Ameri sedikit terhenyak. Detik berikutnya, ia menampilkan seringaian yang sungguh mengerikan. Ameri jadi mengingat janjinya yang akan melenyapkan makhluk rendahan yang pernah menyusup ke Kastil Klan Twining jika bertemu lagi.
Vin juga mengingatnya lagi. Sosok yang berada di depannya adalah sosok yang meneriaki Vin penyusup waktu itu. Bedanya saat itu Ameri berambut sebahu, kini rambut Ameri panjang dikuncir dua. Tubuh Vin langsung gemetar ketakutan saking takutnya dilenyapkan oleh sosok itu.
"Sudah kuperingatkan waktu itu, 'kan? Jangan sekali-kali muncul di hadapanku! Jika kita bertemu kembali, aku bersumpah akan melenyapkanmu, Manusia! Dan sekaranglah waktunya, hahaha ...!"
Dan sepertinya, ucapan Ameri saat ini sangat serius. Nyatanya, kabut merah disekelilingnya kini berubah menjadi merah pekat. Mungkin Ameri masih mengumpulkan energinya saat ini.
Vin harus kabur saat ini juga. Tapi, masalahnya, pintu kamar Gil sedang di hadang oleh Ameri dalam mode iblis saat ini.
Vin menepuk pundak Gil lagi. Vin berusaha untuk membangunkan temannya itu, tapi terlalu sulit. Jadi, Vin memutuskan untuk meninggalkan Gil saja. Saat ini yang lebih berada dalam bahaya adalah Vin, karena perempuan gila itu seperti memiliki dendam terhadap Vin. Nyatanya, saat ini Ameri menatap tajam ke arah Vin. Jadi, Vin harus secepatnya kabur.
"Maafkan aku ya, Gil? Aku harus segera pergi dulu menyelamatkan diri! Ameri tidak akan menyakitimu karena dia terlihat sangat menyukaimu."
Vin yang tidak setia kawannya malah memutuskan untuk kabur. Karena Vin merasa jika sosok yang di depannya saat ini benar-benar ini membunuh Vin saat ini juga.
Brak!!
Brugh!!
Baru satu langkah, tapi tubuh Vin sudah terpental ke udara hingga menabrak dinding dan jatuh ke lantai dengan begitu keras. Saat tubuhnya menabrak dinding hingga retak, Vin meneriakkan kata, "AYAH!!"
Tapi, mana mungkin ayahnya mampu mendengar teriakan Vin dari rumah Gil itu?
Vin sedikit bersyukur. Untung bukan kepala Vin yang mendarat lebih dulu tadi di lantai tapi bahu Vin.
Meski punggungnya terasa seperti remuk karena membentur dinding secara keras tadi, tapi Vin harus melindungi kepalanya. Kepalanya adalah yang paling sensitif dari anggota tubuh yang lain.
Entah sudah berapa kali banyaknya kepala Vin terbentur benda keras karena kecerobohan Vin sendiri. Dan akan sangat berbahaya jika kepalanya terluka lagi untuk saat ini.
Vin bangkit duduk dan mengeluh bahwa punggung dan bahunya terasa sangat sakit. Vin menatap kembali ke arah Ameri yang sepertinya sudah siap dengan serangan kedua.
"Aku benar-benar tidak merasa punya salah denganmu, Ameri! Kenapa kau menyiksaku seperti ini, hah?"
"Bukankah sudah pernah kuperingatkan? Jangan sekali-kali menampakkan dirimu di hadapanku, ingat? Aku bersumpah akan membunuhmu jika kita bertemu lagi, Bocah!" bentak Ameri ke arah Vin.
"Itu tidak bisa dijadikan landasan! Aku tidak berniat menemuimu saat ini. Dan kau juga tidak seharusnya bersumpah konyol seperti itu, 'kan? Aku hanya tersesat waktu itu! Aku diajak Mir ke kastilnya!" Vin mencoba membela diri. Ia merasakan bahunya yang tiba-tiba terasa seperti tersengat listrik bertegangan tinggi.
"Sumpah dari seorang iblis merupakan suatu kebanggaan. Kami tidak pernah menarik ucapan kami! Jadi, tidak mungkin Succubus Elit sepertiku ini mengingkari sumpahnya."