webnovel

Menderita Amnesia Disosiatif

Kendaraan roda dua terus melaju, membuat Natasha memang tidak terkejar oleh suami pemilik kedai yang mengejarnya. Batin Natasha semakin sedih, meskipun meronta dan berontak, lelaki yang tidak dikenalnya itu tetap saja tidak peduli. Ia lantas teringat benda berharga yang ada dalam sakunya.

Tangannya yang memegang behel besi belakang jok, lantas mencoba meraba saku. Beruntung, benda berharga berupa perhiasan dan buku tabungan tidak tercecer di jalanan.

"Tuan, tolong turunkan aku sekarang! Anakku pasti sudah menangis mencari-cariku, Tuan," pinta Natasha sembari setengah berteriak karena pengemudi mengebut sehingga suara Natasha terbawa angin.

Lagi dan lagi, lelaki yang sedang mengemudikan kendaraan yang membawanya itu tetap diam dan tak peduli. Natasha semakin kesal dan berusaha diam-diam mencari cara untuk turun dari kendaraan.

"Turunkan saya, Tuan! Apa saya akan turun sendiri? Saya tidak takut jika harus mati, Tuan!" seru Natasha membuat lelaki itu menghentikan motor secara mendadak. Lelaki itu kemudian menoleh ke arah Natasha.

"Diam! Aku akan membawamu jauh dari sini dan kupastikan kamu tidak dapat melihat anakmu lagi!" ancam lelaki itu.

Lelaki itu seketika melayangkan tangan ke udara seakan-akan hendak menampar pipi Natasha. Beringsut, Natasha meringis karena mengira telapak tangan laki-laki yang membawanya kini benar-benar hendak melayangkan tamparan.

Kendaraan roda dua kembali melaju, Natasha mengedarkan pandangan sembari tidak berhenti menangis. Jalan raya antar kota itu tampak sepi dan hanya kendaraan besar yang melewatinya. Natasha terus memikirkan sang anak dan nasibnya kini seakan-akan sebentar lagi berakhir. Kendaraan semakin jauh membawa Natasha sehingga ia tak mengenali jalan yang dilewatinya sekarang.

Natasha semakin kalut dan putus asa. Ia lantas berniat benar-benar ingin turun dari kendaraan yang terus melaju di atas aspal itu. Ia lebih baik mati di jalanan daripada dibawa lari orang tak dikenal dan tidak bisa bertemu dengan anaknya lagi. Natasha memantapkan hati untuk mencoba terjun dari kendaraan.

"Turunkan aku, Tuan!" teriak Natasha lagi sambil menggoyang-goyangkan kedua bahu lelaki yang sedang mengemudikan motor itu.

Lelaki itu lantas hilang kendali dan kendaraan menabrak pembatas jalan. Tubuh Natasha terpelanting ke aspal sejauh beberapa meter.

"Arghhhh ...!" rintih Natasha kemudian tak sadarkan diri. Sedangkan pengemudi yang membawa Natasha juga dalam keadaan tergeletak di jalanan.

Natasha mengalami kecelakaan lalu lintas menjelang dini hari. Ia yang tubuhnya terpelanting ke aspal tidak mampu bergerak karena hilang kesadaran. Beberapa bagian tubuh Natasha terluka dan mengeluarkan darah. Namun, tampaknya bagian kepala Natasha menderita cukup parah.

Natasha berangsur sadar dan bisa mendengar suara-suara berisik di sekelilingnya, akan tetapi dia tidak bisa bergerak sama sekali. Jangankan menggerakkan kaki atau tangan, hanya dengan membuka mata saja Natasha tidak mampu.

"Sepertinya masih hidup! Ayo segera bawa ke rumah sakit!" Teriakan seorang laki-laki terdengar di telinga Natasha. Sejenak kemudian derap langkah orang berlari, singgah di pendengaran Natasha juga, makin lama makin dekat.

Natasha merasakan ada seseorang yang menyentuh lehernya, kemudian berganti ke pergelangan tangannya. Suara orang-orang yang bersahutan mengelilinginya, terdengar bising di indera pendengarannya.

"Denyut nadinya masih berdetak! Semoga masih bisa tertolong saat tiba di rumah sakit," ucap salah satu orang dari mereka, masih didengar Natasha. Hanya saja dirinya benar-benar tidak bisa bergerak. Tubuhnya seakan-akan lumpuh.

