webnovel

Alexa Dan Ayudisa

Suasana kelas saat ini sudah tidak bisa dideskripsikan lagi.

Mulai dari para siswa yang berlarian kesana kemari, juga sampah kertas yang berserakan di lantai, ada juga salah satu siswa laki-laki tengah bernyanyi dengan sapu yang dia jadikan sebagai mic, ditambah seragam putihnya dikeluarkan begitu saja.

Ada juga setengah dari mereka yang memilih untuk membolos di kantin. Sedangkan anak teladan tetap fokus belajar meski guru mata pelajaran sekaligus wali kelas mereka kali ini tengah berhalangan--sudah hampir 3 bulan lebih, katanya sih sakit sampai-sampai harus dirawat.

Namun lain halnya dengan gadis berambut kemerahan ini, dia tengah tertidur pulas dengan tangannya yang dijadikan bantalan di meja, padahal kelas lagi berisik-berisiknya.

Namanya Alexa Arunika, orang-orang biasa memanggilnya Ales.

Di samping itu, ada lagi seorang laki-laki bertubuh kurus teman sebangkunya Ales, namanya Sagara Mahardika, panggil saja Saga. Dia juga sibuk fokus membaca buku. Laki-laki ini tidak seperti teman-temannya yang lain. Mengapa? Karena Saga adalah salah satu siswa pintar di kelas, ditambah juga Ayah Saga adalah kepala sekolah yang tentunya sangat terpandang.

Ngomong-ngomong Saga ini teman dekatnya Ales, ceritanya panjang sekali kenapa Saga mau berteman dengan gadis aneh seperti Ales, sedangkan teman-temannya yang lain justru menghindar untuk dekat-dekat dengan gadis itu.

Detik berikutnya para siswa yang tadinya bercanda kesana kemari, langsung berhamburan memasuki kelas sambil berteriak.

"ADA GURU WOY!" teriak salah satu murid dari luar kelas, mengisyaratkan juga kepada teman-temannya yang lain.

Dan benar saja, seorang guru laki-laki tampan berkacamata datang membawa sesosok wanita di belakangnya.

Dia Pak Harun, guru Bahasa Indonesia, sempat pula menjadi wali kelas sementara di sini. Pokoknya Pak Harun ini menjadi guru yang paling banyak diidolakan para siswi di sekolah. Selain parasnya yang tampan, Pak Harun juga guru paling soft yang kalau ngomong tuh alus banget.

Tapi sayang seribu sayang, dia baru aja nikah bulan lalu.

Kembali lagi pada kelas yang kini mendadak sunyi seketika. Para siswa yang tadinya bercanda, kini sudah terduduk rapi di mejanya masing-masing.

Kecuali Ales, gadis berambut kemerahan itu masih tertidur pulas di mejanya. Pak Harun yang melihatnya saja hanya bisa menggelengkan kepala, tanpa mau menegur untuk membangunkannya.

Ini sudah biasa terjadi.

Guru bisa tiba-tiba tunduk pada murid kalau sudah dihadapkan dengan Alexa Arunika.

Ampun banget deh pokoknya siswi yang satu ini.

"Oke, semuanya. Kedatangan saya di sini bukan sedang mau menagih tugas Bahasa Indonesia minggu lalu kok. Saya kesini untuk membawa wali kelas baru kalian." Pak Harun menoleh pada wanita di sampingnya.

"Pak!" Namun sebelum itu, seorang siswa laki-laki yang tadi bernyanyi di kelas mengacungkan jarinya.

"Ya? Ada apa Rangga?"

"Kelas kita nih udah mandiri tau, Pak. Nggak perlu wali kelas lagi. Iya nggak, guys?" Rangga berbicara begitu yang langsung disahut anggukan oleh separuh teman sekelasnya.

Pak Harun lagi-lagi hanya bisa menggeleng. "Rangga, dengar ya. Ini bukan tentang kelas siapa yang paling mandiri. Lagian mana mungkin kelas dengan keadaan seperti ini bisa kalian sebut mandiri?"

Pak Harun menunjuk sampah-sampah yang berserakan di lantai, juga dengan papan tulis yang penuh coretan.

Kemudian Pak Harun kembali menoleh pada wanita di sampingnya. "Tolong maklum Bu, kelas ini sudah hampir 3 bulan nggak ada wali kelas, karena yang dulu sempat masuk rumah sakit."

