webnovel

Kesedihan

Up : Minggu, 17/01/2021 - Pukul 10.00

_________________________________________

" Keluarga dan tunangan gue pasti nyari-nyari!" kata Wina lagi.

" Aku tidak perduli!" jawab Revan datar.

" Lo harus melepaskan gue dan menikahi Tamara!" kata Wina tegas.

" Nggak!" jawab Revan lalu beranjak dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi. Tiba-tiba Wina memukulnya dari belakang dengan tangannya yang sudah pasti tidak ada artinya bagi Revan.

" Lepasin gue! Dasar pengecut!" teriak Wina.

Revan yang dari semalam mencoba untuk bersabar sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dia memutar tubuhnya dan memegang kedua tangan Wina lalu menghempaskannya ke atas ranjang. Ditindihnya tubuh Wina dan dilumatnya bibir yang sangat dirindukannya itu. Wina meronta dengan membuang wajahnya ke kanan dan ke kiri, tapi tangan Revan memegang wajahnya dan dengan leluasa pria itu mengexplore bibirnya. Revan menggigit bibir Wina hingga terpaksa terbuka karena Wina meringis perih. Revan mengabsen satu persatu isi mulut Wina dan itu sangat membuat birahinya perlahan membuncah. Wina menghentikan gerakannya, perlahan ciuman Revan menjadi lembut dan berpindah ke leher. Wina sekuat tenaga menahan desahan yang akan keluar dari bibirnya karena dia juga sangat merindukan sentuhan Revan. Dia merindukan Revan berada di dalamnya dan memompa tubuhnya hingga berkali-kali. Ya, dia mungkin sudah gila, tapi itulah dirinya, wanita yang lemah terhadap satu pria bernama Revan Varel Abiseka.

" Gue akan membenci lo seumur hidup jika lo melakukannya!" ucap Wina pelan, tapi hal itu bisa membuat hati seorang Revan bagai tertusuk berpuluh samurai.

" Please, jangan memintaku untuk melepaskanmu lagi!" ucap Revan menghentikan perbuatannya dan menatap Wina yang membuang wajahnya dan airmata lolos di kedua pipinya..

" Jangan menangis! Kamu tahu aku nggak suka melihatmu menangis!" kata Revan sedih.

" Kalo begitu lepasin gue!" jawab Wina menatap sendu kepada Revan.

" Tidak!" jawab Revan lalu pergi meninggalkan Wina sendiri.

Sudah sebulan lebih Wina di sekap Revan di pulau itu dan dengan sabar Revan menghadapi sikap pemarah Wina, walaupun itu sangat menyakiti hatinya. Mungkin ini adalah karma untuk dirinya yang menolak untuk mengakui jika dia mencintai wanita itu, menginginkan wanita itu. Beberapa kali Wina mencoba untuk melarikan diri, tapi selalu ketahuan dan itu membuat Revan sangat frustasi.

" Apa kamu sudah tidak mencintaiku, Win? Apa aku sudah tidak berarti dimatamu?" ucap Revan sambil meneguk wine yang ada di gelasnya. Hampir setiap malam Revan mabuk dan tertidur di ruang kerjanya. Dia tidak mau membuat Wina semakin membencinya jika dia tidur satu ranjang dengan wanita itu. Dan Wina tidak pernah menginjakkan lagi di ruang kerja Revan.

Suatu hari, Jim mengetuk pintu ruang kerja Revan. Tok! Tok! Tidak ada jawaban hingga beberapa kali. Biasanya Bos langsung menyuruhku masuk! batin Jim. Dengan menghembus nafas dan keberanian, Jim masuk ke dalam ruang kerja Revan.

" Bos!" panggil Jim. Dilihatnya Revan tertidur di meja kerjanya, Jim mendekati Revan dan berniat membangunkannya.

" Bos...astaga! Bos! Kenapa tanganmu panas sekali?" ucap Jim ambigu. Jim menelpon Mirah agar menyiapkan kompresan untuk Revan dan menelpon anak buahnya untuk membantunya memindahkan Revan ke kamar sebelah. Memang Revan memakai kamar di sebelah ruang kerjanya jika ingin tidur.

Wina turun dari tangga untuk berjalan-jalan ke taman bunga sebelum sarapan. Dilihatnya dokter yang pernah mengobati Revan berjalan dengan cepat dan masuk ke kamar.

" Jum!" panggil Wina.

" Ada apa?" tanya Wina santai.

