."

" Sirius, kami harus pergi. Akan gawat jadinya kalau Vic tahu kami menjengukmu" ucap Oliver " Will, ayo"

" O-oi tunggu"

Oliver dan juga William keluar meninggalkan Sirius dan Envy berdua diruangan. Sirius semakin curiga. Sebenarnya apa yg terjadi pada mereka?

" Envy, apa terjadi sesuatu selagi aku pingsan?" Tanya Sirius. Envy menggeleng.

" Tak ada, tak ada sesuatu yg aneh" jawab Envy.

Melihat muka envy, Sirius tahu kalau ia tak berbohong. Ia mengatakan yg sebenarnya. Kalau tak ada yg tahu apa yg terjadi, berarti masalah itu hanya ada antara mereka berdua. hanya mereka saja yg mengetahuinya. Dan jika dilihat-lihat, sepertinya sesuatu itu menyangkut dengan hasil ujian. Sirius semakin gelisah.

Tiga hari setelah ujian, waktu kelulusan merekapun didepan mata. Hari ini adalah hari kelulusan yg mereka tunggu-tunggu itu. Semua murid berkumpul didepan aula sekolah mendengar kata-kata dari kepala sekolah. Satu persatu dari mereka mendapatkan status kelulusan mereka. Semuanya terlihat bahagia atas apa yg telah mereka lakukan selama tiga tahun ini. Tapi Sirius menyadari ada yg janggal. William dan Oliver tak ada disini. Lagipula nama mereka berdua tak tercantum dalam daftar murid yg lulus tahun ini.

Sirius memisahkan diri dari rombongannya dan mencari mereka. Di dekat jembatan sekolah, Sirius akhirnya menemukan mereka. Dan kelihatannya mereka berdua sedang berbicara dengan Vic. Bukan pembicaraan teman. Pembicaraan ini terdengar lebih serius.

" Aku dengar, kalian tak lulus ujian..." Ucap Vic "sebenarnya apa yg terjadi? Aku sangat yakin kalau kalian mustahil tak lulus dengan kemampuan kalian itu"

Oilver dan William diam membisu. Vic masih berdiri didepan mereka menyilang kan tangannya.

" Kami tidak lulus karena permintaan kami sendiri" jawab Oliver

" Apa maksudmu?" Tanya Vic.

" Kami memberikan seluruh nilai ujian kami untuk Sirius agar ia bisa lulus " jawab William. Mendengar itu, Vic terkejut. Ia sangat terkejut.

" K-kalian..apa yg kalian lakukan?! Kalian tahu apa akibatnya kan?!" Tanya Vic

" Kami tau itu, tapi kami tetap harus melakukan nya" jawab Oliver. " Dia telah menyelamatkan nyawa kami sewaktu ujian. Dan karena itu ia tidak lulus. Walaupun kami tak menyukainya, kami masih punya hati dan harga diri. Bukan sebagai bangsawan, tapi sebagai manusia."

" Apa yg kalian bicarakan? Tetap saja itu pilihan yg bodoh!"

" Walaupun kami lulus dengan keadaan itu, mungkin kami akan mati menanggung rasa bersalah itu. Menurut kami ini pilihan terbaik yg bisa kami pilih" ucap William. Vic mengeratkan giginya.

" Walaupun begitu....itu artinya kita tak bisa bersama lagi..."

Baru kali ini Sirius melihat Vic bersedih. Orang yg keras seperti Vic juga bisa bersedih seperti ini? Ternyata pertemanan itu memang luar biasa.

" Vic, sepertinya ini perpisahan untuk kita" ucap Oliver " kau akan lanjut ke akademi sihir, dan kami harus tetap disini setahun lagi..."

" Kalian benar-benar... bodoh" ucap Vic.

" Ini pilihan kami Vic, mau bagaimana lagi..."

Seketika Vic berlari meninggalkan mereka berdua. Ia berlari sambil menutup matanya, tak tahan membendung air matanya. Saat itu lah, Sirius maju mendekati mereka.

" Apa yg kalian lakukan, Oliver, William?" Tanya Sirius.

" S-Sirius?!!"

