_________________________________
CHAPTER INI MENGANDUNG ADEGAN TAK AMAN. HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN
"Mannequin. A body has to keep smiling to give devotion."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Setelah Nazha menggendong Alan keluar, Apo tidak langsung mendekat kepada sang suami. Lirikan matanya menebarkan bara api kepada sosok yang pernah mengikat sumpah suci untuknya di Denmark: Mile Phakpum Romsaithong. Alpha itu menatapnya balik seperti kaisar tirani. Tidak menegakkan punggung sama sekali, malahan menyalakan rokok dari sakunya. "Jadi, kau pulang setelah menyundal?" tanyanya. "Pintar ... ternyata kucingku pandai memberikan bokong pada orang lain juga."
Kelopak Apo turun. Dia tidak berdebar sama sekali. Tegang pun tidak. Malahan sangat menikmati cara sang suami berkata-kata. "Ya, memang kau sendiri yang bisa jelajah?" katanya. "Lagipula penismu bukan yang paling jantan. Kau ternyata terlalu berbangga diri ya selama ini."
Mile menghembuskan asap ke udara seolah sengaja sekali. Alpha itu sepertinya sangat muak dengan aroma Alpha lain yang menyeruak dari tubuh Apo Nattawin. Dan itu lumayan mengganggu.
"Oh ... begitu, terus kenapa masih kemari? Ingin mengemis pengampunanku? Maaf saja. Kalau kau ingin melepaskan diri, aku tetap tidak akan memberikannya."
"Bukan mengemis, tapi menuntut." Apo baru duduk di depan meja Mile, kali ini. Tangan serta kaki menyilang, tapi bahunya tegak dan kokoh. "Dan akan kubuat hukum melepaskanku, meskipun akhirnya kau mengemis padaku."
"Oh, kapan?"
"Segera."
"Lebih cepat mana dengan pernikahan keduaku?"
DEG
Oke, kali ini Apo sempat gentar sesaat. Tapi dia masih bisa menguasai emosi. "Depan belakang," katanya. "Dan bangsat mana yang merebut bayi-bayiku, tapi meninggalkan mereka demi mengurusi anak orang lain."
Mile menyedot rokoknya semakin keras. "Alan itu anakku. Dan selain wajahnya aku, kami tes darah dua kali dengan hasil yang persis," katanya. "Kau saja yang tidak terima, kalau kita sama-sama belum tahu soal ini sebelum menikah."
"Benar." Apo tersenyum tipis. "Karena aku bukan jalang murahan, yang mengemis ke suami orang hanya untuk status yang pasti." Tatapannya menggelap perlahan. "Apalagi istrinya sudah punya tiga anak, dan pernah digampar berkali-kali."
Tatapan Mile kini sama gelapnya. "Tapi jalang miskin yang mengemis ke gudang uang?" katanya. "Aku sebenarnya kasihan ke orang itu."
"Setidaknya dia tahu sedang dimanfaatkan orang membalas perasaannya," kata Apo. "Tapi wanita lacurmu? Sepertinya bernasib lebih menyedihkan ...."
Mile pun mematikan puntung rokok setelah menekan aroma di sekitarnya. Alpha itu sepertinya sedikit kesal, tapi kemudian terkekeh. "Baiklah, terserah. Kalau kita terus-terusan saling menghina, mungkin seseorang akan memotong waktu bekerjaku yang berharga," katanya. "Jadi sebenarnya untuk apa kau kemari? Mau meminta Kay dan Ed dariku?"
"Bukan," kata Apo. Dia benar-benar menjadi Nattawin Wattanagitiphat sebelum bertemu Mile. Dan rasionya berjalan di titik yang sangat tinggi. ".... tapi akan kubuat mereka jadi milikku, jika kau sampai menelantarkan mereka begitu saja."
