webnovel

Prolog

Senyap. Sunyi. Tenang.

Sauasana di dalam kamar bernuansa putih dan soft blue itu.

seorang gadis duduk di kursi meja rias, manik grey nya menatap lurus kedepan. memantulkan indah nya wajah yang terlukis make up natural.

dingin, datar. tak ada ekspresi apapun dalam wajah itu, tatapan mata nya tak memancarkan apapun, seakan hanya menatap udara kosong tak berpenghuni.

beberapa detik, hingga akhirnya manik itu mengerjap, bersamaan dengan datang nya senyum miris yang tak sampai mata, juga manik yang kini memandang tajam.

"menjijikkan" satu kata terucap dengan gumaman.

sekedip mata, wajah itu dengan cepatnya berubah, berhias senyum menawan dengan mata menyipit layaknya bulan sabit, namun masih tetap tak menampilkan binar yang sama pada sepasang kelereng menawan itu.

suara kasar dari bangku yang ia dorong kebelakang memenuhi ruangan.

kaki jenjangnya menegak, mengambil kangkah menuju pintu yang tertutup bersiap menampilkan poker smilenya yang selalu menjadi topeng, menutupi orang lain untuk tau bagaimana ia sebenarnya.

Daisy Caramella Dexton

nama gadis cantik yang kini mengenakan Sifon dress selutut berwarna baby pink yang begitu kontras dengan kulitnya.

Ceklek.

Pintu terbuka membawa suara ramai dari bawah sana merayapi indra pendengaran nya.

bak seorang aktris handal, kini sudut bibir nya mengembang sempurna, menciptakan lekuk indah yang pasti membuat semua orang memuja sang gadis tanpa terkecuali.

meneruskan langkah, kali ini kaki jenjang nya berhenti di samping pagar pembatas dengan tinggi sepinggang nya.

memindai aktifitas di bawah sana, dimana semua orang sibuk berlalu lalang seperti tengah ada yang mengejar.

tangan lentik dengan kuku cantik berhias cat berwarna pink baby itu terangkat.

memberikan gerakan menghitung hingga ke lima jari nya tegak.

entah sudah berapa lama orang yang menjadi alasan kesibukan di bawah sana itu tak menginjakkan kaki di mansion mewah lebih sering ia anggap sebagai tempat tahanan itu.

ia tak ingat, yang pasti tak lebih dari lima bulan yang lalu karna yang ia ingat saat ulang tahunnya, mereka pulang hanya untuk sekedar memberi kado sebuah mobil mewah, dan beberapa menit kemudian kembali menghilang entah kemana.

tersadar dengan apa yang ia fikirkan, bibirnya kembali menyunggingkan senyum seperti layaknya seorang putri yang terlihat begitu senang mendengar orang tuanya pulang.

bibirnya bahkan masih sempat menyenandungkan lagu ceria di balik kelutnya batin yang mengumpati tindakan bodoh nya.

Salah satu maid membawa beberapa gelas minuman hampir ditabraknya, bibirnya dengan sigap melakukan tugasnya, memberikan tawa hangat yang tak sampai mata sembari mengucapkan maaf yang di sambut senyum hangat wanita itu.

melangkah seperti tengah di iringi suara dentingan piano, ia bahkan sempat sempatnya membuat gerakan berputar seperti seseorang yang tengah berdansa hingga..

Brukk..

Saura tubuhnya yang terjatuh membuat sekelompok Maid itu berjalan tergesa melihat keadaannya.

"nona baik baik saja?"

"ada yang luka nona?"

"kita antarkan ke kamar nona"

"nona tidak perlu menyambut tuan dan nyonya, biar kita beri tau mereka keadaan nona"

"iya nona, Hey.. panggil seseorang untuk menggendong nona"

"ayo cepat sebelum tuan dan nyonya datang"

Ekhum...

dehuman itu berhasil menyita atensi semuanya, sang pelaku menyengir lucu membuat para gerombolan wanita berseragam itu refleks tersenyum hangat, memuja nona mereka yang terlahir dengan keindahan layaknya Bidadari penghuni Surga.

Daisy, Sungguh.. sesuai dengan namanya yang mengartikan bunga dengan segala keindahan nya.

"Daisy tidak apa bibi, cuman jatuh, gak ada keseleo, retak tulang, ataupun patah tulang"

"Hey.. nona jangan bicara begitu"

"iya, kami tidak terima kalau nona kami mengalami semua itu, tidak ada yang bisa merusak keindahan nona kami"

"ya.. benar, nona harus tetap cantik dan sempurna"

Daisy menggelengkan kepala nya dramatis.

"oh.. bibi, Daisy takut terbang setelah ini"

dan seperti biasa, Daisy akan selalu menjadi alasan semua orang di rumah mewah itu tertawa, tak peduli apa yang batin nya rasakan sekarang.

