webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
69 Chs

Terbongkar

Semenjak tahu jika Yeri adalah anak tiri Mama-nya, Jeni mencoba mengakrabkan diri dengan gadis itu agar bisa mencari tahu tentang Sonia. Katakanlah jika Jeni tidak tulus berteman dengan Yeri, ya karena pada dasarnya Jeni hanya cocok berteman dengan Sobirin saja. Ketiganya mengobrol sebentar setelah jam bimbel habis. Jeni juga sengaja mengganti jam bimbel-nya menjadi malam hari agar sama dengan Yeri, kalau Sobirin sih ikut-ikut Jeni saja.

"Main kerumah gue yuk, biasanya Mama udah masak banyak buat makan malem". Ajak Yeri. Jeni dan Sobirin saling melempar tatapan, Sobirin sudah tahu niat terselubung Jeni mendekati Yeri.

"Emang gak ngerepotin Yer? Gak enak nih". Sahut Jeni sok merasa tidak enak, padahal ia sudah menunggu moment dimana Yeri mengajaknya main kerumah. Jeni penasaran sekali dimana Mama-nya tinggal dan bagaimana kehidupan wanita itu sekarang.

"Gak apa-apa, justru Mama gue pasti seneng kalo gue bawa temen kerumah. Yuk!". Ajak Yeri yang langsung menggandeng tangan Jeni, Sobirin mengekor dibelakang.

Karena hanya Sobirin yang membawa motor, alhasil Jeni dan Yeri naik Go-Car sementara Sobirin mengikuti dengan motornya. Sejujurnya Jeni merasa gugup saat ini, setelah pertemuan di mobil waktu itu Jeni memang sengaja menghindari Sonia karena ingat nasehat Kakak-nya. Namun semakin lama rasa penasarannya semakin besar, gadis itu ingin tahu kehidupan seperti apa yang membuat ibu kandungnya goyah.

"Masakan Mama loe enak banget ya Yer?". Tanya Jeni pada Yeri yang tengah memainkan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Masakan Mama gue adalah masakan terenak di dunia Jen hehe. Ya meski masakan mama kandung gue lebih enak sih". Sahut Yeri yang terlihat sendu diakhir kalimatnya.

"Jadi Mama loe yang waktu itu bukan mama kandung... eh maaf ya Yer kok gue jadi kepo". Kata Jeni pura-pura tidak tahu. Gadis itu sebenarnya ingin mengorek info dari Yeri tapi rasanya seperti terlalu lancang.

"Gak apa-apa Jen. Emang Mama gue yang loe liat waktu itu bukan mama kandung. Dia sahabat mama kandung gue, entah gimana ceritanya dia bisa nikah sama Papa gue pas mama kandung gue meninggal". Jeni terdiam, ini seperti teka-teki. Jadi Sonia menikah dengan suami sahabatnya sendiri? Tapi siapa?

"Mama tiri loe punya anak? Maksudnya loe punya saudara tiri?". Tanya Jeni lagi.

"Eung, Mama sih sering cerita kalau dia punya dua anak dari suaminya yang dulu. Tapi kalo gue nanya sekarang anak Mama dimana, dia malah nangis. Padahal gue pingin banget ketemu sama anaknya Mama". Cerita Yeri yang terdengar tulus, Jeni hanya tersenyum tipis menanggapinya. Sayangnya Jeni sama sekali tidak ingin berhubungan dengan anak tiri Mama-nya, lebih tepatnya ia tidak rela jika kasih sayang Mama-nya terbagi untuk orang lain.

Sesampainya di rumah Yeri, Jeni dan Sobirin menganga. Papa Yeri memang kaya raya jadi tidak heran jika rumah yang mereka huni bak istana. Jeni mulai paham jika Mama-nya memilih meninggalkan Papa karena tergiur oleh kemewahan yang dimiliki Papa Yeri. Memang godaan terbesar wanita dalam sebuah hubungan pernikahan adalah kemewahan.

Yeri mengajak dua temannya masuk kedalam rumah, gadis itu berjalan dengan cepat menuju dapur untuk mencari sosok Mama-nya. Jeni dan Sobirin hanya berdiri kaku di ruang tamu karena belum dipersilahkan duduk.

"Mama, Yeri bawa temen kerumah buat diajak makan malem boleh kan?". Tanya Yeri dengan ceria. Sonia yang tengah mengangkat masakan yang baru matang sempat kaget karena Yeri tidak memberi salam terlebih dahulu.

"Ya ampun sayang, kalau pulang itu ucapin salam dulu dong. Mana temen kamu? Ajak aja ke ruang makan, masakan Mama udah mateng nih". Kata Sonia. Jeni bisa mendengar suara Sonia dari dapur, mata gadis itu berkaca-kaca karena bisa mendengar suara Mama-nya lagi.

