webnovel

02. Kasus Layla

Suara azan subuh membangunkan sabrina dari tidurnya membuat sabrina langsung mandi dan melaksanakan sholat subuh. Walaupun sabrina merasa hidupnya tidak adil namun dia selalu sholat 5 waktu namun sabrina sering sholat subuh dulu baru mandi, apalagi setelah itu dia langsung tidur membuat dia sering telat sekolah. Biasanya ada sang kakek yang selalu membangunkannya sekolah membuat dia tidak telat. Saat suasana hatinya sedang buruk, dia selalu mengaji al-Qur'an untuk menenangkan hati.

"Wahai, yang maha tau segala, tolonglah hambamu ini. Tunjukkanlah jalanmu agar hamba mengetahui kebenaran yang hamba cari. Kasihanilah hamba, ya Rabb. Dan jauhkan kakek dan nenek hamba dari siksa kubur. Kabulkanlah doa hamba, hanya kepadamulah hamba berserah diri, Aamin." Do'a sabrina

Pada pukul 06.20, sabrina membuat sarapan nasgor, biasanya dia hanya memakan roti karena telat sekolah. Setelah itu brina berangkat sekolah menggunakan motor kesayangannya. Sebenarnya ingin bolos namun dia tidak menghindar dari masalah.

Disepanjang jalan menuju kelas sabrina berasa jadi artis mendadak dan korban julid netizen.

'Yang itukan si brina yang buat love pingsan. Gak usah dekat-dekat dengan dia ngeri.'

'Itu yang namanya brina kan, auranya ngeri.'

'Cantik-cantik tapi ngeri.'

Kira-kira seperti itu komen-komen netizen yang tidak biasa author sebutkan semua. Sebenarnya sabrina sangat risih dan tak nyaman namun cuek adalah pilihan tepat.

'Kupikir aku sudah biasa ternyata capek juga.' Batinn brina tidur dimejanya

"Lo gak papa kan. Gimana luka lo kemarin udah sembuh." Ujar gamall disebelahnya dan membuat brina langsung tersadar

"Iya, gue gak papa. Oh, Btw kita belum kenalan gue Sabrina Pricilia Aurel, lo bisa panggil gue brina." Jawab brina menyodorkan tangannya

"Iya, gue udah tahu. Gue Gamall Adelio, lo bisa panggil gue gamall." Ujar gamall membalas tangan brina

"Tapi gue boleh dong amal, kek nya cocok." Ucap brina menahan tawa

"Lo kira gue amal sedekah apa." Jawab gamall kesal dan brina bengek

'Cantik, harusnya lo tertawa kek ini terus.' Batin gamall membuat tersenyum tulus

Bel istirahat berbunyi seluruh siswa-siswi menuju kantin tak terkecuali gamall dan brina.

"Bri, mau bareng ngak kekantin." Ujar gamall yang merapikan bukunya

"Boleh, bentar gue merapikan buku gue." Jawab brina

"Kami boleh gabung ngak." Ujar cicil dan tara

"Boleh kok." Jawab mereka kompak

Dikantin, gamall dan tara memesan bakso, cicil memesan nasgor dan brina memesan siomay serta es teh yang mereka pesan.

"Eh, btw gue mau tanya soal kasus bunuh diri di sma ini benar ngak sih." Ujar gamall yang memecah kesunyian yang ekspresi kepo

"Kok lo bisa tau, bukannya kasus ini ngak dipublikasikan ke media." Balas tara yang menatap gamall curiga

"Apa hubungan lo sama kasus itu?" Tanya Cicil dengan tatapan seperti tara dan brina

"Sebenarnya adik teman gue itu adalah gadis yang bunuh diri tersebut, teman gue ngak percaya kalo adiknya bunuh cuyy. Kebetulan gue pindah sini jadi gue penasaran kek mana cerita aslinya. Tapi jangan beri tahu siapapun." Jawab gamall dengan penuh keyakinan

