webnovel

Best Partner

Urbain
Actuel · 21.2K Affichage
  • 11 Shc
    Contenu
  • audimat
  • N/A
    SOUTIEN
Synopsis

Fatin dan Rayhan, mereka lahir di tahun yang sama, bulan yang sama, dan hari yang sama pula. Ibu mereka bersahabat, Ayah mereka bermusuhan. Fatin memiliki adik perempuan, sedangkan Rayhan mempunyai adik laki-laki. Mereka selaras, tumbuh besar bersama-sama. Menjadi sepasang sahabat tak terpisahkan. Lalu hadirlah seorang gadis. Jasmine. Dia cantik, lemah-lembut serta pintar. Menawan hati Rayhan dalam waktu singkat. Fatin yang telah berjanji akan selalu membantu Rayhan, ikut serta dalam rencana memenangkan hati Jasmine. Ada juga Fendy, laki-laki yang mengenal Jasmine sejak mereka kecil. Menginginkan Jasmine untuk menjadi pendamping hidupnya. Fendy adalah sosok yang konyol dan keras kepala, mengetahui Jasmine didekati lelaki lain membuat hatinya meradang. Dan Gio, dia anak orang kaya. Angkuh, dan sedikit over percaya diri. Dia tanpa sengaja harus berurusan dengan Fatin, satu-satunya gadis yang mengatakan wajahnya tak ada bedanya dengan tapir. Kini Gio memiliki satu tujuan, yaitu memastikan bahwa mata Fatin tidak memiliki kelainan. Lalu kisah biasa ini menjadi semakin rumit.

Étiquettes
5 étiquettes
Chapter 1Bab 1

Persahabatan antara laki-laki dan perempuan? Jangan melucu, tidak ada yang seperti itu. Yang ada, hanya dua orang saling memendam namun takut kehilangan. Persahabatan itu hanya kedok yang suatu saat nanti akan terbongkar. Yang berakhir menyedihkan atau justru membahagiakan. Setidaknya begitu kata orang-orang. Tapi, benarkah seperti itu?

Rayhan jatuh terjerembab dari atas tempat tidurnya. Laki-laki setengah bule itu mengerang kesakitan. Dia mendengus kesal, sudah tahu siapa orang yang menendangnya dengan sadis.

"Gila ya!?" Rayhan membentak sambil mengelus bokongnya. "Sakit bego!"

Fatin, gadis yang mengenakan topi baseball itu hanya memutar mata jengah. "Buruan mandi, gue tunggu di bawah." Ucapnya santai lalu melenggang keluar dari kamar Rayhan.

Rayhan mendekus seperti kucing, namun tetap melakukan perintah Fatin. Memang selalu begitu, dia paling tidak bisa mengabaikan perintah Fatin seberapa pun kesal yang ditanggung olehnya.

Dua puluh menit kemudian Rayhan keluar dari kamarnya. Tas punggung ditenteng, kaos hitam pas badan dan celana jeans sobek-sobek. Rambutnya yang masih basah tampak berantakan. Rayhan mengendap di belakang Fatin yang sedang mengunyah roti isi, dengan sengaja menyurukan kepalanya di leher gadis itu hingga Fatin berteriak kesal.

Rayhan tertawa sambil menghindar, Fatin yang kesal berusaha meraih rambut pirang laki-laki itu. Berniat menjambaknya sekuat mungkin.

"Resek banget sih!"

"Hahaha."

Fatin paling tidak suka seseorang menyentuh lehernya, dia akan merinding dan kebelet pipis setelahnya. Tapi Rayhan yang mengetahui hal itu justru memanfaatkannya. Karena membuat Fatin kesal adalah agenda penting sebelum memulai harinya.

Fatin berhenti, wajahnya mengerut, dia lalu lari ke kamar mandi diiringi derai tawa Rayhan. Laki-laki itu duduk di kursi milik Fatin. Seorang wanita awal empat puluh tahunan datang dari dapur, di tangannya terdapat piring berisi telur dadar.