" Tuan Revan sakit! Badannya panas sekali! Permisi, Nyonya!" kata Jum. Wina menganggukkan kepalanya. Ada kekhawatiran di hati Wina mendengar Revan sakit, karena setahu dirinya, Revan pemuda yang sehat dan kuat. Setelah keadaan dipikir aman, Wina berjalan mendekati kamar dimana dokter itu masuk.

" Kita harus membawa Tuan ke RS!" kata dokter itu.

" Nggak, Dir! Gue nggak pa-pa!" jawab Revan yang ternyata terbangun karena ada yang mengompres dirinya.

" Tapi Tuan, jika anda tidak mendapatkan penanganan yang tepat, luka Tuan akan infeksi dan itu berbahaya!" kata Dira kesal.

" Gue nggak mau nggak bisa melihat Wina sehari aja, Dir! Please, obati aja gue disini!" kata Revan.

" Tuan bisa melihat fotonya!" jawab Dira.

" Gue bilang nggak! Beli semua peralatan RS yang bisa mengobati gue, bawa kesini!" teriak Revan marah. Wina yang mendengarkan perkataan Revan merasakan hatinya sangat terenyuh. Apakah pria bodoh itu benar-benar telah mencintainya? Apa dia tidak sedang memainkan perannya? batin Wina.

" Saya akan bicara dengan Nyonya agar dia mau menemani Tuan ke RS!" kata Dira.

" Jangan berani-berani mendekati istriku! Atau lo akan tahu akibatnya!" teriak Revan. Ckk! Sakit saja masih bisa sombong! batin Dira.

" Istri? Sejak kapan gue nikah sama lo?" tiba-tiba Wina datang ke kamar Revan. Revan terkejut melihat kedatangan Wina, dia menatap gamang pada Wina. Revan memalingkan wajahnya.

" Bawa Nyonya pergi dari sini!" pinta Revan dengan suaranya yang hampir hilang.

" Baik, Bos!" jawab Eros.

" Kenapa? lo malu terlihat lemah di depan gue?" tanya Wina kesal.

" Eros!" teriak Revan memaksakan suaranya. Uhuk! Uhuk! Uhuk! Revan terbatuk-batuk karena memaksakan dirinya.

" Ckk! Gue nggak sudi nikah sama pria lemah dan penyakitan! Lebih baik gue nikah sama Bastian! Dia nggak lemah seperti lo!" ejek Wina sinis.

" Gue nggak lemah! Gue sehat! Uhuk! Uhuk! Gue akan buktikan sama lo kalo gue nggak akan sakit lagi! Uhuk! Uhuk! Kita pergi Dir! Kamu tunggu disini, aku akan kembali dalam keadaan sehat dan kuat!" kata Revan marah. Jim tersenyum melihat tingkah Bosnya itu, begitu juga Dira. Kemudian mereka membawa Revan keluar dari kamarnya untuk pergi ke RS.

" Trima kasih, Nyonya!" kata Jim.

" Bisakah kamu melepaskanku?" pinta Wina.

" Maaf, Nyonya! Itu akan menghancurkan hati Bos!" kata Jim.

" Tapi aku sudah bertunangan, Jim!" kata Wina.

" Apa nyonya tahu saat ini Bos sedang dicari oleh seluruh pembunuh bayaran di seluruh dunia?" tanya Jim. Hah? Wina menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut.

" Bos telah meninggalkan pesta pertunangan anak seorang pengusaha terkenal dan memiliki banyak sekutu di dunia! Dan itu hanya karena dia tidak mau Nyonya menikah dengan tunangan Nyonya. Tolong Nyonya mengerti, dia sangat mencintai Nyonya hingga mengorbankan dirinya untuk Nyonya!" tutur Jim. Wina terduduk di sofa yang berada di kamar Revan, dia tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Wina lalu berjalan memasuki ruang kerja Revan dan duduk di meja kerjanya.

Wina memejamkan kedua matanya, dia menghembuskan nafasnya panjang. Matanya terbuka dan menatap meja kerja Revan. Dia terkejut saat melihat foto-foto di meja kerja Revan, karena 2 foto adalah satu fotonya dengan keluarganya satu lagi foto Wina saat malam kelulusan. Revan! batin Wina berkaca-kaca. Wina nggak nyangka jika Revan menyimpan fotonya di meja kerjanya. Tapi kenapa dia mau bertunangan dengan Tamara? batin Wina masih merasa jika ini semua adalah akal-akalan Revan. Tidak! Gue nggak mau memangis lagi! Ini kesempatan gue untuk pergi! batin Wina. Wina beranjak dari duduknya dan mulai memikirkan cara untuk pergi dari pulau itu.

Chapitre suivant