"Dan salahnya lagi harusnya lo belum SMA, tapi cocoknya masih PAUD," tambah Fadli.
"Wah, dasar sialan. Sakit hati dedek, bang. Kalian jahat banget, eike nggak bakalan maafin kalian. Huft! Benci aku sama kalian." Riko dengan gaya bicara yang dibuat-buat membuat Amanda tertawa.
"Kenal, nggak? Tanya Roy memandang Riko dengan jijik.
"Nggak kenal gue, dia siapa, sih?" Fadli geleng-geleng kepala.
"Wah, parah lo berdua! Sini jangan lari, woi! Rasakan nih, Riko mengejar Roy dan Fafli keliling mengitari meja di ruangan Amanda. Sambil melemparkan bantal sofa.
"Woi, ini rumah sakit, jangan bikin keributan!" Tegur Irma membuat mereka berhenti.
"Hahaha. Aduh, sakit nih perut gue," tawa Amanda memegang perutnya tak tahan melihat tingkah mereka.
Sejenak Roy terpaku melihat Amanda tertawa. Baguslah cewek itu tertawa tanpa harus memikirkan masalah keluarganya, Amanda tertawa seakan melupakan bebannya.
Cantik, batin Roy menatap Amanda.
Amanda menghentikan tawanya ketika menyadari Roy menatapnya. Kedua mata mereka terkunci dalam benerapa menit.
"Ehm!" Dehaman teman-teman membuat keduanya langsung tersadar Roy buru-buru mengalihkan tatapannya, begitupun dengan Amanda.
"Da, lo harus cerita siapa yang lakuin hal ini sampai lo terluka," titah Nadia membuat perhatian yang ada di ruangan tertuju padanya.
"Nah, benar tuh, Da. Lo harus jawab siapa yang berani lakuin ini ke elo," lanjut Irma.
Roy baru sadar, hal itulah yang ingin dia tanyakan saat Amanda sadar, namun terlupkan karena masalah yang Amanda hadapi kemarin.
"Apa ini ada hubungannya dengan Ucup?" Tebak Riko.
"Ucup?" Amanda mengerutkan alisnya, kenap nama Ucup disebut padahal dia tak ada hubungannya dengan ini.
Hanya Gadis dan teman-temannya yang bersalah. Mereka yang melakukan ini terhadap Amanda." Ucup nggak ada hubungannya yang terjadi sama gue," jawab Amanda.
"Kalau bukan Ucup, siap yang udah bikin lo kayak gini?" Roy menghampiri Amanda.
Amanda tidak tahu apakah dia harus berkata jujur atau tidak. Dia ingin mengatakan namun bibirnya terasa keluh untuk bicara.
"Da, jawab!" Desak Nabila.
"Da, ayo jawab, kenapa kepala lo bisa berdarah dan kenapa lo bisa terkuncidi dalam toilet?" Tanya Irma.
"Emm.. nggak ada yang lakuin ini ke gue, ini cuma kecelakaan kepala gue terbentur, dan toilet terkunci karena_"
"Bohong!" Amanda tersentak karena suara Roy meninggi.
"Lo jangan bohong Amanda. Jawab sekarang atau gue bakalan temuin orangnya dan laporin ke Kak Raka alasannya," ancam Roy.
Sejenak Amanda menghela napas, mau tidak mau dirinya harus jujur daripada Roy melaporkan hal itu ke keluarganya.
"Gadis." Satu kata yang lolos dari bibir Amanda.
"Maksudnya?" Tanya Nabila.
"Dia yang lakuin ini ke gue, Gadis dan teman-temannya."
"Apa?"
"Wah, parah tuh anak, nggak sangka gue," ucap Irma.
"Dia ngomong apa saja ke elo sampai bikin lo kayak gini?"
"Saat gue di toilet, Gadis dan teman-temannya masuk dan_"
Amanda menceritakan kejadian sejujurnya mulai dari Gadis yang tidak terima karena kekalahannya saat bermain basket. Namun Amanda tidak menceritakan jika Gadis adalah orang yang membuatnya cedera saat SMP.
Sampai akahirnya Amanda menampar Gadis karena ucapan yang mengatakan diriny sampah, lalu Tiara dan Nisa menjambak rambutnya. Kemudian Gadis membenturkan kepalanya ke tembok hingga berdarah.
"Tuh anak udah keterlaluan bnaget." Roy mengepalkan tangannya.