"Kamu kenapa sih Ray, iseng banget sama Fatin. Dia ngambek baru deh tahu rasa." Mona, wanita yang telah melahirkan Rayhan itu menegur.

Rayhan terkekeh. "Abis Fatin kalau lagi marah lucu Mam." Dia mulai menyendok nasi goreng dan meraih dua telur dadar dari atas meja.

Mendengar itu Mona hanya bisa menggeleng. Anak lelakinya yang satu ini, memang sangat susah diberi tahu. Jika sudah menyukai satu hal, Rayhan akan terus menyukainya. Salah satunya adalah membuat Fatin kesal.

Fatin kembali dengan wajah menekuk. Gadis dengan rok panjang semata kaki itu memukul kepala Rayhan pelan, tapi cukup mengejutkan, sampai Rayhan tersedak nasi goreng buatan ibunya.

"Gila lu yak. Bisa mati keselek gue." Sungut Rayhan setelah menghabiskan setengah gelas air.

Fatin hanya mengacuhkan dan menghabiskan sisa roti isi selai nanas miliknya. Mona yang melihat itu hanya terkekeh. Sudah biasa melihat pemandangan ini. Begitu roti isinya habis, Fatin segera meneguk susu dan beranjak dari tempatnya. Tidak lupa mencium tangan Mona berpamitan.

"Mam, Fatin berangkat dulu."

"Hati-hati ya, bawa motonya pelan-pelan aja. Nggak usah ngebut." Mona sudah menganggap Fatin seperti anaknya sendiri. Kalau boleh dia ingin menganggap Fatin sebagai menantu, sih.

"Iya, assalamualaikum."

"Wa'allaikum salam."

"Loh, eh, woi. Tungguin gue, gue belum selesai makan!" Rayhan berteriak.

Tapi Fatin tetap melenggang keluar dari rumah. Biar saja laki-laki itu berangkat sendiri. Fatin masih kesal karena ulahnya. Rayhan segera memasukkan beberapa sendok nasi goreng ke mulutnya, mencomot satu telur dadar dan segera menyusul Fatin yang sudah bertengger manis di atas motor maticnya.

Ternyata Fatin sudah menghidupkan mesin motornya, bersiap pergi. Secepat kilat Rayhan naik di boncengan, melingkarkan tangannya di perut Fatin.

"Hahat bhanghet seh mhau ninggahlin." Rayhan bicara dengan mulut penuh nasi goreng.

"Gue nggak ngerti bahasa manusia goa. Minggir sana!" Fatin berusaha menyingkirkan tangan Rayhan di perutnya.

"Nggak mau, mau ikut." Rayhan mengeratkan belitan tangannya di perut Fatin. Bahkan tak ada lagi jarak di antara mereka.

"Iya iya, ya udah. Tapi pake helm dulu, sama ini lepas. Gue nggak bisa napas." Fatin sesak napas. Ini beneran sesek napas ya, bukan karena baper. Rayhan memeluknya terlalu erat.

"Nih." Rayhan membulatkan matanya melihat helm yang Fatin berikan.

"Kok pink sih?"

"Udah pake aja. Jangan bacot mulu, telat nih kita."

"Tapi kan nggak macho Tin."

"Lo merasa macho, pipis minta ditemenin itu emang macho?"

Rayhan diam seketika. Fatin memang yang paling tahu cara membuatnya diam. Tak mendengar gerutuan dari balik punggungnya lagi, Fatin tersenyum puas. Dihidupkannya lagi mesin motor yang sempat mati. Sedetik kemudian, kendaraan roda dua tersebut mulai bergulir ke landasan beraspal. Berkutat dengan kemacetan Ibu Kota yang tak pernah membaik dari tahun ke tahun.

Fatin dan Rayhan sampai di kampus satu jam kemudian. Lima belas menit lagi kelas di mulai, dengan setengah berlari mereka menuju gedung fakultas ekonomi dan bisnis.