"Tuan dan Nyonya datang" seruan itu membuat satu persatu dari mereka berdiri

tentunya dengan Daisy yang hampir kembali terjatuh karna kaki Hils nya yang tak tepat berpijak.

Sontak pekikan menyebut nama gadis cantik itu terdengar kompak, sedang sang pemilik nama lagi lagi menyengir sembari memberikan tanda peace dengan dua jari, sebelum akhirnya berlari cepat keluar meninggalkan orang orang disana yang menahan nafas karna tindakan nya.

maid dengan jumlah hampir sepuluh orang itu menggeleng Dramatis, namun tak urung kekehan lucu keluar menyertai mereka

memilih menyusul nona mereka, para maid itu berjan teratur, membuat gerakan rapi berbaris layaknya angka sebelas dengan ketua maid yang berada di depan samping kanan.

Daisy berdiri tegap sembari memasang senyum lebar tepat di depan sebuah mobil Rolls Royce Cullinan Black yang mulai berhenti.

dua lelaki berperawakan tinggi tegap keluar lebih dulu, mereka bergerak sigap membuka pintu penumpang dengan kepala tertunduk hormat.

sepasang paruh baya yang masih terlihat muda di usianya yang hampir memasuki kepala empat itu keluar dari pintu yang berlainan.

Daisy menyambutnya dengan senyum semakin lebar, bahkan cekikikan kecilnya terdengar sebelum akhirnya ia berlari menubruk tubuh wanita yang sudah mengambil ancang ancang dengan tangan terbuka

"Welcome home mom"

Wanita paruh baya itu tersenyum, senyum yang sama dengan yang Daisy miliki. disusul dengan ciuman beruntun pada kedua pipi dan puncak kepalanya.

Nathalie Karenina Dexton, wanita cantik itu adalah Mommy Daisy. jika di lihat, tak heran mengapa Daisy bisa memiliki paras seindah itu, Wajah indah gadis itu memiliki keturunan dari sang ibu.

"Thank u Darling" Sahut Nath yang di balas anggukan semangat Daisy. kini manik gadis itu beralih pada pria paruh baya yang berada di samping Mommy nya, yang menatapnya dengan wajah datar tanpa Ekspresi.

Daisy membalas tak kalah garang, namun dalam sekali gerakan tawanya menguar saat ia melompat begitu saja pada gendongan Axton Maxime Daxton, pria yang akrab Daisy sapa Papy itu terlihat pasrah saja sembari menahan paha Daisy agar tak terjatuh.

"Putri mu Nath" serunya dengan nada prihatin

"putrimu juga X" balas Nath, berusaha terdengar sejengkel mungkin

"putri kalian lah.." putus Daisy yang disambut cekikikan geli dari sepasang suami istri itu.

****

"Papy Daisy ingin bicara hal penting sama Papy" Axton, yang baru saja mendudukkan dirinya disofa ruang tamu setelah melewati rangkaian sambutan dari para pekerjanya itu mengerutkan kening.

Ini hal langka, putrinya itu biasanya cerewet, jangan kan bicara, mengomel saja tak pernah Izin seperti sekarang.

Nathalie yang berada tepat di samping sang suami mengangkat bahu acuh, bersandar pada dada bidang suaminya terlihat lebih menarik dari pada meladeni Daisy yang dalam mode Gabut seperti sekarang.

Nath tebak jika Daisy hanya berniat membuat Papy nya penasaran, tak heran, anak nya itu memang manja pada Papy nya.

"bicara apa, sebentar Papy izinkan kamu bicara, tapi kalau gak bener bener penting, Papy hukum kamu untuk gak ngomong sama sekali satu hari ini, gimana?"

Daisy menggelembungkan pipinya dengan manik membulat, Khas sekali jika Gadis itu tengah kesal. Nath sendiri yang ternyata mencuri dengar mencubit pelan pinggang suaminya.

"Oke, karna Daisy bener bener mau ngomong serius sama Papy, Daisy gak keberatan"

Axton berdehum menimpali ucapan putrinya

"emangnya sepenting apa hal yang mau kamu omongin hum?" nampaknya Nath mulai penasaran, apapun dasarnya, gadis itu memang selalu membuat orang orang di sekitarnya tertarik.

"Lebih penting dari pada Honey nya Mommy" Honey yang Daisy maksud adalah kucing langka milik Nath yang menjadi hadiah ulang tahunnya dari Axton dua belas tahun yang lalu. tepatnya saat Daisy masih berumur empat tahun.

Nath menarik bola mata, memang nya apa yang lebih penting dari pada kucing kesayangan nya itu.