William dan Oliver terkejut setengah mati. Mereka tak sadar kalau dari tadi Sirius mendengar percakapan mereka.

" Apa maksud kalian? Memberikan seluruh nilai? Aku tidak mengerti..." Ucap Sirius. " Oliver, William, kumohon ceritakan apa yg terjadi sewaktu aku pingsan"

" Maaf, Sirius"

[ Sesaat setelah mereka menyelesaikan ujian ]

Oliver, William, dan juga Sirius yg sedang pingsan kembali di teleport ke ruang sekolah. Setelah itu, mentor mereka mendatangi mereka. setelah memberikan barang yg diperintahkan, sang mentor mulai bicara.

" Jadi hanya kalian berdua yg bertahanlah. Bagus sekali" ucap nya. " Dan kalian juga mendapatkan barang itu, violet core."

Mentor itu meletakkan violet core kedalam sebuah kotak sambil memegang sebuah buku. Sepertinya itu adalah buku yg digunakan untuk menilai mereka. Setelah menulis sesuatu diatasnya, mentor itu kembali berkata.

" Oliver Gune, William Arche...tak perlu khawatir dengan apa yg menimpa kalian didalam hutan. Kalian lulus ujian ini dengan nilai pas-pasan." Ucapnya. Mendengar itu, mereka bersorak gembira. Tapi mentor itu kembali bicara " kecuali teman kalian yg satu lagi itu. Sirius Invery dinyatakan tak lulus..."

" T-tunggu dulu, kenapa begitu?!" Tanya William. " Dia telah menemukan violet core itu, lagi pula dia hanya kehabisan Manna"

" Karena itu ia tak lulus. Kalau disaat ujian saja ia kehabisan Manna, bagaimana jika ia sudah berada diluar sana?" Tanya mentor.

" Walaupun begitu, aku tak bisa menerimanya. Ia sudah menyelamatkan nyawaku!" Bantah William.

" Keputusan ada ditangan ku, kau tak bisa seenaknya memerintah" ucap mentor.

" Apa aku tak bisa melakukan sesuatu?!"

" Ada satu hal yg bisa kalian lakukan" ucap mentor itu " kalian bisa memberikan nilai ujian kalian pada anak ini. Tapi sebagai gantinya, pemilik nilai akan kehilangan nilainya dan tak bisa lulus ujian..."

" Akan kulakukan" ucap William. Oliver terkejut mendengar jawaban William.

" Apa yg kau pikirkan Will?! Kau bisa tinggal kelas!" Ucap Oliver.

" Aku yakin Vic juga akan mengatakan hal yg sama. Tapi aku tak bisa membiarkan ini.." jawab William " aku tak mau lulus ujian, sedangkan orang yg membuatku lulus tak bisa lulus karena ku"

"Will.. apa yang kau pikirkan?"

" Sirius sudah menyelamatkan kita berkali-kali.. yg menolong kita dari kawanan goblin adalah Sirius...yg membunuh makhluk laba-laba itu adalah Sirius...dan yg menemukan violet core adalah Sirius..kita bahkan tak melakukan apa-apa.." ucap William " kalau seperti ini , lebih baik aku tak lulus dari pada menanggung malu dan perasaan bersalah ini.."

Oliver menatap William yg berkata penuh percaya diri itu. Tak ada pilihan lain, pikirnya.

" Kalau begitu aku juga akan melakukannya" Ucap Oliver. Kali ini William terkejut.

" Oliver, satu orang saja sudah cukup untuk membuat Sirius lulus ujian. Kenapa kau juga?" Tanya William. Oliver memukul kepala William dengan keras.

"Dasar bodoh, kau kira aku mau hidup menanggung rasa bersalah itu? Aku juga punya hati" ucap Oliver " lagipula aku tak akan membiarkanmu sendirian ditempat ini"

" Oliver... terimakasih" ucap William.

" Aku dan William akan memberikan nilai kami pada Sirius" ucap Oliver

" Baiklah, akan kulakukan apa yg kalian minta" ucap mentor itu.

" Satu hal lagi..." Ucap Oliver " tolong rahasiakan hal ini dari siapapun, terutama Sirius"

" Ya, akan ku usahakan"