webnovel

Chapter 1

Sihir.

Dulu, semua orang merasa siapa pun yang memiliki kekuatan sihir adalah seseorang yang dikutuk. Orang-orang tersebut dianggap mengerikan dan berbahaya sehingga, siapa pun yang memiliki kekuatan sihir maka seseorang tersebut akan di bakar secara hidup-hidup.

Pada suatu hari, ketika dunia terus berputar serta waktu yang tidak berhenti berlari melewati semua momen yang ada di muka bumi, tiba-tiba saja terdapat sebuah ledakan luar biasa dahsyat namun ajaibnya tidak meninggalkan jejak apa pun, ledakan itu malah menumbuhkan sebuah pohon yang tinggi bagaikan menembus langit.

Pohon tersebut mempunyai batang yang besar dan kokoh, memiliki cabang-cabang yang besar serta dihiasi oleh dedaunan berwarna merah yang dipadu oleh warna kuning tua. Daun-daun itu bersinar dan akan meredup ketika mendekati tanggal 29 Februari.

Tumbuhnya pohon tersebut memberikan sebuah keajaiban bagi semua orang. Tiba-tiba saja, nyaris semua orang memiliki kekuatan sihir. Walaupun begitu, hanya ada satu desa yang hanya 15 persen dari penduduknya memiliki kekuatan sihir, padahal desa tersebut dekat dengan lokasi ledakan. Lebih tepatnya dekat dengan Pohon Merah Ajaib (semua orang menyebut pohon tersebut dengan nama itu). Desa itu dikenal dengan nama Desa Floradivia.

Desa Floradivia terletak di kaki gunung, dikelilingi oleh dua gunung besar yang saling mengelilingi satu sama lain. Desa dimana, Pohon Merah Ajaib muncul, sehingga tumbuhlah sebuah hutan yang saat ini disebut dengan Hutan Terlarang.

Sesuai dengan namanya, Desa Floradivia memiliki tanah yang subur, semua tumbuhan yang ditanam di Floradivia akan mekar walaupun tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan langka sekali pun.

Desa Floradivia bukanlah sebuah desa yang melahirkan begitu banyak penyihir hebat, tetapi bagi semua orang, desa ini diberkati oleh para dewa. Mengapa demikian? itu semua dikarenakan Desa Floradivia terpilih sebagai tempat dimana Desiree Gate muncul.

***

Tidak ada yang merasa asing ketika mendengar kata Desiree Gate. Sebuah gerbang besar yang akan memilih tujuh manusia biasa untuk masuk ke dalam gerbang. Setiap empat tahun sekali, tepat di tanggal 29 Februari ketika bulan purnama memancarkan sinar yang lebih terang dari pada malam-malam sebelumnya dan ketika daun-daun Pohon Merah Ajaib mulai meredup, akan muncul sebuah gerbang di dalam Hutan Terlarang tepat di dekat Pohon Merah Ajaib.

Bagi orang-orang terpilih yang telah melihat gerbang itu secara langsung, mereka akan berkata bahwa gerbang tersebut adalah gerbang yang sangat indah, seperti gerbang menuju syurga. Jika ditanya mengenai detail bentuk gerbang tersebut, mereka tidak akan bisa menjawabnya, mereka akan terlihat linglung lalu memilih untuk tidak membahas gerbang itu lagi.

Tujuh orang terpilih akan diundang oleh tujuh penyihir terkuat yang akan mendapatkan mimpi di malam sebelum gerbang muncul. Para dewa yang ditunjuk sebagai perwakilan akan datang ke dalam mimpi para penyihir itu lalu menyebutkan satu nama terpilih yang akan memasuki gerbang. Keesokan harinya, para penyihir akan memberikan undangan pada si terpilih, dan orang-orang tersebut akan masuk ke dalam Hutan Terlarang, dimana hutan tersebut tidak bisa dimasuki oleh manusia biasa, bagaikan ada tembok tinggi tak kasat mata yang menghalangi manusia memasuki hutan. Namun, berbeda dengan para manusia terpilih, mereka bisa memasuki Hutan Terlarang dengan mudahnya.

"Empat tahun lagi tanggal 29 Februari, aku penasaran, apakah aku yang akan menjadi manusia terpilih berikutnya?"

