webnovel

3. Iblis Adu Nasib

"Silahkan masuk nona Reina," tutur Javier dengan membukakan pintu mobil di sisi kemudi itu untuk Reina.

Reina pun lantas terkekeh pelan begitu melihat bagaimana lelaki itu yang kini sudah pantas disebut seperti seorang supir tidak punya sopan santun.

Jika kalian bingung, kenapa Reina bisa mengatakan lelaki itu seperti supir yang tidak punya sopan santun.

Itu semua terjadi karena sekarang lelaki itu yang padahal hanya bertugas untuk mengantarkan dirinya ke perusahaan tempatnya bekerja itu, kini justru malah turut mengenakan pakaian jas hitam, celana panjang hitam serta sepatu hitam yang mengkilat, khas CEO di perusahaan sering.

"Ada apa nona Reina? Mengapa sedari tadi kau terus terkekeh seperti itu. Bahkan aku juga sempat mendengar kau tampak tertawa saat melihat ke arah diriku. Apakah ada sesuatu yang lucu dari diriku saat ini?" tanya Javier begitu selesai memasang sealtbeat-nya.

Begitu mendapati pertanyaan dari lelaki itu, Reina tidak langsung mengatakan semuanya kepada lelaki itu. Melainkan terlebih dahulu, Reina memecahkan tawanya saat itu juga.

Bahkan saking merasa gokil-nya, Reina pun sampai-sampai menitikkan air matanya saat ini.

Melihat tingkah gadis itu, tentu saja tanda tanya besar seketika tercetak sempurna di dalam pikiran lelaki itu.

"Ada apa, nona Reina? Mengapa kau sampai tertawa dengan berlebihan seperti itu? Apa yang sebenarnya sedang kau tertawakan?" tanya Javier kembali yang semakin merasa ambigu dengan tingkah gadis itu.

Dan saat pertanyaan kedua itu, diajukan oleh Javier. Barulah saat itu, Reina mulai menenangkan dirinya.

"Haha, oke, maaf karena saya sudah tertawa terlalu berlebihan seperti ini. Bahkan saya juga tidak mengerti mengapa saya bisa tertawa se-gokil ini, padahal rasanya sudah lama saya kehilangan tawa ini. Tersenyum pun rasanya baru akhir-akhir menit ini saya lakukan. Yang pasti, saya sedari tadi menertawakan sikap anda yang begitu membuat perut saya terguncang. Jadi, bukankah anda ingin mengantarkan saya ke perusahaan, tempat di mana saya akan bekerja?" jelas Reina terlebih dahulu sebelum akhirnya memulai pertanyaannya.

Javier yang mendengar ucapan gadis itu pun, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, mengiyakan pertanyaan yang diberikan oleh gadis itu.

"Iya? Oh, benar. Kau memang benar. Aku memang akan mengantarkan kau ke tempat di mana kau akan bekerja mulai hari ini," balas Javier yang merasa tidak ada yang patut di sebut aneh dari hal itu.

Sedangkan Reina, kini gadis itu malah kembali menahan tawa-nya. Merasa tak kuasa jika harus bertingkah biasa saja saat melihat ke arah lelaki itu.

"Iya. Kan anda hanya ingin mengantarkan saya ke perusahaan tempat saya bekerja. Lalu, mengapa anda justru malah turut berpenampilan layaknya anda bekerja di perusahaan besar juga. Dan pakaian yang anda gunakan ini, memangnya ada iblis yang bekerja sebagai CEO besar? Bukankah tugas iblis adalah menggoda manusia saja? Sedangkan seluruh fasilitas atau apapun yang kalian inginkan, tinggal kalian sihir saja tidak perlu berusaha seperti manusia yang harus banting tulang," balas Reina sembari terkekeh geli.

Mendapati jawaban atas sikap gadis itu yang tiba-tiba saja berubah menjadi suka tertawa geli itu pun. Barulah Javier memahami satu hal, bahwa gadis itu tidak tau siapa dirinya sebenarnya dan bagaimana gadis itu bisa mendapatkan pekerjaannya.

Lalu, satu perihal lainnya lagi yang di dapat oleh Javier dari gadis itu. Pernyataan bahwa Reina tidak lah begitu mengerti dengan baik, bagaimana sebenarnya dunia iblis yang sesungguhnya.

Yang jelas-jelas jauh berbeda dari apa yang ada dalam bayangan gadis itu.

"Iblis bahkan memiliki derita yang jauh lebih menyakitkan daripada manusia. Beruntunglah seorang manusia, sebab manusia ada Tuhan yang selalu membela-nya meski manusia itu kadang telah melakukan sebuah dosa. Sedangkan iblis? Selamanya iblis hanya akan dipandang sebagai penggoda. Meskipun kami ingin berubah tetap saja tidak akan ada yang bisa diubah. Karena, kodrat kita sudah berbeda. Iblis ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi jahat dan menggoda manusia. Sedangkan manusia, mereka ada yang baik, netral, dan ada juga yang buruk. Dan hal ini memang sudah menjadi takdir-nya. Karena Tuhan yang maha pemurah selalu membuat keseimbangan di muka bumi ini," balas Javier sembari memacu kendaraannya itu, membelah jalanan ibukota yang tidak terlalu macet itu.