"Bin, itu suara Mama gue". Cicit Jeni sembari menggenggam jemari Sobirin erat-erat.

"Bentar ya Ma, Yeri panggil dulu". Jeni buru-buru menghapus air matanya agar Yeri tidak heran melihatnya menangis.

"Jeni! Sobirin sini kita makan bareng". Teriak Yeri. Mendengar nama Jeni disebut, jantung Sonia berdebar tak karuan. Wanita itu menoleh kebelakang dan shock melihat Jeni yang dipanggil Yeri adalah anak kandungnya. Jeni menatap Sonia dengan kaku, gadis itu duduk disamping Yeri dan bersikap seolah-olah tidak mengenal Sonia.

"Ma, ini temen bimbel Yeri namanya Jeni sama Sobirin". Kata Yeri memperkenalkan teman-temannya. Sonia yang masih tidak menyangka dengan kehadiran Jeni-pun langsung merubah mimik wajahnya.

"Ah? Iya sebentar ya biar Tante siapin makanannya". Kata Sonia yang terlihat salah tingkah. Sementara itu Jeni merasa sedih karena tidak diakui oleh Mama-nya sendiri.

Hanya Yeri yang banyak bicara disela acara makan malam mereka. Jeni diam sambil melamun begitu juga dengan Sonia yang beberapa kali melirik kearah Jeni. Sobirin juga diam karena bingung hendak bersikap bagaimana. Jeni mendadak menyesal karena tidak mendengarkan nasehat Unaya untuk melupakan tragedi pertemuannya dengan Sonia waktu itu. Ia berharap Sonia akan mengakuinya di depan Yeri, bukan seperti ini. Wanita itu bersikap seakan-akan mereka tidak saling mengenal.

Suara tawa beberapa pemuda terdengar menandakan jika Jeka pulang dan membawa teman-temannya. Begitu melihat sosok Jeka yang ia ketahui adalah pacar dari Kakak-nya, Jeni langsung dibuat kaget. Apa ini? Jangan-jangan Jeka juga anak tiri Mama-nya, jantung Jeka berdebar tak karuan. Ia takut jika apa yang ada dipikirannya benar terjadi.

"Bang, sini gabung!". Teriak Yeri yang membuat Jeka mengalihkan tatapan kearah meja makan.

"Lah, ada adik-nya Bu Bos". Celetuk Jimi orang pertama yang menyadari keberadaan Jeni. Jeni menunduk dalam, dugaannya benar. Kakak-nya menjalin hubungan dengan anak tiri mama kandungnya? Kenapa serumit ini?

"Lho Jeni, ngapain disini?". Kini giliran Jeka yang bertanya. Yeri dan Sonia tentu saja bingung, darimana Jeka mengenal Jeni?

"Loh Abang kenal sama Jeni? Dia temen bimbel gue Bang". Sahut Yeri.

"Dia adik cewek gue, Unaya".

Deg!

Deg!

Deg!

Sonia lemas seketika, ia tidak salah dengar kan? Jeka berpacaran dengan anaknya, Unaya?

"Hah? Serius Bang?! Woah kok bisa sih kebetulan gini? Ya ampun Jen ternyata loe adik-nya Kak Unaya?". Seru Yeri dengan heboh. Sonia mendadak pusing sementara Jeni menjadi gugup.

"I-iya, gue juga gak nyangka kalo Kak Jeka itu Abang loe". Sahut Jeni sembari melirik kearah Sonia yang mendadak pucat. Lebih gak nyangka lagi kalo kita berempat saudara-an, batin Jeni. Jeka dan antek-anteknya pamit ke kamar, pemuda itu ogah makan masakan Sonia. Jeka memilih untuk delivery order saja.

"Jeni ini ternyata adiknya Kak Unaya pacarnya Bang Jeka Ma. Kak Unaya itu baik kok, gak kayak yang Mama ceritain waktu itu. Iya kan Jen?". Sonia hanya tersenyum tipis menanggapi omongan Yeri. Yang pasti semua makanan yang ada di depannya saat ini membuatnya tak berselera. Jadi saudara tiri yang diceritakan Helena padanya itu Unaya?

--Bangsat Boys--

Sementara itu Unaya tengah mengerjakan PR Matematika dengan lesu. Entah kenapa gadis itu mendadak teringat perkataan Mario di warung bakso tempo lalu. Ada hubungan apa antara Jeka dan adiknya Mario? Maksudnya adik Mario menjadi korban Jeka dalam hal apa?