Near hanya bisa mengedikkan bahunya ketika mendengar pertanyaan dari temannya, Charlotte. Gadis cantik dengan rambut merah menyalanya itu terlihat antusias menyambut tanggal 29 Februari. Near selalu saja mendengarkan ocehan Charlotte mengenai Desiree Gate. Charlotte selalu berharap bahwa suatu hari nanti salah satu penyihir terkuat di desa akan datang kepadanya sambil membawa amplop berwarna merah.

Semua orang tahu, bahwa undangan dari para penyihir merupakan sebuah amplop merah tua dengan tulisan nama para manusia terpilih yang ditulis menggunakan tinta emas. Siapa pun yang mendapatkan amplop itu, maka sudah dipastikan bahwa seseorang tersebut merupakan manusia terpilih berikutnya memasuki Desiree Gate.

"Apakah kau benar-benar ingin menjadi manusia terpilih berikutnya? Apa kau lupa dengan apa yang terjadi pada tujuh orang yang masuk ke dalam gerbang?" ucap Near, kembali mengingat sebuah kejadian yang membuatnya selalu berdoa bahwa dia tidak akan pernah dipilih oleh dewa untuk memasuki gerbang.

Charlotte mendengus mendengar ucapan Near, tentu saja dia tahu apa yang telah terjadi pada tujuh orang terpilih yang memasuki gerbang empat tahun lalu. Tidak hanya empat tahun lalu. Semua orang yang masuk ke dalam gerbang, setelah mereka keluar dari sana, mereka akan terlihat berbeda. Mereka seperti orang linglung dan tidak memiliki tujuan hidup. Mereka hanya duduk termenung dengan tatapan kosong. Jika ditanya apa yang sebenarnya terjadi di dalam gerbang, mereka tidak akan menjawabnya. Jika ditanya bagaimana rupa gerbang tersebut, mereka sambil tersenyum hanya berkata bahwa gerbang tersebut terlihat seperti gerbang menuju syurga. Tidak ada detail yang bisa diceritakan dari ke tujuh orang tersebut mengenai Desiree Gate. Walaupun begitu, tidak dipungkiri, sebagian besar penduduk Floradivia berharap menjadi manusia terpilih berikutnya memasuki gerbang.

"Aku tidak lupa, walaupun begitu, tidak ada salahnya berharap bukan? Selain aku ingin masuk ke dalam gerbang, aku juga sebenarnya penasaran apa isi di dalam gerbang dan apa saja yang sebenarnya dilakukan oleh para manusia terpilih itu. Bahkan, para penyihir saja tidak bisa masuk ke dalam gerbang!" bisik Charlotte dengan tatapan matanya sibuk melihat kesana-kemari, takut jika ada seseorang menguping pembicaraan dia dengan Near.

"Apa maksudmu? Dari mana kau mendapatkan info seperti itu?" tanya Near dengan suara berbisik pula. Lagian mereka berdua berada di perpustakaan, tentu saja mereka tidak bisa berbicara dengan suara keras.

Charlotte semakin mendekatkan tubuhnya pada Near, dia hanya tidak ingin percakapan ini di dengar oleh orang lain mengingat betapa heningnya suasana di perpustakaan.

"Aku mendengar berita ini dari Jake yang pergi ke menara sihir, dia tidak sengaja mendengar salah satu staff disana mengatakan bahwa para penyihir tidak bisa masuk ke dalam gerbang. Kata para penyihir, gerbang tersebut memiliki cahaya kemilau keemasan, cahaya tersebut akan semakin bersinar ketika tujuh orang terpilih mendekat ke sana. Tetapi, anehnya, gerbang itu cahayanya akan meredup ketika para penyihir mendekatinya, bahkan gerbang itu tidak bisa dibuka oleh mereka! Tapi orang-orang terpilih itu bisa!" jelas Charlotte menggebu-gebu tetapi tidak lupa dia tetap mengecilkan suaranya.

Near hanya bisa menaikkan satu alisnya mendengar informasi itu dari Charlotte. Mendengar apa yang dikatakan gadis itu, sekarang dia jadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi di dalam gerbang. Tetapi, tetap saja dia takut. Dia kembali berdoa di dalam hati, berharap bahwa dewa tidak memilihnya masuk ke dalam gerbang.

"Ngomong-ngomong, kau sudah dengar beritanya bukan? Penyihir Winter bangun dari tidur panjangnya?" ucap Charlotte, sekarang dia fokus dengan buku yang ia baca.

"Ya, dan aku juga dengar kalau dia sedang berkunjung ke menara sihir, membahas mengenai hukuman yang ia dapatkan dari dewa" jelas Near sambil membuka halaman buku yang ia baca.