"yasudah, kamu mau ngomongin apa? habis ini Papy sama Mommy mau Istirahat" Daisy mengangguk antusias,

terlalu antusiasnya, gadis itu bahkan beranjak memilih duduk diantara Papy dan Mommy nya yang membuat Axton hampir saja terlepas memberikan umpatan.

Untung anak sendiri batin nya berbicara

"Pap, coba Papy sama Mommy inget, dari kapan kalian ngelarang Daisy keluar dari Mansion"

pertanyaan tanpa nada tuntutan itu membuat Nath tersentak pelan, ia bahkan menengok ke arah suaminya memastikan jika ia tak salah pendengaran.

pasalnya seingat Nath, ini sudah berlalu lebih dari sepuluh tahun dari kejadian yang membuat Nath dan Axton memutuskan untuk melarang Daisy keluar Mansion, dan putrinya itu baru menanyakan hal ini sekarang?.

Axton menyapu tangan Nath yang mampu ia jangkau memberikan ketenangan. ia juga terkejut, namun ia masih mampu menahan wajahnya untuk tetap datar.

"kenapa memang nya?"

Daisy memandang Axton dan Nath dengan sorot mata sendu, hal yang tak pernah ia lakukan sebelum nya di depan siapa pun.

"sudah lebih sepuluh tahun bukan Pap?" Axton berdehum, kali ini terdengar lebih berat dari sebelumnya.

"Papy.. boleh Daisy minta satu hal sama kalian? selama ini Daisy gak pernah minta apapun, tapi kali ini Daisy mohon buat Papy kabulin permintaan Daisy, Dai janji ini untuk terakhir kali, setelah ini Daisy gak akan minta satu hal apapun sama kalian"

Nath lantas membuang muka nya kearah jendela

Ia tak buta, ia tau betul jika sebenarnya Putrinya itu tertekan terkurung di Mansion selama sepuluh tahun.

dan benar, bahkan saat mereka memutuskan itu, Daisy hanya bisa mengangguk menyetujui tanpa permintaan apapun.

Nath dan Axton memilih Egois, tak peduli apa yang putrinya itu fikirkan. namun jika itu demi keselamatan Daisy, apapun akan mereka lakukan.

"Mom.. Pap, Daisy ingin Sekolah keluar, Daisy ingin tau gimana kehidupan remaja seumuran Daisy di luar sana-"

"Mommy gak setuju" Nath menyela dengan cepat, Daisy bahkan tersentak dengan ucapan Nath yang terdengar cukup keras,

Gadis itu memalingkan wajah, menekan getir yang merayap mencengkram dada.

"Mom.. Daisy hanya minta satu hal ini aja"

"Mommy gak setuju sayang, jangan membantah atau Mommy dan Pappy gak akan pernah pulang lagi setelah ini" putus Nath, wanita itu tak memberikan Daisy bicara dengan beranjak begitu saja, menuju Lift yang akan membawanya pada Lantai empat dimana kamarnya berada.

Daisy terdiam, menahan senyum miris yang hampir saja keluar dari bibir nya.

melirik pada Axton yang masih diam tanpa respon, Daisy menghembuskan nafas jengah, lagi dan lagi ia harus menghabiskan tahun ke enam belas ia hidup dengan terkurung di sangkar mewah ini.

mengepalkan tangan kuat, Daisy mulai menegakkan kaki, menarik bibirnya keatas dengan lebar dan melangkah kakinya kedepan Axton.

"Pap, Daisy fikir emang lebih baik di rumah aja sih, gak perlu capek mau ngapa ngapain hehe.., ah Daisy pasti lagi ngelantur tadi"

"akan Papy fikirkan kemauan kamu" Daisy mengerjapkan maniknya beberapa kali, sebelum akhirnya sadar dan terpekik kencang di pangkuan Axton.

"ARE U SERIOUS PAP?"

Axton berdehum malas menanggapi, tadi saja Daisy sok memelas dengan wajah sendu itu, dan sekarang sikap bar bar putrinya itu kembali lagi

Oh.. demi tuhan, Axton hanya bisa berharap jika nanti ada yang mau berteman dengan putrinya itu, tapi.. tentu itu bisa di urus bukan?

"Seberapa seriusnya Papy"

"Seribu persen Serius"

"Yes... Wohoo thank u Pap?" Axton memutar bola mata, kalian lihat? Daisy sekarang bahkan tengah melompat heboh seperti tengah bermain Trampolin di Sofa mahal yang di Impornya Dari Brazil.

"tapi ingat, akan ada syarat yang harus kamu lakukan"

"Siap, Sugar Papy" Axton berdecih sinis, sedang Daisy malah cekikikan seperti Gadis yang tak berdosa sedikitpun

Chapitre suivant