"Wah, parah banget si Gadis, kalau lo sampai meninggal gimana?" Ujar Riko.
"Dasar jalang. Kalau dia marah nggak usah marah kali, kayak anak kecil aja," kesal Irma.
"Lihat aja, gue bakalan balas dendam ke mereka besok," seru Nabila.
"Nggak usah, buktinya gue udah sehat, kan?" Amanda mencegah agar mereka tak usah balas dendam.
"Dia harus beri pelajaran." Roy hendak meninggalkan ruangan sebelum Amanda mencekal tangannya.
"Eh, lo mau ke mana?"
"Gue mau beri dia pelajaran. Dia udah keterlaluan banget bikin lo sampai gini, Da, apalagi dia kunciin lo. Kalau sampai lo kenapa-kenapa di dalam gimana? Dia mau tanggung jawab? Nggak, kan? Minta maaf ke elo aja nggak, malahan dia tega tinggalin lo di sana.
Gue nggal mau lo kenapa-kenapa, saat lo nggak ada di kelas gue khwatir banget, apalagi lo nggak masuk kelas sampai jam pulang. Lo bayangin gimana khawatirnya gue ke elo, Da. Gue nggak mau orang yang gue sayangi dan cintai terluka!" Kata Roy menggebu-gebu.
Ruangan seketika hening mendengar ucapan Roy. Cowok itu mengatakan sayang dan cinta pada Amanda. Detik kemudian semunya tersenyum, membuat Roy menatap mereka bingung terutama Amanda yang tampak malu-malu.
"Kenapa lo senyum-senyum nggak jelas?" Ucap Roy melihat Fadli yang senyum.
"Jadi."
"Apa?"
"Jadi lo_'
"Apa, sih?!"
"Ngomong yang jelas, dong. Memangnya lo pakai kuota kalau ngomong? Irit banget," decak Roy karena ucapan Fadli yang membuatnya frustasi.
"Jadi, lo cinta sama Amanda?" Tanya Fadli cekikikan.
"Cieeeee, kayaknya nggak bakal lama lagi ada yang token nih!!!"
"Cieee, Roy cinta sama Amanda."
"Cieee, suka sama Amanda."
"Tembak, dong. Mas. Ayo neng gelis udah malu sampai pipinya merah tuh. Hahaha!!!!"
Semuanya mengejek Roy secara tidak langsung mengatakan cinta sama Amanda. Sementara Amanda msih menormalkan detak jantungnya bedegup kencang.
"Apakah yang dia katakan tulus?" Batin Amanda.
Roy seketika sadar apa yang barusan dia ucapkan barusan. Astaga kenapa nih mulut nggak bisa bersahabat, sih. Barusan gue bilang nggak mau jatuh cinta dulu, eh, ini mulut nggak bisa direm, batin Roy merutuki dirinya sendiri.
"Apa, sih? Lo salah dengar kali," kata Roy buru-buru meninggalkan ruangan itu. Bisa-bisa dirinya salah tingkah jika berada di sana.
"Astaga, untung mereka nggak tahan gue. Kalau nggak gue bisa semakin mempermalukan diri gue sendiri," gumam Roy mengelus dadanya di luar.
Sementara di dalam mereka menertawakan ekspresi lucu Roy yang salting.
"Aduh, Roy salting," tawa Nabila pecah.
"Cie, Amanda, Roy udah kasih kode tuh. Tinggal nunggu tanggal main," goda Riko.
"Kayaknya mereka bakal susul kita, beb," bisik Fadli ke Irma
"Semoga, deh. Kalau sampai mereka jadian, Roy bisa melupakan masa lalu itu." Fadli mengangguk mendengar Irma.
" Kalian kenapa, sih, maksud Roy itu dia cinta karena gue tamanya."ucap Amanda tak mau kepedean mendengar ucapan Roy tadi.
"Ish! Lo pintar tapi lo nggak bisa pikir secara logika, Da," ucap Irma.
"Maksudnya?"
"Roy udah jatuh cinta sama lo, dia refleks ucapi itu karena dia marah banget lihat lo di sakiti, jadi Roy nggak mau lo kenapa-kenapa karena dia cinta sama lo."
Amanda terdiam karena mendengar ucapan Irma.
Apa yang dikatakan Irma benar? Apa dia udah jatuh cinta sama gue? Tapi tadi dia bilang gue cuman teman, batin Amanda.
"Apa lo punya perasaan yang sama dengan Roy? Pertanyaan Fadli membuat Amanda terdiam.