webnovel

ALIVE

Ini hanya sebuah kisah yang menceritakan seorang gadis bernama Arabella yang selalu hidup mengikuti takdir yang tuhan tuliskan untuknya,entah takdir itu memberinya sebuah tawa atau pun memberinya sebuah tangis. Menjalani hidup tanpa mempermasalahkan takdir dari tuhan bukanlah hal yang mudah, selalu berusaha baik-baik saja saat kenyataan tak sesuai dengan harapan. Apa selama hidupnya Arabella akan mampu menerima takdirnya? Akankah Arabella menentang takdir ? Dan di lain sisi, Seorang pria bernama Reygan selalu hidup menentang takdir yang tuhan tuliskan untuk hidupnya, Reygan adalah gambaran seorang pria angkuh tanpa perasaan yang memaksakan cintanya pada wanita yang sama sekali tak pantas untuk ia cintai. Apa selama hidupnya Reygan akan menentang takdirnya? Akankah Reygan mencoba untuk menerima takdirnya? Kisah ini akan membawamu kembali untuk berfikir tentang sebuah arti cinta yang sebenarnya, tentang nyatanya penghianatan dari orang terdekat hingga tentang nyatanya arti pengorbanan cinta.

prabhaditha · Urbain
Pas assez d’évaluations
8 Chs

Rey's Secret

"Brengsek!" Teriak Rey kesal dengan satu tangan memukul meja kerjanya.

Dan di saat yang bersamaan pintu ruangannya terbuka. "Ada apa denganmu?" Tanya Mark yang baru masuk ke ruang kantor Rey.

"Diam!" Bentak Rey.

Mark terlonjak kaget mendengar bentakan dari sahabtnya. "Dasar pria gila!" Gumam Mark,sambil satu tangan mengelus pelan dadanya.

Dengan santai Mark duduk di sofa yang ada di pojok ruang kantor Rey. Tangan Mark mengambil satu buah apel yang berada di atas meja kecil di hadapannya.

"Senna melarangku menemuinya, apa dia tidak tau bagaimana khawatirnya aku selama seminggu ini dengan keadaanya!? Dia malah asik menghabiskan waktu bersama suaminya itu"

Mark yang mendengar ocehan Rey hanya diam tanpa menoleh sedikitpun, pria itu masing asik dengan apel di tangannya.

"Aku bicara dengan mu,bodoh!" Kesal Rey saat Mark tidak menghiraukan kalimatnya.

Mark hanya menoleh sebentar ke arah Rey, lalu kembali memakan apel di tangannya tanpa menghiraukan tatapan tajam dari sahabatnya itu.

"Mark! Aku bicara denganmu,buka mulutmu!"

"Dua menit yang lalu kau menyuruhku diam, setelah aku diam kau menyuruhku membuka mulut. Manusia macam apa kau ini?" Tanya Mark heran dengan nada kesalnya.

Mark beranjak dari duduknya, pria itu terpaksa meninggalkan buah apelnya di atas meja. "Dengarkan aku" Mark berdiri tepat di depan meja kerja Rey,ekspresi wajah pria itu berubah serius "Berhentilah mempertahankan sesuatu yang bukan menjadi milikmu!"

"Senna milikku! sejak awal dia adalah milikku"

"Jangan menjadi pria kurang waras yang menyedihkan seperti ini! Kau hanya berstatus sebagai selingkuhannya, kata memiliki tak pantas terucap dari bibirmu itu" Mark menatap wajah Rey yang memerah menahan kesal.

"Kau marah dengan apa yang aku ucapkan?"

"Aku mencintai Senna sebelum dia menikah dengan Bara dan Senna juga mencintai ku! Kami saling mencintai, Bara merebut Senna dariku! Kau tau semuanya Mark, jangan bertingkah bahwa aku salah disini" Rey beranjak dari kursi kerjanya menjauh dari Mark.

"Apa berselingkuh dengan istri kakak kandungmu bisa dikatalan berbuatan yang tidak salah? Dan tentang kau dan Senna yang saling mencintai, jika wanita itu mencintai mu untuk apa dia menerima Bara menjadi suaminya" Mark mendekat ke arah Sehun yang duduk di sofa.

"Tuhan memberimu akal sehat ,jadi gunakanlah dengan benar" Tangan Mark merangkul bahu sahabtanya. "Saat ini aku belum bosan untuk mengingatkan bahwa apa yang kau lakukan selama ini salah, namun jika aku sudah lelah bebrbicara jangan harap aku akan menoleh saat kau terjatuh karena perbuatanmu ini"

Rey menepis kasar tangan Mark dari bahunya. "Pergi dari sini!"

Mark mengangguk. "Aku akan pergi setelah memberi taumu sesuatu, mungkin minggu ini kau terlalu sibuk memikirkan istri kakakmu sampai-sampai kau mengabaikan beberapa meeting dan membuat para investor membatalkan kontrak meraka"

"Prestasi perusahaanku dan perusahaanmu begitu di pandang oleh para pembisnis, dan sekarang kita membentuk satu perusahaan bersama tapi kinerja dan prefesionalistas kita seolah terlihat sangat buruk karena ulahmu, aku tidak akan mau berbicara banyak jika bukan menyangkut nama baik perusahaanku"

Mark memutar tubuhnya melangkah menuju pintu ruangan Rey. "Astaga aku hampir lupa" Mark kembali melangkah mendekat ke arah Rey, jari pria itu kini sibuk mengotak-atik benda persegi digenggamannya.