Charlotte mendengus, "Aku tidak mengerti apa yang telah dilakukan oleh Nyonya Winter sampai-sampai dewa murka kepadanya dan mengutuknya tertidur selama seribu tahun. Tapi…"

Near menoleh menatap Charlotte yang mulai memasang wajah berpikirnya, dia akan mengusap dagunya beberapa kali dengan alis menukik tajam.

"Bagaimana bisa penyihir itu lepas dari kutukan dewa? Bukankah penyihir terkuat sekali pun tidak akan bisa lepas dari kutukan itu?" gumam Charlotte dan Near memilih untuk tidak terlalu menanggapinya, dia membiarkan temannya itu tenggelam dengan pemikirannya sendiri.

"Dia terlihat seperti orang mati walaupun dikutuk tertidur selama seribu tahun. Dewa seperti mencabut nyawanya. Aku yakin, dewa itu sebenarnya mengutuk mati Nyonya Winter" ucap Charlotte dan Near tetap saja abai. Dia lebih tertarik dengan buku bacaannya.

"Haah, kau benar-benar suka sekali membaca buku tebal itu, apa sih judulnya? Setiap kita berkunjung kesini kau PASTI membaca buku kuno dengan bau kertasnya yang menyengat" ucap Charlotte jengkel, suaranya sedikit keras sehingga dia terkena delikan tajam dari penjaga perpustakaan.

Near hanya mengedikkan bahunya, dia memilih untuk menutup buku tersebut sehingga Charlotte bisa mengetahui judul buku kuno yang dikatakan gadis itu sebelumnya.

Ivonna: Si Penyihir Cantik yang Bisa Menghidupkan Orang Mati.

Lagi-lagi Charlotte mendengus, "Itu semua hanya dongeng, bagaimana bisa ada seseorang menulis cerita tentang penyihir gila itu dengan halaman setebal ini?"

***

Sepuluh tahun dia hanya terbaring kaku di dalam mansion miliknya sendiri.

Dan ketika dia terbangun dari tidur panjangnya, dia mendapati bahwa dia ditidurkan di sebuah peti mati. Mengetahui hal itu, dia nyaris saja ingin membunuh siapa pun yang memasukkan tubuhnya ke dalam peti mati seolah-olah mereka menganggap dia memang tidak akan pernah bangun lagi. Walaupun begitu, bukankah wajar jika mereka semua merasa demikian? Dewa itu mengutuknya tertidur selama seribu tahun. Tidak ada yang bisa melepas kutukan seorang dewa. Tetapi, ketika dia tahu bahwa dia hanya tertidur selama 10 tahun, dia jadi mulai memutar otak.

Apakah dia sendiri yang melepas kutukan dewa?

Atau justru ada seseorang yang melepas kutukan dewa itu darinya?

Tapi siapa?

Siapa yang telah melepas kutukan sialan itu dari dirinya?

Maka dari itu, dia memutuskan untuk keluar dari mansion kecilnya, keluar dari Hutan Terlarang lalu melangkahkan kakinya menuju Desa Floradivia. Dia bisa merasakan beberapa pasang mata melihat ke arahnya, bahkan terang-terangan memelototinya. Tetapi, dia tidak peduli. Dia sudah terbiasa dilihat seperti ini oleh semua penduduk desa. Itu semua karena dia mempunyai penampilan yang unik.

Semua orang tahu, bahwa dia adalah seorang penyihir yang diberkati oleh seorang dewi. Lebih tepatnya Dewi Bulan. Sang dewi begitu menyukainya, sangat mencintainya sehingga dia diberikan setengah jiwa dari sang dewi. Dia pun menjadi penyihir nomor satu terkuat di Desa Floradivia. Dia bahkan masuk ke jejeran lima besa penyihir terkuat di dunia.

Dia lahir tepat ketika bulan purnama bersinar begitu terang bersamaan dengan turunnya salju pertama. Ketika usianya delapan tahun, Dewi Bulan mendatanginya dan memberikan separuh jiwanya kepadanya, alhasil, efek yang ia dapatkan adalah, dia tumbuh lebih cepat dari anak-anak seusianya. Dia berumur 8 tahun saat itu, tetapi dia mempunyai fisik seperti remaja 15 tahun.

