"Kau.. Aku pikir ada masalah apa? ini mah bukan masalah besar. Kau-nya saja yang membesar-besarkannya," seru Martha yang jengkel karena sudah khawatir tanpa sebab.
Monica menatap Martha bingung, "Apanya yang bukan masalah besar?"
Monica tidak bisa terima. Baginya ini jelas adalah masalah besar. Ini menyangkut masa depannya.
Martha memberi tatapan yang mengejek. Ia jelas tidak setuju.
"Tentu saja ini bukan masalah yang besar. Aku tahu bagaimana sifat Kakekmu itu. Dia adalah orang paling menyayangimu, walaupun juga adalah orang yang paling sering menyiksa dan mengekangmu. Aku jamin. Laki-laki pilihan Kakekmu itu pasti adalah yang terbaik diantara yang paling baik. Bagaimanapun juga Kakekmu itu adalah orang yang sangat selektif. Jadi Kakekmu itu tidak akan mungkin memilih sembarang pria untuk dinikahkan dengan cucu kesayanganya," terang Martha panjang lebar yang tentu saja tidak mengubah suasana hati Monica menjadi lebih baik. Justru malah bertambah buruk.
Monica kehabisan kata-kata.
"Sekarang aku tanya padamu. Bagaimana wajahnya? Apa pria itu... Tampan?" tanya Martha dengan wajah berbinar-binar. Membuat Monica bergidik.
Mau tidak mau, Monica jadi mencoba mengingat kembali wajah Bryan. Lalu detik berikutnya ia berdecak.
"Ah...Aku tidak ingat! Kau tahu, kami baru saja bertemu. Jadi jelas aku tidak akan bisa mengingat wajahnya," jawab Monica kesal.
Ia memang masih belum bisa mengingat wajah pria itu dengan jelas. Pasalnya ia baru bertemu dengan pria itu dua kali. Dan itu artinya masih belum cukup baginya untuk bisa mengingat wajah pria itu dalam waktu sesingkat ini.
Intensitas kemampuannya dalam mengenali orang sangatlah tipis. Minimal, mereka harus bertemu paling tidak sampai 3kali. Baru kemungkinan setelahnya, Monica bisa mengingat wajah orang itu, seperti orang-orang pada umumnya.
Dan tentunya, Martha sudah mengetahui tentang tingkat kesulitan Monica itu tanpa wanita itu perlu untuk menceritakannya lagi . Martha mengangguk mengerti. Ia memutuskan untuk tidak perlu mempertanyakan lagi masalah itu. Tapi beberapa detik berikutnya Monica sudah kembali berkata.
"Tapi, berdasarkan ingatanku tentang kesan pertamaku saat bertemu dengannya, yaa... kurasa pria itu memang tampan," jawab Monica lagi dengan setengah hati. Walaupun tidak ingin mengakuinya tapi tidak ada salahnya jika ia berkata jujur.
Martha langsung menampilkan mata berbinar-binarnya kembali.
"Nah, tuh 'kan aku benar. Secara fisik pasti oke. Belum lagi soal lainnya. Bibit bebet dan bobot. Direktur Hendra tidak mungkin tidak menyeleksi calonmu itu. Benarkan apa kataku!?" Martha menyunggingkan senyum penuh kebanggaan. Memamerkan sederetan gigi putihnya yang rapi.
Monica melongos.
"Ya, tapi aku tidak menyukainya. Tidak sama sekali," sanggah Monica dengan tegas. Penuh ketidaksukaan.
Martha langsung memberikan tatapan sinis.
"Hei... Apa otakmu sudah bergeser hanya karena terluka akibat patah hati dan dikhianati?" Martha mencemooh, "Kau menyia-nyiakan anugrah yang pasti mendekati sempurna yang sudah dititipkan Tuhan melalui Kakekmu. Dan kau malah masih terbayang-bayang pada masa lalu kelammu dengan si itik buruk rupa itu??"
Mungkin saat mendengar cerita Monica yang pertama Martha emosi dengan sangat pada sepasang mahkluk pengkhianat yang sudah melukai Monica. Tapi kali ini setelah ia mendengar cerita mengejutkan Monica yang kedua, tentu saja yang patuh mendapat amarah darinya adalah Monica. Teman sekaligus atasannya yang terkadang tidak luput dari sikap menjengkelkannya.
