webnovel

BAB 21: PERMINTAAN AMEERA

BAB 21

Setelah bercanda, Apo tiba-tiba terdiam ketika sadar ada wajah Ameera berada di ambang pintu. Wanita Omega itu sengaja tidak masuk, tapi juga tidak menjauh hingga Apo pamit menemuinya.

"Sepertinya dia ingin bicara denganku," kata Apo. Lelaki itu pun melepaskan diri perlahan dari Mile, tapi mencium bibirnya sebelum pergi.

"Hmnh ...." Apo juga sengaja mempersingkat sentuhan itu hingga Mile sendiri yang tak rela, lalu menahan tengkuknya selama beberapa saat.

"Apo, hmm."

Ameera pun mundur dari sana. Mungkin, sang Omega pikir dia takkan pernah melihat sisi Mile yang tergila-gila seperti itu, apalagi mereka  punya tiga ekor baby di belakang. Ameera jelas bukan apa-apa saat Apo mendatanginya di lounge rumah sakit.

"Ada apa, Ameera," kata Apo. Dia duduk di hadapan wanita itu dengan terpisahkan meja berisi tumpukan majalah medis. "Bilang saja kalau ada sesuatu. Aku tahu kau ingin mengatakan hal penting padaku."

Ameera mamandang keluar dinding kaca waktu itu. Dia memperhatikan anak-anak yang sakit dan habis berobat. Lalu bermain di mini playground yang disiapkan oleh tempat ini. "Kau hebat," katanya tanpa menoleh ke Apo. "Kau membuatnya sebegitu berubah sejak aku mengenalnya di Paris, Apo. Dan aku iri sekali."

Dengan cara duduk yang menyilang khas, Apo pun mengerjap pelan. "Memang seperti apa suamiku selama di sana?" tanyanya. Sengaja menekankan kata "suamiku" seolah-olah jadi raja tirani di tempat itu. Dia juga menegakkan punggung, dan tetap tenang seolah tengah menghadapi lawan bisnis daripada pesaing hati.

"He is freedom lovers. Mile adalah Mile. Dimana pun dia berada, selalu jadi pusat poros diantara kami--para Omega terutama," kata Ameera. "Dan meskipun aku bukan satu-satunya, tapi Mile paling dekat dan sering denganku karena project yang berkali-kali barengan. Jadi, rasanya seperti ... ah, kenapa hanya dalam beberapa bulan dia pulang, sudah punya bayi? Aku benar-benar tidak habis pikir."

"....ya, apapun itu, memang sudah terjadi," kata Apo dengan ringannya. "Anggap saja kau lengah dan berhadiah kecewa. Lagipula, Alpha-mu tidak kalah posesif. Segi mana yang kurang kau syukuri," balasnya tanpa hambatan. Suara Apo bahkan berat dan halus seperti kereta yang tengah melaju. Sementara Ameera berkaca-kaca sebelum fokus ke Apo.

"Mew?" kata Ameera dengan nada yang dirundung luka. "Dia hanya sakit jiwa, Apo. Serakah me-marking saudari kembarku yang sekarang koma, dan aku dijadikan pelampiasan karena berwajah sama. Kau pikir, kenapa aku muak meski dia seperti Alpha yang cinta mati? Freak. Aku hanya mencintai Mile selama ini."

DEG

"Oh ...." Seketika bola mata Apo melebar sejenak, tapi kemudian dia menyelami mata Ameera. Memang tidak ada kebohongan di sana, tapi Apo memutuskan tidak memberikan ampun. ".... tapi kau tetap keliru jika memanfaatkan Mew seperti itu, Ameera. Kau tidak bisa beralasan sakit hati di depanku, hanya karena merasa tak dicintai. Faktanya, kau juga mengambil sesuatu dari Mew. Entah itu keuntungan atau koneksi, jadi maaf-maaf saja. Mile milikku. Kau takkan pernah kuizinkan mengambilnya."

Jeda sejenak yang amat dingin.

"Memangnya aku akan bisa?" balas Ameera. "Sudah jelas dia menolakku berkali-kali, padahal kupikir Mile hanya kasihan menikahimu."

Apo pun tidak membalas. Dia membiarkan Ameera menumpahkan air matanya, lalu mengikat rambut karena tetiba jadi risih sekali.

Sejujurnya Apo menilai Ameera begitu cantik. Visualnya pantas dapatkan Alpha yang tampan juga, tapi Apo tidak mau menyelami urusannya. Bagi Apo, seseorang yang lemah takkan bertahan dalam lapangan. Dan itu bukan sesuatu yang pantas dia pikirkan. "Baik, jadi untuk apa kau memanggilku kemari?" tanyanya. "Langsung ke intinya saja. Aku tidak punya banyak waktu untukmu."