"Iya, Sebenarnya dia itu sekelas dengan kami, gadis itu bernama Layla pavitha atthaya. Dia adalah gadis yang baik, pintar, ceria,cantik dan gadis yang pernah gue suka. Dua minggu sebelum kematiannya dia suka murung dan jarang sekolah, kemudian hari senin gue denger dia dipanggil oleh bu Fara selaku walikelas menanyakan tentang kenapa dia sering ngak masuk dan meminta walinya dateng. Namun besok paginya seorang siswa bernama Danumaya menemukan dia gantung diri digudang sekolah. Dari kejadian itu bu Fara mengundurkan diri dari sekolah ini dan walikelas diganti bu anita, deh." Ujar tara detail

"Kasihan banget. Dia ngak pernah cerita masalahnya? Emangnya dia ngak punya sahabat atau teman deket apa? "Ucap gamall yang makin penasaran

"Oh, ada kok. Ehh, bukannya lo sahabatnya brina." Jawab cicil menunjuk brina

"Bukan, dia bukan teman gue. Gue ngak pernah punya teman keras kepala, goblok, tolol, dan naif kek dia." Balas brina dengan binar mata yang ditangkap gamall

"Bukannya lo deket banget sama lala, yah." Tambah tara lagi

"Dia bukan teman gue lagi semenjak dia bareng si brengsek itu, gue udah bilang ngak usah deketin dia." Jawab brina emosi

"Si brengsek itu siapa?" Ujar gamall

"Dia itu adalah A...." Ucapan sabrina terpotong karena suara pengumuman yang memanggil dirinya

"Diberitahukan kepada Sabrina Pricilia Aurel datang keruang guru temui bu anita sekarang juga." Suara toak yang bergema

"Gue pergi dulu." Ujarnya meninggalkan kantin menuju ruang guru

"Ehh, lo belum selesai cerita, jangan pergi lo gue masih penasaran." Ucap tara yang berteriak yang tak dipedulikan oleh sabrina

"Kalian ngak penasaran endingnya?" Tanya tara dengan cicil dan gamall

"Gue penasaran." Jawab mereka kompak

Setelah menghabiskan makanan mereka, mereka pergi meninggalkan kantin menuju kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

Berbeda dengan sabrina yang diruang guru lebih tepatnya ruang kepala sekolah yang membahas mengenai perkelahian dia dan love kemarin. Kalau dia bukan putri kepala sekolah dia mungkin sudah dikeluarkan dari sekolah.

"Baiklah, saya ingin menyampaikan perkelahian ini seharusnya tidak terjadi lagi. Kalian akan dihukum membersihkan wc siswi selama satu minggu." Ujar pak Vernando Alexander atau pak nando yang merupakan ayah sabrina.

"Ayah kecewa sana kamu, nak. Seharusnya hal seperti ini tidak pernah terjadi." Ujar pak nando kecewa

"Ayah, brina maaf sudah membuat ayah kecewa ini memang brina salah." Jawab brina yang berlinang air mata tanpa disadarinya membuat sang ayah terdiam membisu

"Sudahlah ini telah terjadi, lakukan hukuman kalian dengan benar. Kalian boleh pergi." Ujarnya lagi dan semua meninggalkan ruang kepala sekolah kecuali brina yang masih menangis dan terdiam ditempat

"Ayah, apa benar brina bukan anak ayah? Apa itu benar? "Ucap brina yang menghapus air mata nya

"Sebenarnya apa yang sedang kamu katakan brina, kamu itu anak ayah. Siapa yang bilang kamu bukan anak ayah, hah!" Jawab sang ayah marah sambil mendekati brina yang diam ditempatnya

"Kata love brina bukan anak ayah. Aku anak haram dari ibu dan pria lain, apa brina benar ayah hiks...."Balasnya membuat tangisnya pecah

'Ku mohon ayah katakan brina adalah anak ayah tidak seperti yang dikatakan love.' Batin brina dan sang ayah menghembuskan napas berat