Saat ini mereka tidak sedang berada di kantor jadi Martha pikir bebas baginya untuk mengurui Monica tanpa wanita itu bisa melawannya. Walau tentu saja selama ini Monica belum pernah bisa mengalahkan dirinya dalam hal beragumen.
"Apa sekarang kau ingin menceramahiku?" tanya Monica tidak senang. Sepertinya, Martha sudah lupa bahwa ia baru saja patah hati, tidak beberapa lama waktu yang lalu? Dan itu jelas baru berselang beberapa hari. Tentu saja ia masih dalam suasana berkabung. Dan wanita ini.. bukankah juga merasa ikut berkabung dengannya tadi?
Lantas lihat apa yang dikatakan wanita yang ada di depannya ini sekarang?
Dia mencemooh Monica dengan pikiran tidak jelasnya itu soal pertunangannya ini? Pertunangan yang sama sekali tidak diinginkan Monica?
"Ya," jawab Martha dengan penuh keyakinan.
Monica memutar bola matanya. Tidak tahu lagi harus berkata apa. Ia masih sangat menyangsikan kesetiaan temannya itu terhadapnya.
"Tapi sebelum itu, ceritakan lebih detil mengenai pria itu. Aku penasaran orang seperti apa yang bisa lolos dari seleksi ketat Direktur," ujar Martha penasaran.
Martha tahu dengan sangat seberapa tinggi kualifikasi yang selalu ditargetkan oleh Kakek Monica dalam segala hal. Dan itu jelas membuatnya sangat penasaran dengan sosok seperti apa yang telah dipilih Direkturnya itu untuk cucunya.
"Apa kau sedang bertanya tentang kemampuan dan pengalamannya dalam bekerja?" tanya Monica dengan malas-malas sambil menyeruput kuah makanannya dengan santai.
Martha langsung melototinya.
"Kau pikir Kakekmu itu sedang mencari tenaga ahli untuk bekerja di perusahaannya?" Martha membalas dengan emosi. Monica jelas tahu bukan itu yang dipertanyakan oleh Martha. Tapi ia dengan sengaja menjawabnya dengan jawaban yang tidak serius seperti itu.
Monica menanggapi dengan tenang.
"Aku tidak terlalu tahu tentangnya. Atau mungkin lebih tepatnya tidak ingin tahu. Yang aku tahu, dia adalah anak dari kenalan Kakek. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa saling mengenal dan akhirnya membicarakan masalah perjodohan ini. Tapi yang aku tahu dari Kakek, pria ini adalah Alumni terbaik dari Oxford University dengan gelar Master. Dan sekarang ia sedang bekerja di perusahaan ayahnya. Biotenical Botani atau apalah itu," tutur Monica tanpa menunjukan ketertarikan dengan apa yang diucapkannya. Ia hanya menjelaskan apa yang ia tahu.
Berbeda dengan Martha yang justru tertarik.
"Biotenical Botani?? Rasanya aku pernah mendengar nama itu. Tapi apa ya?" Martha berusaha mengingat-ingat nama yang dirasanya tidak asing itu. Ia yakin pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Tapi dimana?
Martha mendadak terkejut begitu ia mengingat sesuatu.
"OMG. Bukankah itu adalah perusahaan yang ada dalam rekor StarEarth sebagai perusahaan go-green terdepan yang cukup terkenal itu? Biotenical Botani Lemus? Benarkah?" ungkap Martha setengah antusias, setengah tidak percaya.
Monica menanggapi dengan ekspresi datar, "Kurasa ya itu namanya. Pria itu sempat menyebut nama Lemus diakhiran namanya. Aku rasa nama itu adalah nama keluarga mereka."
Mata Martha berkedip setidaknya tiga kali untuk mempercayai apa yang baru saja didengarnya.
"Waw, ini berita yang sangat menarik. Aku tahu tentang perusahaan itu karena pamanku sudah bekerja di sana cukup lama. Perusahaan itu bukan sembarang perusahaan. Mereka berada di peringkat teratas dalam bisnis makanan. Dan tak hanya itu. Mereka juga disebut sebagai king of food-Ina. Raja dari segala pangan. Karena apa? Karena sampai detik ini, belum ada satupun vendor yang berhasil menandingi keunggulan mereka dalam menguasai pangsa-pasar di Indonesia. Mereka adalah raja dari segala produsen pangan yang meluas tak hanya di Indonesia tapi hampir di seluruh dunia," terang Martha panjang lebar yang semakin membuat kepala Monica cenat-cenut.
***