webnovel

ALANA [4]

Bel tanda akhir pelajaran berbunyi, dan seluruh siswa bersiap-siap untuk pulang.

Saat menuju ke Gerbang,,,,,

"Na kamu cepet cerita kenapa kamu tadi pagi kayak gitu?"pinta Viona.

"Jadi gini, kamu taukan yang waktu itu lempar aku pake kertas?"

"Iya, si Vano kan?"tanya Viona memastikan.

"Terserah deh, siapa itu si Nono atau siapa itu, yang jelas dia tu agak sinting."ucap Alana.

"Sssuuuttt jangan keras-keras nanti kalau ada yang denger abis kamu Na, emang kenapa sih?"tanya Viona yang ingin tau.

"Gimana nggak sinting coba, masak dia tadi pagi nabrak-nabrak aku, padahal kan jalan masih luas."ucap Alana mulai bercerita.

"Terus-terus..."tanggapan Viona.

"Dia ditanya sama teman-temannya kenapa, eh malah jawab gimana coba?"

"Gimana?"tanya Viona.

"Katanya aku nggak jelas, apa nggak salah?"ucap Alana kemudian.

"Terus-terus..."ucap Viona lagi.

"Terus-terus nabrak, nggak ada kata lain apa selain terus-terus."ucap Alana dengan kesal, karena Viona yang hanya menjawab 'terus-terus.'

"Ya terus gimana, tapi nggak mungkinkan cuma gara-gara itu kamu kayak tadi pagi,"Viona mulai berpendapat.

"Iya, aku malu Vi."jawab Alana,

"Malu? kenapa?"Viona mulai rada bingung .

"Kan habis ditabrak aku jalan ke kelas dan di belakang aku ada si Nono dan kawan-kawannya,"

"La terus bagian mana yang buat kamu malu Na?"tanya Viona,

"Tunggu dulu belum selesai Vi,"balas Alana.

"Habis itu mereka berjalan terus di belakang aku sampai depan kelas X-2, dan aku kira si Nono itu ngikutin aku, jadi aku bilang ke dia buat pergi tapi saat itu ada Bu Diyah dan dia bilang kalau dia kelas X-2."

"Hahaha, pasti malu banget ya," respon Viona .

"Iihhh Viona, udah tau aku malu malah diketawain."respon Alana sambil cemberut karena ulah Viona.

"Lagian kamu ke-GRan banget,"ucap Viona kemudian.

"Siapa yang nggak curiga coba kalau diikutin dari gerbang sampai hampir di kelas, apalagi kelasnya paling pojok."jawab Alana dengan kesal.

"Kamunya aja yang nggak tau-an, masak nggak tau kalau Vano kelas X-2."

"Aku kan nggak tau Vi, toh aku juga nggak mau cari tahu."

"Ya ya, jutek amat sih."

Dan kemudian dari kejauhan abang Alana yaitu Arya datang.

"Vi aku duluan ya abang aku udah datang tuh."ucap Alana sambil menunjuk abangnya.

"Iya, angkotnya juga udah datang." balas Viona.

Dan ditempat lain yaitu di kelas lantai atas, Vano melihat Alana yang dibonceng oleh seorang cowok.

# # #

Di kelas lantai atas,,,,,,

"Woy Van ngapain lu di situ?"tanya Dino dengan menepuk pundak Vano dari belakang.

"Hhmm, ngagetin aja lu Din." respon Vano dengan mengelus dadanya.

"Elah, dari tadi dicari ternyata di sini lu."ucap Didit yang baru datang.

"Lu lihatin apa sih Van?"tanya Didit yang penasaran dengan gerak gerik Vano.

"Enggak lihat apa-apa kok. Dah turun yok, kasian Heri sama Yahya nungguin."balas Vano dengan berjalan terlebih dahulu mendului Didit dan Dino.

# # #

Malam ini Vano tidak pergi kemana-mana. Dia hanya duduk di depan rumah sambil bermain gitar. Namun karena mendengar handphonenya yang terus berbunyi Vano memutuskan untuk mengambilnya, memastikan siapa tahu ada yang penting. Dan benar penyebab bunyi itu adalah notifikasi dari Grub Line yang dibentuk oleh Didit dan Yahya. Grup Line itu diberi nama Hamba Allah.

Group Line Hamba Allah

Didit_HA: eeehhhmmm, absen dulu.

Didit_HA: Didit, hadir

Yahya_HA: Yahya, hadir

Dino_123: Dino, hadir

Heri_321: Heri, hadir

Dino_123: Vano mana?

Yahya_HA: ke pasar kalik.

VanoFP: lu kira gue Sarimen, pergi ke pasar.

Dino_123: Lu nulis apaan ke temennya Viona???

Didit_HA: iy tuh, lu nulis apaan?

VanoFP: Sapa?

