Ketika aku masih berdiri di depan kamar mbak Uus melihatku, ia menatapku diam dan kemudian menghampiriku.
"Mbak Uus, apa kau memerlukan sesuatu? Biar aku ambilkan kau istirahat saja di kamar" ucapku menawarkan.
Tapi Mbak Uus tetap diam sambil bersandar di kusen pintu kamarnya, tatapannya tajam tapi juga matanya merah berair. Aku berharap perselisihan ini berakhir sampai disini, besok kita akan berpisah dan mungkin tidak akan bertemu lagi. Aku tidak mau ada pertengkaran atau pun ada rasa kesal satu sama lain, aku ingin mengenangnya sebagai teman, bukan musuh.
"Kenapa kau terus melihat wajahku? Puas kamu? Kau pasti menertawakan aku kan!" ucap Uus dengan nada yang bergetar. Aku tahu sekarang ini dia sedang merasa sedih, dia rapuh karena kondisi wajahnya seperti itu.
"Sumpah Mbak, sedikitpun aku tidak ada niat menertawakanmu" jawabku.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com