Sedangkan Reina, tawa gadis itu pun seketika menjadi reda begitu mendengar suara serius yang dilontarkan oleh Javier.

"Lebih beruntung lagi manusia, jika saat mereka melakukan kesalahan, ketika meminta maaf Tuhan pasti memaafkan mereka. Akan tetapi, bagaimana dengan iblis? Kami memiliki seorang raja. Dan jika kami melakukan kesalahan maka raja itulah yang akan menghukum kami, saat itu juga. Iblis yang lemah akan dikucilkan, bahkan juga disiksa di penjara istana. Namun, manusia? Mereka hanya akan disiksa saat masuk neraka nanti. Dan itu pun juga hanya sebentar, bagi orang-orang yang sempat bertobat semasa hidupnya. Jadi, seharusnya orang-orang bahagia saat dirinya menjadi manusia yang selalu di bela oleh sang pencipta-nya," tutur Javier kembali yang memang mengatakan apa yang terjadi di dunia iblis yang sesungguhnya.

Benar. Apa yang Javier itu katakan memanglah kenyataan yang dulu pernah Reina dengar saat menghadiri sebuah ceramah.

Saat Papa-nya masih ada di dunia ini. Sungguh, Reina menjadi merasa bingung saat ini. Sebenarnya yang iblis atau pun manusia di sini itu siapa sih? Dirinya atau justru lelaki itu? Mengapa lelaki itu lebih tau dan bijak layaknya seorang manusia?

"Apakah dunia iblis memang sekejam itu, Tuan Javier? Tapi, tentunya Allah menciptakan segala apa yang ada di dunia, pasti ada tujuannya. Allah gak akan mungkin menciptakan sesuatu tanpa ada guna-nya. Dan meskipun kadang ada iblis yang tersakiti, pasti semua itu sudah menjadi kehendak dari Allah. Manusia dan iblis kadang emang gak terlalu bisa dibedain. Kalo manusia-nya itu yang iman-nya lemah dan mudah rapuh. Kayak saya contohnya, iman saya tidak se-kuat manusia pada umumnya, makanya saya sampai akan mengakhiri hidup saya saat itu. Saya tidak mengerti, apa yang saya lakukan dengan anda ini adalah sebuah kesalahan atau tidak. Tapi, saya yakin. Allah telah menuliskan takdir ini kepada saya. Dan suatu hari nanti, jalan terbaik pasti akan Allah tunjukkan kepada saya," ucap Reina yang turut mengatakan apa yang diketahuinya, agar tidak kalah dari lelaki itu yang justru sepertinya lebih paham dari dirinya.

Mendengar penuturan gadis itu, seringai pun tampak tercetak di wajah Javier saat ini.

Dasar manusia! Iman yang terlalu lemah dan cinta kepada Tuhan yang telah sirna. Membuat manusia kadang lupa dengan apa yang sudah seringkali Tuhan beritahukan kepada mereka, lewat siaran televisi ataupun ceramah langsung. Tapi, tidak mengapa. Yang terpenting adalah Reina sudah menandatangi kontrak-nya dan menjadi partner dirinya saat ini. Batin Javier dengan seringai-nya.

Setelahnya, keheningan pun menyelimuti antara dirinya dan Javier saat ini. Pikiran Reina sekarang justru hanya menjadi kosong, ia bingung harus berkata apa lagi.

Reputasi-nya sebagai manusia yang seharusnya lebih mengerti tentang Allah daripada iblis itu pun akhirnya membuat dirinya menjadi tak bersemangat lagi.

Namun, setelah dipikir-pikir lagi. Memangnya tidak bisakah iblis menjadi manusia? Tapi, sejauh ini tak pernah sekalipun Reina mendengar iblis menjadi manusia.

Apalagi menjadi seutuhnya, bahkan melakukan perjanjian demi hidup yang sempurna dan lebih baik seperti ini pun, juga tidak pernah ada dalam pikiran Reina sebelumnya.

"Tapi, Tuan Javier. Apakah jika saya melakukan perjanjian kontrak ini, itu artinya saya tidak boleh melakukan satu religius lagi? Seperti masuk ke masjid atau melakukan shalat? Sebab, saya pernah membaca berita tentang pesugihan atau semacamnya, itu seperti perjanjian kontrak juga, bukan? Tapi, itu lebih kepada pemberian tumbal. Dan dari sekian banyak kisah, tidak pernah dijelaskan apa si orang yang menyetujui kontrak itu tidak boleh melakukan ibadah kepada Allah?" tanya Reina yang sebenarnya tidak terlalu mengerti tentang agama.

Sebab, ia sangat amat jarang menonton ceramah apalagi menghadiri majlis taklim.

Sedangkan Javier, mendengar pertanyaan dari Reina itu. Seketika mulutnya pun menjadi terkatup rapat. Bingung harus memberikan jawaban yang seperti apa untuk gadis itu.

****