Naya adirutani, perwmpuan yang berkali-kali mengalami patah hati, berkali-kali dikecewakan, hingga ia bertemu dengan Firmansyah Saputra, teman lamanya dan satu tahun setelah bertemu kembali mereka memutuskan menikah. apakah mereka saling mencintai? entahlah yang pasti adalah mereka berjuang untuk keselamatan pernikahan mereka. komitmen mereka teruji ketika masa lalu-masa lalu mereka kembali menginginkan mereka berdua menjadi pasangan bagi orang-orang dimasalalu mereka. manakah yang akan menang cinta atau komitmen??
Pernikahan
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Firmansyah Saputra, seseorang yang baru aku kenal selama setahun belakangan ini. Kami bukan sepasang kekasih, kami hanyalah dua orang yang memutuskan menikah setelah banyak kegagalan-kegagalan yang terjadi pada kisa percintaan kami.
Kami sama-sama sepakat menikah setelah sholat istikharah yang kami lakukan disertai banyaknya pertimbangan. Keputusan menikah ini disambut meriah oleh seluruh keluargaku begitupun keluarga Firman.
Cinta? Mungkin aku belum mencintainya, yang pasti aku niat menikah dengan niat yang tulusuntuk beribadah. Tak ada kepastian kami akan baik-baik saja setelah pernikahan ini, tak ada pula jaminan rumah tangga kami akan selalu harmonis. Tapi janji kami adalah komitmen kami di hadapan malaikat, dihadapan Tuhan dihadapan penghulu dan para saksi akan selalu kami junjung tinggi. Pernikahan kami ini menjadi lembaran baru bagi kami, bagi kehidupan kami.
Paginya aku bangun agak kesiangan, karena sudah menjadi kebiasaan kalau lagi haid aku suka terlambat bangun pagi. Setelah membasuh wajahku dan menggosok gigi aku keluar dari kamarku. Aku menghampiri keluargaku yang sudah berada di meja makan, ada keluarga Firman juga. Seketika semua menoleh kepadaku, mukaku memanas aku salah tingkah. Kemudian kudengar siulan-siulan yang sarat akan godaan dari kakak-kakakku.
"Cie, pengantin baru. Kok kesiangan?" Itu adalah cuitan kakak pertamaku, aku hanya tersenyum kaku.
" Emang semalam berapa ronde, kamu membuat kami harus menunggumu untuk sarapan Zah". Kulirik dengan ekor mataku, dan kupandangi dia dengan wajah sinisku. Kakak keduaku itu menjongket-jongketkan keningnya.
" Sudah-sudah jangan digodain adiknya mbak, kasian semalam sudah capek melayani suami sekarang capek mendengarkan godaan kakak-kakaknya". Semua yang ada disitu semakin riuh dengan pembelaan kakak nomor tigaku, yang malah justru semakin menggodaku. Aku hanya memasang muka datar dan mulai pura-pura sibuk dengan memandangi makanan yang ada di meja makan. Kulirik muka Firman, mukanya juga memerah sepertinya dia juga salah tingkah dengan godaan kakak-kakaku. Kulihat dia belum mengambil makanannya. Aku harus keluar dari godaan mereka. Aku berinisiatif memulai sarapan.
"Mau lauk apa mas?" Piring yang tadi ada di depan firman aku ambil guna mengambilkan makanan untuknya. Sekarang kembali terdengar lagi siulan-siulan menggoda disekitar kami, bukan hanya dari keluargaku. Saudara-saudara firman juga ikut-ikutan menggoda kami berdua.
" Samain saja dek". Firman menjawab dengan tersenyum, dan sepertinya dia juga canggung dengan suasana ini. Tak lagi kuhiraukan godaan-godaan di sekitarku aku hanya fokus dengan mengambil makanan dan memberikan piring firman di depannya. Kuamati semua yang lain juga memulai mengambil makanan, setelah menagambi makanana untuk diriku akupun membaca doa dan makan.
Setelah makan kami mengobrol dengan ayah dan mami, beserta orang tua firman. Mereka menanyakan kapan kami akan mengadakan resepsi mengingat kami tidak mengundang pihak lain selain keluarga saat akad nikah kami.
" Aku belum bisa pa, yah. Karena aku lagi banyak pesanan dibutik, Aira juga mau cuti melahirkan dan aku belom punya karyawan yang bisa aku percaya seperti mempercayai Aira". Aku hanya menjawab seadanya, aku juga tahu sebenarnya dalam agama aku juga biar menghindari fitnah pernikahan diumumkan, seperti mengundang teman-teman dan rekan kerja.
"Aku juga lagi punya proyek penelitian dengan mahasiswaku Pa, jadi belum dalam waktu dekat ini". Orang tua kami hanya mengangguk-anggukan kepala.
" Ayah cuma berharap kalian saling menjaga, saling mencintai dengan segala keadaan kalian di masa depan".
" Iya yah". Ucap kami bersamaan dengan Firman. Setelah itu kami hanya mengobrol santai dan mendengarkan masukan-masukan dari orang tua kami.