"Oke, ya, aku paham," kata Ameera pelan. Dia mengusap wajah dengan tisu dari tas, lalu memandang Apo dengan wajah merahnya. "Tolong jangan ikutkan CCTV perkelahian itu untuk banding kasus, dan ini kuanggap balasan karena aku mendonorkan darah untuk Alpha-mu."

"Terus?"

"Tidak, sudah itu saja. Karena perkelahian itu melibatkanku, sementara aku tidak mau terlibat dengan Mew," kata Ameera. "Terserah kau mau menjebloskannya ke penjara untuk urusan si Pomchay-Pomchay ... atau apalah jika ada yang lain. Aku tak peduli karena aku tidak ingin duduk bersamanya di kursi hukum."

Apo akui ini agak tidak bisa dia duga. Apo pikir, Ameera akan berdiri di garda depan saat Mew terancam, tapi ternyata wanita itu benar-benar hanya ingin melindungi dirinya sendiri.

"Kalau kau bisa bicarakan ini dengan Mew, maka aku juga bisa bicarakan ini dengan Alpha-ku," kata Apo. "Pastikan tak ada informasi yang bocor, maka aku akan mereka-reka agar kau aman di mata hakim. Tapi, sampai Mew tak bisa mengerti kemauanmu, awas saja. Aku akan membantainya dengan pasal berlipat di tempat itu."

"Aku tahu. Terima kasih sudah mau bernegosiasi," kata Ameera. "Aku permisi dulu kalau begitu." Wanita itu pun segera pergi, sementara Apo tidak sengaja melihat mark di lehernya saat berjalan melewati meja.

Oh, itu pasti diberikan oleh Mew, padahal Ameera tidak sepenuhnya kompatibel dengan lelaki itu. Apo jadi sedikit paham bagaimana perasaannya, karena dia pun pernah di posisi itu.

"Ya, ini aku, Jeff," kata Apo kepada informan-nya jika ada apa-apa. Dia pun langsung menelpon pemuda itu, tepat setelah melihat mobil Ameera keluar dari parkiran. "Cari fakta kembaran wanita bernama Ameera. Aku mau tahu selengkapnya."

"Hm, ya. Setelah makan akan langsung kucari," kata Jeff dari seberang sana.

"Dan kalau bisa secepatnya," tegas Apo. "Aku akan menambahkan gajimu kalau bisa memberikan datanya kurang dari 24 jam."

"Ya, tentu. Kalau begitu kucari sekarang, baru makan setelahnya."

Tiiit.

Apo pun mendengus setelah si anak kuliahan mematikan sambungan. Namun, dia cukup puas setelah mendapatkan semuanya pada sore hari. Lewat e-mail, Jeff mengirimkan kelengkapan data dan segala berkas yang dia dapatkan kepada Apo, sementara Mile dia abaikan dulu meski ingin video call.

"Ameera, Amaara. Ho. Jadi memang semuanya benar," batin Apo sambil mengetik cepat pada keyboard-nya. Lelaki itu menyisir gesit data-data dalam PC, kemudian memandangi akta lahir serta foto-foto yang terkait, termasuk hari kecelakaan Amaara. Oh, Jeff bahkan mendapatkan kronologi Ameera diklaim Alpha yang sama setelah bertemu pertama kali di Washington DC. Dan itu benar-benar memancing tips gajinya keluar. "Cih, kotor. Aku tidak paham lagi." Apo pun menutup foto Mew dan Amaara versi SMA yang tadinya memenuhi layar. Lalu berjalan keluar untuk menenangkan diri.

Lima hari kemudian, Mile pun sudah diperbolehkan pulang. Dia dapat kepercayaan untuk rawat inap di rumah, sementara Apo duduk di ruang tamu ketika dia masuk.

"Apo."

"Oh, Mile. Selamat datang ...." kata Apo. Dia refleks melepaskan boneka baby triplets yang belum jadi, lalu menancapkan jarum pada busa-busa. Lelaki itu menyambut Mile dengan pelukan. Mereka saling menghirup aroma sebentar, dan Mile tertawa ketika ditunjukkan hasil boneka Kay yang sendirian.

"Ha ha ha ha ha. Yang dewasa saja tak ada sekepal tangan, Kay malah seujung jariku?" kata Mile. Dia duduk di sofa sambil memberikan boneka itu pada Kay. Yang lucu, bukannya menerima dan dipakai bermain, Kay malah meremas-remasnya. Kemudian digigit dengan dengan mulutnya yang kecil.

"Au .. nn ... nggh ... ngh ...." oceh Kay sampai Apo merebut boneka itu kembali.

"Daddy bodoh. Jangan berikan benda kecil pada mereka. Bisa-bisa ditelan dan tersangkut dalam tenggorokan. Susah nanti kalau kejadian," omel Apo lalu menyuruh babysitter untuk mencucinya di belakang.