"Oh, coba saja," kata Mile. "Kita buktikan cepat mana dengan caraku menuntutmu telah melanggar perjanjian tersebut." Jeda sebentar. "Padahal kau sendiri yang mengawalinya."
"Ya, tapi aku Ibu dengan rasa sesal," kata Apo. "Kau tidak, Mile. Dan aku sendiri ragu apa kau masih ingat ada kata "maaf" di dunia ini."
Mile mendadak berdiri, tapi Apo tidak mau kentara terkejut dengan langsung menghindar. Sang Omega pun hanya berjengit. Membiarkan Mile meremas rahangnya untuk menghadap. "Dengar, entah kau mau datang atau tidak, tapi pernikahan kami dua Minggu lagi," katanya. "Jadi, mau lanjut menyundal atau tidak terserah ... yang pasti hubunganku dengannya segera resmi, tapi aku akan terus membakarmu kalau tetap membangkang."
PLARRRRRRRRRRRRRRRRRR!!
"Bangsat ...." kata Apo, yang langsung berdiri setelah melihat darah di sudut bibir Mile mengalir. Dia agak gemetar setelah meninggalkan luka kecil di wajah itu, tapi Apo malah makin ingin mengulanginya lagi sekarang.
Ha ha ha--yang dia lakukan padaku bahkan lebih parah lagi! Jadi kenapa aku harus merasa bersalah? Memang yang benar itu dibalas sama kasarnya.
Tapi itu memang membuang waktu. Mile yang sedang menegakkan badan langsung menoleh saat ada suara kenop diputar. Oh, ternyata itu Ann Roune yang memperingatkan.
CKLEK!
DEG
"Eh? Tuan Mile--" Ann pun melirik Apo sekilas. "Anu, Anda punya jadwal ke Pattaya setelah ini. Nona Luhiang menunggu di sana. Hanya jika Anda tidak keberatan bersiap-siap."
"Oh, oke." Mile melirik Apo sekilas. "Tunggu sebentar, aku sedang ada urusan penting di sini. Kau kebawah duluan tidak masalah, setelah ini akan kususul--
"Setelah Ann, Leodra, dan wanita lacurmu. Siapa lagi yang akan kau tusuk, Mile?" sela Apo. Kali ini sudah tak peduli harga diri sang suami. Biarkan Ann Roune si sekretaris melotot karena tertangkap basah. Dan Apo tetap melanjutkan omongannya. "Lalu dengan obat-obatan itu, apa kau akan melakukan bonding dengan mereka juga? Dapat anak dari mereka juga? Menikahi mereka juga? Bagus. Kalau begitu selamat bertemu di pengadilan untuk kesempatan selanjutnya."
DEG
SRAAAAAAAAAAAAAAAKHHH!
BRAKHHHHHH!!!
"APO!!!"
Meski diteriaki, Apo tetap mengobrak-abrik meja kerja Mile Phakpum. Omega itu menumpahkan kopi ke komputer ultra wide yang sedang menyala. Lalu melempar hiasan keramik dari meja hingga lemari kaca di pojokan kantor pecah berkeping-keping.
BRAKKKKKKH!
PRANGGG!!
"BRENGSEK, MILE! DASAR KAU SETAN K*LAMIN! TAKKAN KUBIARKAN KAU MELESAT SEORANG DIRI!"
"APO! STOP IT! APO!"
"FUCK!"
BRAKKKKHHHH!!
PRAANGGGG!! PRANGG!!
PRAKKHHHHHHH!
Membuat boneka-boneka mungil hasil handmade yang mewakili perasaan Apo tentang keluarga itu berserakan diantara pecahan lemari kaca. Kenapa masih memajangnya, Mile? Kenapa tidak bakar saja semuanya sekalian, seperti kau membakar pernikahan kita seperti ini ....