Heri_321: Alana, kalo nggak salah

VanoFP: Pada kepo dah.

Dino_123: Tinggal kasih tau napa.

Yahya_HA: sapa yang minta tahu?

Didit_HA: send pic (Didit mengirimkan gambar dua potong tahu goreng)

VanoFP: itu tahu

Dino_123: bukan tahu itu, tau ah Vano ngeselin

Didit_HA: iya tu si Vano bikin gedeg aje

Yahya_HA: send pic (Yahya mengirimkan foto semangkuk gudeg yang diberi tulisan "Inikah yang dinamakan gedeg?")

Heri_321: itu gudeg

Yahya_HA: gudeg itu bukannya kalo nggak bisa denger ya?

Didit_HA: itu tuli

Yahya_HA: ih anyir bukan tuli tapi budeg,budeg.

Didit_HA: lah kan tuli juga nggak bisa denger budeg.

Yahya_HA: tapi nggak nyambung sama gudeg,budeg.

VanoFP: sama-sama budeg nggak usah berantem.

Heri_321: sama-sama budeg nggak usah berantem.(2)

Dino_123: sama-sama budeg nggak usah berantem.(3)

Didit_HA: elah pada jahat,

Yahya_HA: kuatkan hambamu ini Ya Allah.

Dino_123: mau kuat minum Extra josss,

VanoFP: napa malah ngomog'in makanan, laper dah jadinya

VanoFP: bakso yok, tempat biasa.

Didit_HA: ok, otw

Yahya_HA: otw

Dino_123: otw (2)

Heri_321: otw (3)

Kemudian Vano bersiap-siap pergi. Kebetulan dia lapar dan di rumah tidak ada makanan yang dapat dia makan. Namun ketika di tengah perjalanan menuju warung mang Tatang tanpa sengaja mata Vano melihat seseorang yang sepertinya dia kenali. Karena penasaran Vano pun mendekatinya. Sedangkan seseorang tersebut merasa ada yang mendekatinya seseorang tersebut menoleh. Dan benar dugaan Vano, seseorang tersebut adalah Alana.

Alana yang sedang menangis di sebuah halte.

# # #

Sore itu Alana dan Viona pergi ke salah satu toko buku. Kemudian mereka pergi makan dan setelah itu mereka pulang. Mereka pulang menggunakan kendaraan umum. Saat itu waktu sudah malam, tapi belum terlalu malam.

"Na aku duluan ya, angkotnya udah dateng soalnya." itulah ucap Viona ketika melihat angkot yang sudah datang dari kejauhan.

"Ok, hati-hati ya." balas Alana.

"Ok, kamu juga ya, aku duluan, bye bye." ucap Viona lagi sampai berjalan menuju angkot meniggalkan Alana sendiri di halte.

Duar,,,

Tiba-tiba terdengar suara petir, dan itu membuat Alana kaget.

Duar,,,

Terdengar lagi suara petir. Tubuh Alana bergetar. Ya, itu terjadi karena Alana phobia dengan petir.

Duar,,,

Terdengar lagi suara petir. Tubuh Alana semakin bergetar tidak karuan. Alana tidak bisa berbuat apa-apa. Alana hanya bisa menangis sambil menunggu siapa tau ada bus atau angkot lewat.

"Hei Alana, lo kenapa?" Tanya seseorang pada Alana. Reflek Alana memeluk orang tersebut karena dia yang sudah sangat ketakutan, dan orang tersebut adalah Vano.

"Please, bawa aku pergi dari sini." hanya itu yang keluar dari mulut Alana saat itu.

"Elah, nih bocah kenapa?" batin Vano karena perlakuan Alana.

"Oke, gue anter pulang ya, tapi ada satu syarat." ucap Vano.

"Apa?" tanya Alana kemudian sambil melepas pelukan.

"Lo jangan nangis lagi."

"Ok."

Kemudian mereka naik motor dan pergi menuju rumah Alana. Hening. Itulah kondisi saat Vano dan Alana di perjalanan menuju rumah Alana. Dan keheningan itu dipacahkan oleh runtik-rintik hujan yang mulai turun.

Depan rumah Alana,,,

"Makasih ya No udah anter gue pulang."

"Ok sama-sama, gue_"

"Alana akhirnya kamu pulang nak, bunda khawatir banget. Kamu nggak papa kan?" ucap Bunda yang melihat Alana sudah pulang.

"Aku nggak papa Bun,"

"Eh ini siapa, makasih ya nak sudah mengantar Alana pulang, ayo masuk dulu nak." ucap Bunda lagi yang melihat Vano.

"Saya Vano tante, maaf tante saya nggak bisa mampir karena masih ada urusan."

"Oh, ya sudah hati-hati ya nak, sekali lagi makasih ya."

"Iya tante, saya permisi dulu."

"Makasih ya No." ucap Alana kemudian dan selanjutnya Vano pergi.