Beberapa kali dipatahkan dan ditinggalkan membuat hatinya kaku dan memilih untuk menutup hatinya dan tidak berani lagi berharap apa pun dari cinta.
Tepat saat itu, suara Rasty menyadarkan Tiara dari lamunannya.
"Ra, kenapa melamun?"
Tiara langsung tersenyum melihat sahabatnya itu.
"Tidak ada apa-apa, oh iya kamu sudah menikah lebih dari enam bulan tapi kenapa aku belum mendengar hadirnya cabang bayi?"
Rasty memunduk, "Itu dia Ra, aku jadi malu sama Rafa, dia terlihat ingin sekali punya anak meskipun tidak dia ungkapkan, aku belum juga ada tanda-tanda kehamilan!"
"Yang sabar ya, semoga aja Allah cepat memberikan kalian momongan!" Tiara mencoba menenangkan hati Rasty.
Rasty mengangguk setelah itu dia kembali menatap Tiara penuh arti, sebelum itu dia menengok ke kiri dan ke kanan memastikan tidak ada orang di ruang guru.
Setelah selesai ngajar di sekolahnya, Rasty pun langsung datang ke sekolah Tiara karena rasa rindunya. Selain itu, Rasty juga ikut menjadi pembina di sekolah Tiara sehingga ia tidak canggung untuk datang.
"Kamu kenapa?" Tiara merasa bingung.
"Mmmm, Ra maaf ya! Aku baru tahu soal gagalnya pernikahanmu dengan Ferdinan." Rasty merasa bersalah.
Tiara baru ingat kalau dia tidak pernah menghubungi Rasty setelah kejadian itu, dan Rasty pun tahu dari keluarga Tiara yang mengetahui itu.
"Sudahlah jangan dibahas lagi! Itu sudah sebulan yang lalu dan aku sudah mencoba mengikhlaskannya!" Kata Tiara sambil kembali fokus dengan tugas-tugas muridnya.
Rasty juga tudak mau memperpanjang bahasan itu karena dia cukup mengerti perasaan sahabatnya.
"Oh iya, besok kita ada acara perkemahan selama 4 hari, apakah kamu tetap ikut?" Tanya Tiara.
"Tetaplah ikut, tidak enak juga sama kepala sekolah yang killer itu kalau libur terlalu lama ... " Jawab Rasty.
"Bagaimana suamimu?"
"Dia mendukung, karena itu tanggung jawabku .. " jawab Rasty sambil tersenyum.
Melihat kebahagiaan Rasty, Tiara merasa iri. "Kamu beruntung bisa menikah dengan lelaki sebaik Rafa, dia sudah mendukungmu dan selalu bersikap lembut, Allah memang tahu mana yang terbaik buat hamba-Nya!"
Rasty memegang tangan Tiara seraya berkata, "Alhamdulillah, sikap dan perlakuan Rafa membuatku perlahan-lahan melupakan Rama. Bahkan aku sudah mulai mencintai Rafa dan aku juga berharap kamu segera ditemukan lelaki yang terbaik!"
Tiara hanya tersenyum membalas perkataan Rasty, meski begitu dia diam-diam mengaminkan do'a Rasty, karena bagaimanapun juga di hati kecilnya dia masih berharap ada cinta yang indah diperuntukkan untuknya.
Keesokan harinya, Rasty dan Tiara berangkat ke bumi perkemahan, dia dan semua muridnya yang ikut tampak menikmati suasana perkemahan, beberapa lomba mereka ikuti dan yang paling menghibur hati Tiara adalah waktu penjelajahan.
Karena perkemahan ada di daerah yang cukup dingin dan di tengah hutan, penjelajahan pun terasa nikmat dan menantang, apalagi mereka harus melewati hutan lebat dan melewati air terjun yang indah.
Dan pada malam hari, tepatnya di malam terakhir perkemahan, Rasty tampak kesal.
"Nyonya Rafa ada apa dengan wajahmu yang tekuk begitu?" Tanya Tiara yang baru saja selesai mengontrol dengan murid-muridnya.
"Aku kesal karena Rafa tidak pernah menghubungiku, padahal sudah 3 hari dan 2 malam aku di sini!" Jawab Rasty dengan kesal.
Tiara tersenyum, "Apa kamu merindukannya?"
"Ya jelaslah, secara ini pertama kalinya kami tidur terpisah .. " Jawab Rasty spontan.
"Kalau begitu katakan padanya, berani gak?" Tiara menantang Rasty karena dia tahu betul kalau Rasty dan Rafa masih malu-malu mengungkapkan perasaan mereka meskipun menikah sudah lumayan lama.
"Beranilah ... " Jawab Rasty, setelah itu dia mengirim pesan ke Rafa.
Rasty. : Saya kangen.
Tiara mengerutkan keningnya melihat Rasty hanya mengirimkan dua kata itu.
Setelah mengirim pesan, Rasty nampak harap-harap cemas menunggu balasan Rafa, sedangkan Tiara senyum-senyum sambil bermain game di ponselnya.
Beberapa saat kemudian, ponselnya berbunyi.
"Ra, dia membalas pesanku!" Kata Rasty dengan kegirangan.
Mendengar perkataan Rasty, Tiara langsung melirik Rasty dan bersama-sama membaca pesan dari Rafa.
Rafa : Sabar saja! Ini kan tanggung jawabmu!
Setelah membaca pesan dari Rafa, Tiara kaget melihat Rasty membanting ponselnya, karena kesal dengan balasan Rafa, padahal dia berharap Rafa akan membalas dengan kata kangen juga tapi sayang tidak sesuai harapan.
Tiara tidak mau mengganggu Rasty sehingga ia segera menarik selimutnya dan memejamkan mata, sedangkan Rasty tidur dalam keadaan kesal.
Setelah pulang dari perkemahan, Tiara langsung membereskan barang-barangnya dan bersih-bersih, lalu merebahkan tubuhnya yang capek di atas ranjang.
Tepat saat itu, suara ponsel Tiara berbunyi dan itu dari Rasty.
"Ada apa Kakak Rasty?" Tanya Tiara setelah menggeser ikon berwarna hijau di ponselnya.
"Ra, ternyata aku salah sangka"
"Maksudmu?"
"Sebenarnya selama aku pergi, Rafa jarang tidur, dia juga jarang makan. Setiap hari dia menanyakan kabarku tapi malu menghubungiku karena takut ganggu, tapi dia selalu merasa tenang ketika melihat postinganku di Facebook."
"Siapa yang ngasih tahu?"
"Kakaknya yang cerita, Hehehe ..."
"Mungkin ini ya yang namanya pacaran setelah menikah, kadang-kadang kalau melihat dia lagi tidur aku pasti diam-diam mencium keningnya, dan aku juga kadang pura-pura tidur dan ternyata dia melakukan hal yang sama denganku, mencium keningku akan tetapi dia pernah kaget ketika melihat aku tiba-tiba bangun. Hahaha .... pokoknya lucu deh!" Kenang Rasty sambil tertawa kegirangan.
"Iya, selamat kalau begitu, ya sudah aku mau tidur dulu ya!"
"Oke."
Setelah ngobrol dengan Rasty, Tiara langsung melempar ponselnya ke samping tempat tidur, dia benar-benar merasa iri dengan kebahagiaan Rasty.