"Korban perasaan kali ya? Ah! Pasti dulu Jeka Playboy abis dan sok ganteng, terus suka PHP-in cewek!". Kata Unaya dengan emosi hingga tanpa sadar mematahkan pensil yang tengah ia pegang.

"Na, pinjem seragam olahraga loe dong. Punya gue belum kering, besok gue ada jam olahraga pagi". Kata Helena yang membuat lamunan Unaya buyar seketika. Unaya melirik kearah Helena yang mengintip dari balik pintu kamarnya.

"Oh? Ambil aja Kak di lemari". Sahut Unaya sembari melanjutkan mengerjakan soal Matematika. Karena sudah dipersilahkan, Helena masuk kedalam kamar Unaya dan membuka lemari gadis itu. Unaya mengingat sesuatu, bukannya Helena mantan pacar Jeka? Mungkinkah Helena tahu soal adik Mario?

"Kak boleh nanya gak?". Tanya Unaya hati-hati.

"Nanya apa?". Sahut Helena yang masih mencari seragam olahraga milik Unaya.

"Eung... Adiknya Mario ada hubungan apa sama Jeka?". Helena menghentikan gerakan tangannya. Bukan karena kaget dengan pertanyaan Unaya, melainkan karena sebuah map kuning yang tak sengaja ia temukan di bawah tumpukan baju. Gadis itu membaca selembar kertas yang bertuliskan 'Kontrak Simbiosis Mutualisme' disana.

"Jadi mereka cuma pacaran kontrak buat bikin gue cemburu?". Batin Helena yang awalnya lumayan terkejut namun kemudian senyum licik terbit dari wajah cantiknya. Helena akui permainan Jeka sangat cantik, lembut tapi menusuk. Dan sekarang gadis itu tahu jika semua hanyalah sandiwara semata.

"Kak? Kok diem? Gue salah ya nanya kayak gitu ke loe?". Helena buru-buru menyembunyikan kontrak tersebut di belakang tubuhnya dan buru-buru mengambil seragam olahraga Unaya.

"Ah? Enggak sih, gue cuma gak tahu juga mereka ada masalah apa sampai musuhan gitu. Gue pinjem seragam loe dulu ya, Thanks". Meski agak heran dengan sikap Helena yang mendadak gugup, Unaya mencoba bodo amat. Gadis itu menggedikan bahunya dan lanjut mengerjakan PR.

Kembali lagi ke rumah Jeka. Jeni dan Sobirin sudah pulang. Sonia juga langsung mengunci diri di kamar setelah mengetahui fakta yang sukses membuat mentalnya terguncang. Bagaimana bisa Tuhan mempertemukan kedua insan bersaudara kemudian saling jatuh cinta? Wanita itu belum sanggup menceritakan kebenaran ini pada Jeka, sudah pasti pemuda itu akan semakin membencinya. Begitu juga dengan Jeni, gadis itu tidak sampai hati menceritakan pada Kakak-nya karena yang ia lihat selama ini Jeka dan Unaya saling sayang.

Dan soal Yeri, gadis itu masih gencar mencari tahu tentang sosok Mario. Gadis itu yakin jika Kakak-nya tahu siapa sosok Mario, namun ada yang tidak beres karena Jeka mendadak sewot saat ia bertanya tentang siapa itu Mario. Kebetulan sekali Jimi keluar dari kamar Jeka dan hendak mengambil minuman, Yeri yang melihatnya langsung menarik tangan Jimi tanpa aba-aba.

"Anjir Yeri, gue kirain kuntilanak!". Umpat Jimi karena penampilan Yeri malam ini menyerupai kuntilanak, baju tidur rok putih dan rambutnya digerai.

"Gue emang kalau mau bobo pakai konsep kuntilanak. Ah! Lupain kuntilanak itu! Bang loe pasti tahu kan Mario Hendrawan itu siapa?". Tanya Yeri kemudian. Jimi menarik sebelah alisnya keatas, ngapain nih tiba-tiba anak kucrut nanyain Mario musuh bebuyutan Bangsat Boys?

"Ngapain loe nanyain dia?! Yang jelas dia musuh bebuyutan Abang loe!". Sahut Jimi yang terlihat emosi.

"Loe punya kontak-nya Bang?". Tanya Yeri lagi dengan tatapan penuh harap.

"Yer, loe jangan aneh-aneh. Dia itu bahaya, kalo sampai dia tahu loe adik-nya si Bos, loe bisa celaka bego!". Nasehat Jimi yang sepertinya tidak dipedulikan oleh Yeri.

"Itu kan kalau dia tahu, kalau gak tahu ya beda lagi bego! Buruan kasih kontaknya napa sih?!". Paksa Yeri.

"Gak! Nanti gue dihajar sama si Bos kalo sampe bagi kontaknya si Anjing ke-loe!".

