webnovel

Annaya & Takdirnya

Annaya terlahir sebagai gadis yang berparas cantik dan menawan, dia tumbuh sebagai pribadi yang ceria dan penuh cinta kasih untuk orangtu dan kedua kakaknya. Kebahagiaannya kian sempurna saat di nikahi pria tampan, cinta pertama yang sedari remaja sudah menjadi kekasihnya. Pria itu menjadi suami yang begitu memujanya, seolah dia adalah ratu. Limpahan cinta dan kasih pria itu suguhkan untuk Anna. Hidup berkecukupan secara materi dan cinta membuatnya tidak mengenal airmata kesedihan, sesempurna itulah hidup seorang Anna. Namun ternyata hidup tidak seindah dan sebahagia yang dia rasakan selama ini. Semua kebahagiaan runtuh saat orang yang paling di cintainya pergi meninggalkan Dunia dan dirinya dengan cara yang paling tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Ya … sosok itu adalah suaminya. Dan almarhum suaminya meninggalkan wasiat yang mencengangkan. Dan wasiat itu harus di patuhinya. Bagaimana bisa Anna hidup tanpa suaminya? Serta bagaimana bisa Anna mematuhi wasiat terakhir suaminya? Ikuti kisah nya di novel "Annaya & takdirnya". Mohon dukungan nya ya ini tulisan pertama aku semoga kalian suka.

Ardhaharyani_9027 · Urbain
Pas assez d’évaluations
530 Chs

Setiap Kamu Ingin Menemuinya, Harus Bersamaku

"Hari ini aku boleh kerumah sakit?" Anna sedang memakaikan dasi Sebastian.

"Untuk apa? Bertemu bocah itu?" Ketus Sebastian.

"Iya," jawab Anna jujur.

"Annaya, bisa tidak membuatku mau meledak? Ini masih pagi." Matanya menatap tajam Anna.

"Kenapa mau meledak? Aku minta izin padamu." Anna dengan polos menjelaskan.

"Baiklah, katakan untuk apa kamu menemuinya? Rutin sekali seperti minum obat. Aku memindahkan dia bukan untuk kamu jenguk setiap hari," ucap Sebastian menahan kesal.

Wajah Anna yang bingung menatapnya sangat menggemaskan.

"Aku meminta Roshie untuk membuatkannya soup, dia butuh gizi yang baik tanpa perisa," ucap Anna.

"Perhatian sekali."

"Jangan salah paham, dia tidak punya keluarga, jad--"

"Oh, jadi kamu mau memungutnya?" Potong Sebastian.

Demi Tuhan ini masih pagi, matahari belum sempurna keluar, tapi istrinya sudah mengorek emosinya.

"Bukan, dengarkan dulu. Jangan menyela." Protes Anna.

"Aku dengar sampai habispun, tanggapanku tetap sama."

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com