Bukannya tersinggung, Mile malah menikmati ekspresi Apo yang begitu mendalami.

"Kau benar-benar berjiwa keibuan rupanya."

DEG

"Apa?! Aisshh ...." kaget Apo sampai jarum menembus jarinya tanpa sengaja. Lelaki itu pun melepaskan boneka yang dibuatnya, sementara Mile ikut kaget karena darahnya mengalir deras ke pangkuan. "Aduh, kau ini--"

Mile cepat-cepat meraih jari itu untuk dikulum. Dia terpejam hingga Apo diam, lalu bertanya pelan. "Darahmu A? Kenapa encer sekali ...."

"Iya."

"Rhesus?"

"Positif." Apo ingin menarik jarinya kembali, tapi Mile malah menahannya untuk ditiupi. "Makanya tidak bisa membantumu--shit. Sudah, Mile. Aku mau ambil plester."

Andai baby triplets tidak tertawa bersamaan di dalam stroller mereka, Apo pasti sudah pergi dari sana. Namun, Apo sempat terpaku sejenak, lalu seorang pelayan datang dengan membawa kotak P3K.

"Maaf, Tuan. Ini. Sepertinya Anda membutuhkannya," kata wanita itu, sebelum pergi untuk mengelapi perabotan kembali.

Apo pun berterima kasih, lalu segera membalut jarinya setelah dibubuhi betadine. "Mereka selalu memihak dirimu, aku kesal," katanya. Lalu kembali menjahit boneka Edsel yang tinggal finishing. "Mentang-mentang sudah kuberikan penuh. Tapi ya sudahlah kalau terlanjur." Dia entah sadar, entah tidak saat mencebikkan bibir seperti itu.

"Ho, menyesal ...." kata Mile dengan nada menggoda. "Kenapa tidak bikin bikin pasukan cilik lainnya? Aku masih bisa mendanai kalau cuma beberapa bayi lagi. Lalu taruh kuasa mereka di bawah namamu."

Dengusan justru terdengar langsung. "Jadi, kau mau aku mendatangi notaris lagi, begitu?" kata Apo. "Tidak, maaf saja. Kalau siap-siap sedia, malah terkesan aku akan bercerai denganmu."

"Ha ha ha ha ha." Mile terlihat puas sekali saat tertawa. "Ada yang tidak mau kehilanganku rupanya."

"Brengsek." Apo langsung berdiri setelah menyelesaikan kedua boneka terakhir. "Sudahlah, aku mau taruh ini di dalam box. Biar langsung dikirim sopir ke kantor. Jangan lupa ikutkan bersama yang lain. Kuharap tempatmu sudah rapi seperti semula sekarang."

"Tentu," kata Mile. Dia pun memperhatikan Apo yang menemui sopir langsung di halaman, tapi sedikit tak menyangka ketika dia kembali. Apalagi Apo berjongkok di depan dia. Sang Omega rupanya tidak tahan memeluk Mile, lalu menyurukkan wajah di pangkuan.

"Bagaimana perutmu? Sudah mendingan?" tanya Apo khawatir. "Aku benar-benar takut kau tidak selamat waktu itu. Sial. Kehabisan darah itu memang fatal sekali."

Mile pun mendengus pelan. "Baru mengaku sekarang, huh? Kenapa tidak waktu baru kejadian?"

"Pikiranku berputar-putar untuk segala hal, Mile. Kau pikir mudah mengatakan hal romantis? Aku ini sudah sangat berusaha," kata Apo. Tapi kemudian merengek seperti bayi. "Karena itu cepatlah sembuh, oke? Jangan membuatku kepikiran seperti kapan hari. Kau bilang mau mengajariku banyak hal. Aku benar-benar ingin jadi Omega-mu yang pantas."

Mile pun tertawa sekali lagi. Dia tidak tahan dengan perilaku menggemaskan ini, lalu meremas baju Apo kesal. "Oke, coba ulangi sambil melihatku?" pintanya.

"Apa? Tidak akan!"

"Baik, kalau begitu belajarnya tidak jadi."

"Shiaa, Mile, seriusan kau ini," kata Apo. Dia pun mendongak dengan wajah yang memerah, hingga situasi itu diinterupsi oleh Nathanee yang tetiba masuk.

"Sayang, Mile ... Apo ...." kata wanita itu setelah menerima telepon.

Mile dan Apo pun menoleh pada wajah pucatnya, sementara Nathanee mengulurkan ponsel. "Ini, tolong bicara pada pengacara kita langsung," katanya. "Dia bilang, Ameera baru saja jatuh dari lantai 15 hotel A. Mati. Jasadnya hancur dan sekarang sedang diserahkan pada pihak otopsi."

DEG

"Apa?" Apo pun refleks berdiri. "Tunggu, Mae serius?"

"Mereka bilang ini kasus bunuh diri."

Bersambung ....