Napas Rayhan dan Fatin hampir habis begitu mereka berhasil masuk ke kelas sebelum Pak Handoko masuk. Ternyata banyak juga yang bernasib seperti mereka, datang di detik terakhir sebelum Dosen tua itu memulai mata kuliahnya. Yaitu, Pasar persaingan sempurna.

Total ada tiga puluh enam orang yang duduk dan mendengarkan penjelasan Pak Handoko dengan serius. Hingga dua jam kemudian kelas selesai. Pak Handoko pamit dan meninggalkan mahasiswa didikannya.

"Dulu gue ikut lo masuk ekonomi karena gue pikir gampang. Tapi ternyata ..." Rayhan menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir dramatis. "Kepala gue mau meledak. Gue nggak suka matematika, Tin."

Fatin yang berjalan di sebelah tertawa. "Emang gue pernah bilang kalau ekonomi itu gampang. Elu aja yang bego, segala kuliah ikut-ikutan. Kalau nggak kuat, pindah jurusan aja sana."

"Nanggung, udah semester lima. Males gue harus ngulang lagi. Nanti nggak bisa lulus bareng lo, ogah."

"Yaudah kalau gitu, jangan kebanyakan ngeluh."

Langkah Rayhan terhenti, begitu pun Fatin yang lehernya dia gelayuti. Fatin akan protes hampir saja protes akan kelakuan Rayhan, andai saja dia tak melihat seseorang yang berjalan di depan mereka.

Fatin tersenyum usil. "Diliatin aja terus, samperin mah kagak." Dicoleknya pinggang Rayhan hingga si laki-laki menghindar geli.

"Apaan sih. Gimana mau nyamperin, dijagain buldok gitu tiap hari." Bibir tipis Rayhan maju dua senti. Menatap kesal pemandangan dua orang yang duduk berdampingan.

"Lo aja yang payah. Masa nggak bisa nyari kesempatan dikit aja, Fendy kan nggak dua puluh empat jam sama Jasmine." Fatin mencibir.

Gadis itu Jasmine, dia mahasiswi baru jurusan mereka. Dia gadis yang manis, dengan rambut panjang sehitam arang, senyum manis berhias lesung pipit, dan kulit kuning langsat khas wanita pribumi. Dia berhasil membuat Rayhan jatuh hati pada pandangan pertama. Sayangnya jalan Rayhan terhalang oleh kedatangan mahasiswa baru, dia datang sehari setelah Jasmine. Fendy namanya, laki-laki dengan wajah tampan yang manis, berkulit sawo matang dan tubuh tinggi tegap. Dia selalu menempel kemana pun Jasmine pergi, membuat Rayhan jengah melihatnya.

"Tin, bantuin gue dong." Rayhan mengikuti Fatin seperti anak ayam.

"Bantuin apa?" Fatin menoleh singkat, di tangannya terdapat semangkuk bakso kuah yang baru dipesan olehnya.

"Bantuin deketin Jasmine."

"Gile lu, mau pacaran aja minta bantuan. Katanya macho."

"Ayolah Tin, bantuin gue ya. Please?" Rayhan memelas. Duduk di sebelah Fatin yang menuang sambal di mangkuk baksonya.

"Emang mau dibantuin kayak gimana, tahu sendiri gue juga jomblo. Nggak ngerti kayak gituan." Fatin meniup kuah baksonya yang masih panas, menyeputnya sedikit. Tersenyum puas dengan pedas kuahnya.

"Lo bantuin gue jauhin Si Fendy, biar nggak nempel mulu sama Jasmine."

"Lo punya jiwa pebinor ternyata." Fatin mengunyah bulatan daging yang gurih itu dengan santai, Rayhan memelotot padanya. "Yaudah gue bantuin. Kasian gue sama lo, naksir cewek orang sampe segitunya."

"Jasmine jomblo, bukan punya siapa-siapa. Gue nggak naksir cewek orang." Sungut Rayhan tak terima.

"He'eh, sesuka hati lo. Makan." Fatin memasukan sebutir bakso ke mulut Rayhan. Yang diterima dengan senang hati oleh laki-laki itu.