"Hahh ... hahh ... hahh ... hahh ...." desah Apo tersengal-sengal. Namun meski jarinya ada yang luka, Omega itu sama sekali tidak menangis. Tatapannya malah lebih menyala-nyala, bahkan meski melihat satu cincin lagi bertambah di jari Mile. "Oke, selesai. Itu saja yang mau kusampaikan," katanya. "Dan jangan harap kau bisa terus mengendalikanku, karena aku bukan boneka yang tugasnya tersenyum saja demi membuatmu senang." Lalu melewati Ann Roune yang melipir ke samping sebelum ditabrak bahunya di depan pintu.
"Tuan?" tanya Ann. Prihatin karena melihat tetesan kopi yang berceceran di lantai. "Tuan Mile, are you okay? Saya bisa print-kan file-nya lagi kalau Anda mau menunggu sebentar. Dan soal Nona Luhiang, biar saya saja yang nanti mengurus."
"Ya ...." kata Mile dengan mengayunkan jarinya. "Sana, sana. Aku pasti keluar segera," lanjutnya dengan tatapan mata yang kosong.
"B-Baik, permisi," kata Ann. Lalu meninggalkan Mile yang mendadak ikut mengobrak-abrik meja kerjanya.
BRAKKKKHHHHHH!!!
"BEDEBAH!!" teriak Mile hingga komputernya jatuh ke lantai. Dia pun duduk sebentar untuk menenangkan diri. Lalu menatap boneka-boneka bayi yang tergeletak dalam diam ....
BRAKHHH!!
"God of b*tches!" maki Apo saat sudah menyetir mobilnya keluar dari parkiran.
BRMMMMMMMMMM!!
SRAAAAAKHH!
Omega itu pun mendengus setelah melepaskan segala rasa kesal yang menumpuk. Dia menyetel musik gila-gilaan di dalam mobil, dan membiarkan rodanya menggerus aspal saat berbelok. Arggh! Persetan dengan perilaku kotor Mile selama ini. Dia hanya ingin melaju sekencang apapun, tapi cukup puas juga dengan yang barusan.
"HA HA HA HA HA HA HA!" tawa Apo sepanjang jalan. Dia seperti orang tak waras yang lepas pengawasan. Tapi lama-lama tawa itu terdengar sakit.
Apo bahkan sempat membiarkan mobilnya melaju dalam kondisi kening di setir, tapi untung tidak sampai menabrak apapun.
Perlahan, Apo melepas kacamatanya yang tadi menyamarkan lelah. Karena lebih sakit jika tidak menangis, meski rasanya sungguhan kuat. Ya Tuhan ... menghadapi Mile benar-benar menguras jiwa. Apo pun tak jadi membeli susu Er di supermarket. Terus melaju. Bisa jadi karena badannya juga butuh beristirahat secepat mungkin.
Dia pun langsung naik ke kamar dan mandi sebentar. Keramas cepat demi mendinginkan kepala. Lalu ambruk langsung meski hanya memakai bawahan handuk.
BRUGH!!
"Hahhh ... aku hanya butuh tidur sebentar ...." desah Apo yang langsung terpejam dengan mata panasnya. Dia bahkan tidak menyapa babysitter yang menimang Blau Er. Langsung menghitung domba dalam kepala hingga terlelap sebelum ada semenit.
"Hmmh ... benar-benar ceroboh," gumam Paing pada pukul 10 malam. Alpha itu lagi-lagi baru pulang dengan masih berjas, tapi langsung menggendong Blau Er yang menyambut di depan pintu utama. Ya, niat awalnya memang hanya menaruh baby--atau setidaknya menyapa selamat malam? Sekalian mengecek Apo lagi apa. Tapi sang Omega benar-benar seperti orang mati di ranjangnya. Paing pun meletakkan Er di sebelah Apo. Gantian menyelimuti sang Omega hingga sebatas bahu. Lalu mengecup pelipisnya sebelum pergi. Cup. "Tapi kau sudah bekerja keras hari ini. Good job."
Toh bagus juga istirahat banyak untuk acara Yuzu besok pagi ....