Wanita itu tersenyum mengangguk. "Iya Pak, saya bisa maklum kok."

"Kalau begitu, silahkan," Pak Harun mundur beberapa langkah, sambil mempersilahkan wanita di sampingnya untuk memperkenalkan diri.

"Selamat pagi menjelang siang anak-anak. Perkenalkan saya Ayudisa Alianka yang akan menjadi wali kelas serta guru Matematika baru kalian untuk beberapa bulan kedepan ini." Guru bernama Disa itu tersenyum manis.

Setelah bercakap-cakap, Pak Harun juga sudah berpamit meninggalkan kelas tadi, kini Bu Disa akan memulai kelas pertamanya.

Namun sebelum itu, tatapannya jatuh pada Ales yang masih tertidur pulas. Sebetulnya pemandangan ini sudah membuat Disa risih sejak memasuki kelas tadi.

"Tolong itu yang tidur, bisa bangunkan dulu? Saya mau memulai kelas." titahnya pada Saga.

Saga mencoba untuk membangunkan Ales, dia menoel pipi gadis itu pelan-pelan. "Les, bangun," bisiknya.

Disa jelas geram, perlakuan Saga ini justru malah tidak seperti tengah membangunkan seseorang.

Kemudian dia berjalan mendekat ke arah meja yang berada di pojok samping jendela itu.

"Saya hitung sampai sepuluh, kalau nggak bangun juga--" Disa mengambil botol air minum dari meja di depan--entah milik siapa--seolah memberi tahu kalau Ales tak kunjung mau bangun, maka Disa akan mengguyur tubuhnya dengan air dalam botol tadi.

Saga melotot tak percaya, biasanya guru-guru lain mana berani melawan Ales. Yang ada semakin diperingati, Ales malah semakin menjadi-jadi.

"Satu..."

Saga dengan cepat mencoba membangunkan Ales lagi, tapi masih tetap nihil tak ada jawaban. Gadis itu hanya mengerang singkat, kemudian kembali terpejam.

"Dua... tiga..."

Saga semakin panik. "Les, ayo bangun Ales! Ada guru!"

Hingga di hitungan ke depalan pun Ales masih tetap tidak bergerak.

"Saya heran, ini anak lagi tidur atau pingsan sih sebenernya?" Tak butuh menunggu hitungan ke sepuluh, dengan cepat Disa menuangkan setengah air dalam botol itu ke atas tubuh Ales.

Byur!

Ales dengan sigap mengangkat kepalanya yang sudah basah. Dia menoleh, mencari seseorang yang sudah mengganggu waktu tidurnya. Hingga tatapannga jatuh ke arah Disa yang tersenyum penuh kemenangan.

"Halo? Mimpi apa barusan?" Wanita itu masih tersenyum ke arah Ales.

Semua penghuni kelas pun hanya bisa menganga tak percaya.

Ales benar-benar marah, ditambah anak-anak kelas saat ini menertawakannya diam-diam, kecuali Sagara.

Gadis itu berdiri dari duduknya, berjalan sampai akhirnya berhenti tepat di depan Ayudisa Alianka.

"Apa? Kamu mau melawan saya?" Disa berkata begitu, sambil ikut menatapnya tak mau kalah.

"Saya ada salah apa sama Anda?!" Ales bertanya pelan, tapi cukup menegangkan.

Saga yang melihat itu langsung bangkit menghampiri Ales. "Les, udah, tahan amarah lo."

Ales mendorong tubuh Saga menjauh darinya. "Lo nggak usah ikut campur! Gue nggak peduli dia siapa! Dan dia udah ganggu waktu tidur gue!"

Disa tersenyum miring.

Suasana kelas kini mendadak seru, para siswa mendekat agar bisa dengan jelas mendengar interaksi antara guru dan murid yang tidak biasa ini.

Kemudian wanita berambut panjang yang dikuncir tipis itu berjalan lebih maju mendekat ke arah Ales, sambil masih terus tersenyum miring. "Kamu sendiri juga sudah mengganggu waktu mengajar saya, Alexa Arunika."

Tidak hanya Ales, seluruh murid di kelas itu pun dibuat terkejut.

Bagaimana dia bisa tahu nama Ales?

Chapitre suivant