Rayhan mengeluh ketika lidahnya mulai panas, sambal yang Fatin gunakan terlalu banyak. Tapi Fatin tidak peduli, dia suka makanan pedas. Walau mengeluh Rayhan tetap menerima setiap Fatin menyodorkan sendok berisi bakso. Mereka makan sambil berbicara santai, membangun rencana untuk Rayhan. Tidak mempedulikan pandangan orang-orang di sekeliling mereka.

Memang begitu, sudah biasa.

Vous aimerez aussi

Setelah Bercerai, Keluarga Besar yang Berkuasa Menyambutnya Kembali ke Rumah!

Setelah Tan Ming hamil, suaminya menyerahkan surat cerai padanya. Dua puluh tiga tahun yang lalu, Tan Ming masih merupakan anak yatim piatu yang tidak ada yang menginginkan. Orang tua angkatnya mengadopsinya dari panti asuhan karena mereka kesulitan memiliki anak sendiri. Namun, nasib sial Tan Ming tidak berubah karena hal itu. Dalam waktu satu bulan, ibu angkatnya hamil. Setelah adiknya, Tan Si, lahir, Tan Ming menjadi orang yang paling tidak disukai di keluarga. Sejak kecil, dia harus mengalah pada Tan Si dalam segala hal. Orang tuanya hanya menyukai Tan Si karena Tan Ming bukan anak biologis mereka. Tiga tahun lalu, Keluarga Tan memaksanya menikah dengan seorang pria yang koma demi kepentingan bisnis mereka. Selama dua tahun penuh, Tan Ming hidup sebagai seorang janda. Hingga setahun yang lalu, ketika suaminya yang koma tersebut bangun secara tidak terduga, Tan Si jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kali ini, Tan Ming memutuskan untuk tidak mengalah lagi. Dia dengan tegas berusaha memutus hubungan dengan Keluarga Tan. Namun, dia tidak menduga bahwa pada akhirnya dia akan dihadapkan dengan surat cerai. Untuk kepentingan anak-anak dalam kandungannya, Tan Ming dipaksa oleh suaminya untuk menandatangani surat-surat tersebut. Ketika anak-anaknya lahir, ayah biologis mereka sedang menemani wanita lain untuk tes kehamilan. Saat dunia Tan Ming berada dalam kegelapan terdalam, kerabat kandungnya muncul. Mereka adalah keluarga yang sangat kaya hingga Keluarga Tan pun memandang mereka dengan hormat, dan mereka menyambutnya kembali ke rumah! Setelah kembali ke rumah, dia tidak lagi menjadi anak yang tidak diinginkan. Tidak hanya dia memiliki orang tua yang memanjakannya, tetapi dia juga memiliki tiga saudara laki-laki yang sangat memperhatikannya! Kemudian, mantan suaminya menyesali keputusannya dan datang untuk meminta maaf secara langsung. "Tetap jauh dari hidupku," kata Tan Ming.