"Dan ini salah satu alasan beberapa investor membatalkan perjanjian kontrak kerja kita" Mark menunjukan layar ponselnya ke arah Rey.

"Bagaimana bisa berita ini muncul lagi!?" Rey seketika berdiri dari duduknya, tangannya bergerak cepat mengambil alih ponsel Mark.

Rey menggeram marah, kini matanya dengan jelas membaca judul artikel yang mencantumkan namanya dan Senna di tambah dengan foto kebersamaan mereka yang terlihat diambil secara diam-diam.

"Sudah aku peringatkan, Kau dan Senna menjadi incaran hangat para wartawan" Mark mengambil alih ponselnya. "Kau pernah mengatakan bahwa bisa membersekan masalah ini sendiri dengan mudah, sekarang lakukanlah itu! Aku mau berita itu segera dihapus dan juga kau harus membujuk kembali para investor agar tidak membatalkan kontrak kerja bersama kita"

"Semangat, sahabat"Lalu Mark melangkah keluar dari ruangan Rey, pria itu seolah tak peduli dengan kemarahan dan keterkejutan dari sahabatnya.

~~~~~~

"Kumohon berkati aku hari ini"

Bella melihat pantulan tubuhnya pada cermin didepannya, gadis dengan tinggi badan 170 sentimeter itu terlihat cantik dengan kemeja navy dan celana kain hitam yang mebalut kaki jenjangnya.

Setelah siap dengan penampilannya,Bella keluar dari kamarnya. Hari ini gadis itu kembali berencana untuk mencari pekerjaan baru, tiga hari sudah Bella hambiskan untuk mencari lowongan kerja tapi hanya penolakan yang gadis itu dapat.

Hanya mengandalkan ijasah SMA bukan hal yang mudah untuk mendapat pekerjaan, namun tanpa rasa lelah Bella terus berusaha untuk mendapat pekerjaan, gadis itu tidak mau berakhir mengenaskan dengan mati kelaparan dirumahnya.

Mata Bella memicing saat melihat sebuah mobil hitam terparkir didepan pagar rumahnya, setelah memastikan pintu rumahnya terkunci gadis itu melangkah cepat menuju pagar rumah.

Bella sama sekali tak menghiraukan mobil hitam yang terparkir tepat didepan pagar rumahnya, ia berfikir mungkin ada orang menumpang memarkir mobil sebentar.

"Tin..tin..."

Bella hapir terjungkal kebelakang saat tiba-tiba klakson mobil di depannya berbunyi. "Astaga,tuhan! Jantungku" Bella mengatur nafasnya pelan dengan satu tangan mengelus dadanya yang bedegup kencang.

Bella menoleh saat pintu mobil di depannya terbuka. "Kau lagi!? Apa yang kau lakukan disini!?" Seketika Bella mengubah ekpresi wajahnya.

"Ssstttt!...cepat masuk kedalam mobilku" Rey menggerakn kepalanya memerintahkan Bella untuk segera masuk kedalam mobil.

Bella mengalihkan pandangan, tanpa membedulikan ucapan Rey gadis itu melangkah melewati mobil pria itu.

"Dia benera-benar menguji kesabaranku" Geram Rey.

Pria itu melangkah lebar menyusul langkah Bella, Dengan sekali tarikan Rey mengangkat tubuh Bella kedalam gendongannya. Bersukur jarak rumah Bella dan para tetangganya cukup jauh, seorang pun tidak ada yang melihat perbuatan Rey tadi.

"Pria,gila! Lepaskan aku" Bella sekuat tenaga berontak dari gendoangan Rey.

Tanpa rasa kasihan, Rey melempar kasar tubuh Bella masuk kedalam mobilnya. "Jangan berani keluar jika kau masih peduli dengan nyawamu" Ancam Rey saat ia berhasil masuk ke kursi pengemudi.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membawaku? Apa kau masih mempermasalhkan segelas lemon tea yang aku tumpahkan pada jas mu kemarin?" Wajah Bella sudah merah padam, tubuh gadis itu bergetar karena rasa takut yang luar biasa.

"Aku tidak akan menyakitimu atau melakukan hal buruk padamu, sekarang kau hanya perlu diam dan ikut dengan ku" Ucap Rey, Pria itu kini mulai menyalakan mensin mobil.

"Aku minta maaf karena ketidak sopanan ku padamu,aku minta maaf untuk semua kata-kata ku yang tidak berkenan bagimu, aku benar-benar minta maaf untuk semuanya" Bella menangkupkan kedua tangan ke arah Rey. "Aku mohon turunkan aku"

Rey diam, bahkan pria itu sama sekali tak melirik ke arah Bella yang terus menerus memohon padanya. Kini fokus Rey tertuju pada jalanan didepannya.