"Sabrina Pricilia Aurel kamu adalah anak ayah. Anak ayah yang cantik dan putri kesayangan ayah. Ayah minta maaf karena tidak pernah ada disamping kamu sebab kesibukan ayah. Bagaimana kalau kita tinggal bersama, kamu, ayah, ibu mu ?" Jawab sang ayah menghapus air matanya

"Namun ayah, brina memerlukan bukti jika brina anak ayah. Brina mau tes DNA?" Balas brina dengan tegas

"Baiklah, jika itu yang kamu mau nak. Bagaimana tawaran ayah untuk kembali kerumah, apakah kamu setuju?" Ujar sang ayah menanti jawaban

"Maaf, ayah. Bukannya brina tidak mau namun sabrina mau mandiri." Jawab dengan pasti

"Baiklah. Namun jika kamu berubah pikiran pintu rumah selalu terbuka." Balas ayah

"Kalau begitu brina pamit melanjutkan belajar." Ujar brina mencium punggung tangan sang ayah lalu keluar dari ruangan tersebut

Kenapa sabrina tidak menerima tawaran sang ayah karena traumanya. Waktu dia umur 8 tahun, ayah dan ibunya sering berantem membuat mental brina down. Pada akhirnya pindah kerumah sang kakek membuat mentalnya sedikit membaik karena sang kakek sangat menyayangi brina. Dan alasan lainnya karena dia ingin menjaga rumah sang kakek yang dipenuhi kenangan masa kecilnya.

°▪︎°

Saat pulang sekolah, brina mampir ke sebuah supermarket dan bertemu gamall yang sedang menelpon seseorang saat parkiran supermarket tersebut. Awalnya dia ingin menegurnya namun dia mengurungkan niatnya saat mendengar perbincangan dia dengan yang ditelponnya.

"Sebenarnya aku sangat ingin membunuhnya namun karena janji saya kepadamu saya tidak akan membunuhnya. Namun jika ada hal diluar kendali maka saya akan melupakan janji itu." Ujar gamall

'Siapa yang dibicarakannya? Apakah itu aku? Kenapa dia ingin membunuh seseorang? Keknya dia psikopat ngak sih?' Batin brina dengan pertanyaan-pertanyaan dipikirannya

"Oh, Sabrina Pricilia Aurel. Memang dia orangnya. Kuharap ini cepat selesai." Ujar gamall dengan sorot mata tajam dan terdapat kesedihan dimatanya

'Apa? Kok nama gue disebutnya? Jangan bilang dia mau bunuh gue? gue harus menghindari dia, gue masih mau hidup walaupun hidup gue kek neraka.' Batinnya

Setelah selesai menelpon gamall pergi menggunakan motornya sementara brina bersembunyi agar tidak diketahui oleh gamall.

"Uhh... syukur gue gak ketauan." Guman brina menghelakan nafas lega

"Ngak ketauan dari apa mbak?" Tanya seseorang pria

"Itu loh dari gamall, syukur dia udah pergi." Jawab brina spontan

"Oh." Balasnya singkat dan seketika brina langsung berbalik

"Ahhhkk ..... lo siapa? Ngapain disini?" Tanya brina terkejut

"Mbak yang ngapain disini, ini mobil saya." Balasnya

"Sorry mas, saya ngak tau." Ucap brina yang malu

'Gue harus cepat pulang malu, cuyy.' Batin brina

"Mbak penguntit yah. Ngak boleh gitu mbak dosa." Ujar pria tersebut

" ih... saya bukan penguntit lo mas. Kurang kerjaan banget nguntitin orang." Balasnya

"Saya liat sendiri lo tadi, terus klo bukan penguntit ngapain mbak ngikutin mas tadi." Tambah pria itu

"Apa sih mas, sok tau banget." Jawab brina sambil meninggalkan pria itu menuju motornya

'Menarik.' Batin pria itu

"Gue dibilang penguntit, hello kurang kerjaan banget gue." Omelnya

Setelah itu brina pergi meninggalkan supermarket tersebut dengan kecepatan kilat.