JQK · Urbain
Pas assez d’évaluations
495 Chs

Pernikahan Kontrak: Pengantin Pengganti

Beberapa menit sebelum pernikahannya, Jeslyn mengetahui bahwa calon suaminya hanya mengincar keuntungan yang akan didapat dengan menikahinya. Patah hati dan merasa dikhianati, dia memilih satu-satunya pilihan yang ada pada saat itu, yaitu untuk melakukan pernikahan kontrak dengan pria yang bisa ia temukan, atau jika tidak, kekayaan keluarganya akan jatuh ke tangan musuh. … "Tuan, tolong, maukah Anda menikahi saya?" Dia bertanya padanya. Seorang pria yang dia lihat masuk ke kamar kecil tempat pernikahan. 'Dia pasti salah satu tamu,' pikirnya. Maverick terkejut dengan proposal itu. Dia melihat Jeslyn mengerutkan dahi ketika dia menoleh untuk menatapnya. Jelas dia ketakutan padanya, namun dia menenangkan diri, siap untuk melompat ke misteri di hadapannya. "Ini akan menjadi kontrak pernikahan. Kita akan bercerai setelah satu tahun," katanya. Dia juga memerlukan seorang wanita untuk anak nakalnya, jadi dia menjawab, "Deal." Tanpa sepengetahuannya, dia baru saja membuat kesepakatan dengan setan termanis yang pernah ada. ... Dia adalah mimpi buruk negara M, negara di mana kejahatan memerintah. Dia adalah kelinci kecil yang dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang. Membunuh lalat? Tidak, dia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Namun, terpaksa menjadi istri iblis, dia tidak punya pilihan selain melepaskan kepribadiannya yang palsu. Kelinci kecil apa? Siapa bilang dia tidak bisa menginjak jari-jari tangan seorang pianis dengan tumitnya dan pura-pura seperti tidak bermaksud melakukannya? Ha, selebriti ini ingin memainkan kartu kasihan? Apakah mereka ingin mendapatkan simpati masyarakat? Nah, mengapa lagi dia disebut 'kelinci kecil'? Bukankah itu karena dia terbaik dalam berakting imut? Apakah tidak ada yang memberi tahu teratai putih ini yang ingin menyelam ke tempat tidur suaminya bahwa dia mencuri jiwanya ketika dia menampar anak nakal itu?

Hassy_101 · Urbain
Pas assez d’évaluations
501 Chs

Hati yang Terlahir Kembali: Istri Setia Sang Miliarder

``` Kendall, seorang pembunuh terkenal yang menimbulkan teror di hati musuh-musuhnya. Kendall dikenal sebagai yang terbaik dari yang terbaik, dan nama samarannya 'Phoenix' dibisikkan di seluruh skena bawah tanah. Namun, kejayaan Phoenix tidak bertahan lama dan berakhir karena ulahnya sendiri. Hal yang mengerikan untuk kehilangan orang yang paling dicintai, terlebih dalam cara yang tragis. Sepertinya dia didorong oleh depresi yang mendalam karena tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa untuk hidup. Oleh karena itu, dia memberikan segalanya dan menghancurkan orang-orang yang merebut adik perempuannya darinya. Namun, setelah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan adik perempuannya. seseorang tidak akan mengharapkan seorang pembunuh dilahirkan kembali sebagai ulat atau bahkan kumbang kotoran, tetapi di sini kita memiliki Kendall. Mungkin dia telah menyelamatkan sebuah negara di kehidupan sebelumnya. Atau apakah itu karma baik karena menghancurkan organisasi pembunuh, dia menemukan dirinya bereinkarnasi sebagai gadis sekolah tinggi desa yang penakut dan patuh. Diganggu oleh teman sekelas? Sikap ganda dari guru? Diremehkan oleh tunangannya? Saat tantangan muncul dan tekanan meningkat dari konglomerat yang kuat, dia bertemu Damien Knight, seorang pria dengan kepribadian yang sangat lugas. Ia bertemu seseorang seperti Kendall dan tidak bisa mengendalikan rasa ingin tahunya tentang dia. Gadis muda itu merupakan misteri lengkap baginya dan segala yang dia lakukan selalu membuatnya terkejut. Kedua kepribadian mereka cukup serupa sampai batas tertentu. Meskipun permintaannya bisa membuat siapa saja kesulitan untuk menjaga wajah tetap lurus. Dia dengan tenang mengusap pergelangan tangannya dan memberikan peringatan, "Saya harap Anda tidak akan menyesal telah memprovokasi saya." Dari belakangnya, seorang pria bangsawan dan tampan muncul dari mana-mana, bersedia melakukan apa saja untuk melindungi dan mendukungnya."Kenapa?" dia bertanya. "Anda telah menyelamatkan kakek saya, jadi saya menawarkan diri sebagai ganti. Ada masalah?" dia menjawab sambil terkekeh pelan. ```

black_flowertrend · Urbain
Pas assez d’évaluations
323 Chs

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Pleurage! Vous seriez le premier commentateur si vous laissez vos commentaires dès maintenant !

SOUTIEN