"Oh ya udah, kalau gitu gue bakal aduin ke-Bang Jeka kalau loe suka ngutil DVD bokep-nya". Kata Yeri yang hendak berlalu namun buru-buru dicegah oleh Jimi.

"Anjrit! Tahu dari mana loe?!". Yeri tersenyum licik sebelum menjawab.

"Ya tahu-lah, Yeri gitu loh. Jadi gimana? Masih gak mau kasih kontak-nya?". Jimi mengumpat dan akhirnya memberikan kontak Mario serta memberi tahu letak sekolah pemuda itu, Yeri bersorak senang akhirnya ia bisa segera bertemu sang pujaan hati.

--Bangsat Boys--

Jeka berjalan masuk kedalam gedung sekolah dengan wajah mengeras. Semalam Yeri bercerita jika Helena sempat menceritakan yang aneh-aneh tentang Unaya ke-mama tirinya dan berujung meminta Pablo untuk melarangnya menjalin hubungan dengan Unaya. Jeka tentu saja tidak terima Unaya dibegitukan, pemuda itu tahu betul Unaya gadis seperti apa. Mendadak Jeka menyesal pernah jatuh cinta dengan gadis rubah seperti Helena, dan lagi ia sempat meminta Unaya menjadi pacar pura-puranya hanya untuk membuat Helena cemburu.

Matanya menajam kala melihat sosok yang ia cari telah ketemu, pemuda itu berjalan dengan cepat menghampiri Helena yang baru saja keluar dari toilet. Unaya yang tadi memang berangkat bersama Jeka memanggil pemuda itu namun yang punya nama malah terus berjalan dan tak menghiraukan panggilannya.

"Jeka kenapa sih? Kok kayak marah gitu?". Gumam Unaya yang akhirnya mengekori Jeka.

Jeka menarik tangan Helena dan mendorong bahunya kasar hingga punggung gadis itu menabrak tembok. Helena mengernyit karena rasanya sakit sekali sebelum menatap Jeka tak kalah tajamnya.

"Apaan sih?!". Tantang Helena. Jeka berdecih kemudian meletakkan tangannya di samping kepala Helena. Unaya diam-diam mengintip dari balik tembok, gadis itu tahu jika dirinya sudah lancang tapi rasa penasarannya benar-benar tak bisa terbendung.

"Uler!". Desis Jeka yang membuat Helena mengernyitkan keningnya.

"Maksud loe apa?!".

"Cih! Sok gak ngerti. Loe itu uler tahu gak?! Maksud loe apa ngejelekin Unaya di depan nyokap tiri gue biar dia ngadu ke bokap gue dan nyuruh gue buat balikan sama loe?! Haha Ngimpi ae loe Sat!". Kata Jeka sambil tertawa remeh. Helena awalnya dibuat kicep namun ingat jika ia sudah tahu sandiwara Jeka, gadis itu langsung mengeluarkan kontrak pacaran Unaya dan Jeka yang ia simpan disaku rok-nya.

"Oh gue salah ya? Gue kira loe emang masih ada rasa ke gue. Loe bahkan sampai pakai Unaya buat bikin gue cemburu". Sahut Helena sembari mengangkat kontrak milik Unaya di depan wajah Jeka. Jeka dan Unaya sama-sama kaget ditempatnya, mereka bingung darimana Helena bisa menemukan kontrak itu?

"Loe nemuin dimana?". Helena tersenyum puas saat melihat raut wajah Jeka yang mendadak panik.

"Haha. Loe gak perlu tahu gue dapat kontrak ini darimana, yang penting gue tahu kalau loe masih ada rasa sama gue". Helena melingkarkan tangannya di leher Jeka kemudian tersenyum culas.

"Putusin hubungan kontrak loe sama Unaya, balikan sama gue. Gue juga masih cinta sama loe". Jeka kaku ditempatnya, Helena mulai medekatkan wajahnya kewajah Jeka. Unaya yang mengintip di balik tembok pun mendadak merasakan nyeri di dada-nya, Jeka bahkan diam saja saat Helena hendak mencium bibirnya. Gadis itu memilih pergi, mungkin memang hubungannya dengan Jeka hanya sebatas pacaran kontrak saja.

Bibir Helena hampir menempel di bibir Jeka namun pemuda itu langsung menolehkan kepalanya kesamping. Jeka melepaskan rangkulan Helena dengan kasar dan merebut kontrak yang gadis itu bawa.

"Gue suka beneran sama Unaya, dan gue gak sudi balikan sama loe!". Kata Jeka dingin setelah merobek kontrak pacaran pura-puranya dengan Unaya.

--Bangsat Boys--