Dengan diberikannya separuh jiwa sang dewi, dia memiliki rupa yang mengingatkan semua orang pada sang dewi. Dewi Bulan mempunyai paras yang cantik dan penuh keibuan. Wajahnya terkesan lembut, manik mata kelabunya dengan binar yang indah. Rambut panjang ikalnya yang berwarna kelabu itu bagaikan bersinar menerangi malam. Tatapan matanya yang teduh membuat semua orang merasa nyaman ketika menatap mata sang dewi.

Dia memang mendapatkan paras sang dewi, hanya saja dia mempunyai wajah yang terkesan dingin, matanya bagaikan sorot mata kucing yang sedang marah. Dia mempunyai manik serta rambut kelabu milik sang dewi, hanya saja dia mempunyai perawakan yang lebih dingin dari sang dewi.

"Hai, Winter, siapa yang menyangka bahwa kau benar-benar bangkit dari kematian?" suara yang terdengar mengejek itu membuat Winter menghentikan langkahnya lalu berbalik, mendengus ketika tahu bahwa si pemilik suara itu adalah salah satu rekannya yang sangat menyebalkan.

"Aku juga tidak menyangka" jawab Winter terdengar pelan dan tenang. Dia kembali melangkahkan kakinya, membiarkan rekannya itu berjalan di belakangnya.

Winter merasakan kembali bagaimana semua mata tertuju kepadanya ketika dia melangkahkan kakinya masuk ke menara sihir. Sebuah bangunan besar dengan tinggi mencapai langit, terdapat dua menara kecil disamping kanan dan kiri si menara besar. Bangunan yang merupakan tempat dimana para asosiasi sihir berada.

Winter berjalan dengan tenang melewati lorong panjang yang akan menghubungkannya menuju ruangan ketua asosiasi sihir. Semua mata memang tertuju kepadanya dan sekarang semakin banyak karena salah satu rekannya itu juga ikut berjalan di sampingnya. Winter menyerngitkan alisnya tidak suka dengan kenyataan itu. Dia sejak awal tidak menyukai kehadiran rekannya ini, itu semua karena, dia akan menjadi pusat perhatian setiap rekannya itu berjalan disampingnya atau sekedar berbicara kepadanya.

"Tidak ada hal lain yang ingin kau lakukan selain membuntutiku, Fernandes?" tanya Winter jengah walaupun raut wajahnya melukiskan ketenangan luar biasa. Di dalam hatinya dia asyik mengutuk rekan sialan yang bernama Fernandes itu.

Siapa pun tentu tahu dengan Fernandes. Salah satu dari tujuh penyihir terkuat di Floradivia. Selain dia merupakan salah satu penyihir terkuat, dia juga merupakan penyihir paling tampan sehingga semua kaum hawa tergila-gila kepadanya. Semua orang akan membicarakan bagaimana tubuh tinggi semampai milik Fernandes, wajahnya yang tampan, rahangnya yang tegas dan tajam, manik mata sebiru samudera, rambut keemasan yang terlihat seperti matahari. Ya, semua orang akan jatuh cinta jika melihat Fernandes, kecuali Winter tentunya. Dia muak melihat wajah jelek itu terlebih ketika si jelek itu berdiri disampingnya seperti ini.

"Aku hanya ingin tahu, kenapa kau langsung saja datang ke menara sihir setelah terbangun dari tidur panjangmu" jawab Fernandes dengan ekspresi wajahnya yang menyebalkan.

Winter memilih untuk mengabaikan apa yang sedang dilakukan oleh Fernandes. Memang, lebih baik dia abaikan saja kehadiran laki-laki sialan itu dari pada melayaninya dengan sepenuh hati.

"Hei, Winter, apakah kau mempunyai perjanjian dengan Dewi Bulan atau semacamnya?"

Pertanyaan dari Fernandes itu membuat Winter menghentikan langkahnya, dia menatap Fernandes yang raut wajahnya terlihat serius.

'Hah? Apa ini?'

Winter berdecak ketika melihat Fernandes menanti jawaban darinya. Tetapi, lebih menyenangkan jika semua orang berpikir seperti yang dipikirkan oleh Fernandes bukan?

"Menurutmu?"

Hanya itu yang Winter katakan sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Fernandes berdiri kaku di tempatnya berdiri.

'Ya, silakan saja berpikir bahwa Dewi Bulan yang menyelamatkanku lewat perjanjian atau semacamnya. Begini, lebih baik.'

Winter tidak mungkin mengatakan kejadian yang sebenarnya bukan?

Bersambung