"Sebaiknya lekas bawa wanita ini ke klinik yang tidak jauh dari sini, untuk pertolongan pertama!" sahut seseorang yang lain.

'Kenapa mereka akan membawaku ke rumah sakit? Apa yang terjadi denganku?' Batin Natasha terus bertanya-tanya tentang keadaannya sendiri.

Natasha merasakan tubuhnya ada yang mengangkat. Dia terus saja berpikir dalam diam tentang apa ya g terjadi pada dirinya itu. Namun, yang ada di ingatannya hanyalah seorang laki-laki memakai helm yang membawanya dengan mengendarai motor dan tangisan bocah kecil terngiang-ngiang di telinga Natasha. Sebelum dan sesudah itu Natasha tak ingat lagi apa yang terjadi.

Natasha dibawa ke klinik oleh seorang pengendara mobil yang kebetulan menyaksikan kecelakaan itu. Tubuh Natasha sementara dibaringkan di bangku panjang yang berada di depan ruangan klinik pembantu yang masih tutup tersebut. Sesaat kemudian seorang dokter membukakan pintu.

"Dokter, tolong wanita ini, Dok! Dia mengalami kecelakaan bersama suaminya, Dok. Tapi, suami Nyonya ini sepertinya meninggal di TKP karena lukanya lebih parah," terang salah satu orang yang menolong dan mengantar Natasha ke klinik itu.

Tak menunggu lama, sang dokter lantas menghampiri Natasha yang terbaring di bangku panjang. Dia lantas memerintahkan orang-orang yang membawa Natasha untuk memindahkan ke brankar kemudian didorong menuju ruang perawatan.

Sang dokter tampak tersentak saat melihat dengan jelas wajah Natasha.

"Astaga ...! Natasha! Natasha, bangunlah!" seru dokter tersebut yang rupanya di seragam medisnya terdapat nama Dokter Daren.

'Natasha? Siapa dia?' Natasha yang terpejam bergumam dalam batin, tidak tahu siapa yang dipanggil dokter tersebut.

Dokter Daren sigap melakukan pemeriksaan terhadap tubuh Natasha yang tidak bergerak sama sekali. Bagian kepala wanita itu terluka parah sepertinya terbentur terlalu keras di jalanan. Bahkan di bagian wajah terdapat luka menganga yang masih mengeluarkan darah. Tak hanya di wajah, bagian lengan dan kaki Natasha terdapat luka goresan, memar di beberapa bagian.

***

Dua Minggu berlalu sejak Natasha mengalami kecelakaan lalu lintas, Daren yang seorang dokter itu tak kenal lelah memerhatikan perkembangan Natasha hingga bangkit dari koma seperti saat ini. Dia membawa Natasha untuk dirawat di rumah sakit besar yang lebih lengkap peralatannya. Awalnya Natasha terlihat menggerakkan jari, kemudian di sudut matanya terdapat lelehan buliran bening. Daren begitu senang melihat perkembangan Natasha.

"Di mana ini? Aku di mana?" tanya Natasha begitu membuka mata. Tatapan samar Natasha mengarah pada Daren yang berada di depannya. Natasha memang mengalami gangguan penglihatan cukup lama, kini diperparah akibat cedera di kepala saat dia mengalami kecelakaan lalu lintas.

"Nyonya Natasha berada di sebuah rumah sakit besar di kota. Saya yang memindahkan Nyonya dari klinik ke sini. Apakah Nyonya masih ingat dengan saya, Nyonya?" tanya Daren penuh selidik.

Natasha memicing sembari dahinya mengernyit. Kepalanya yang masih terpasang perban itu menggeleng pelan, pertanda tidak ingat dengan Daren.

"Nyonya tidak ingat dengan saya?" tanya Daren lagi, seolah-olah tidak percaya dengan kenyataan, bahwa wanita yang duduk menyandar di ranjang brankar itu hilang ingatan.

Natasha menggeleng lagi, membuat mata Daren berkaca-kaca. Sejak lebih tiga tahun berpisah dengan Natasha, kini malah bertemu dengan keadaan yang membuatnya bersedih dan kecewa.

Daren lantas mencurahkan perhatiannya pada Natasha yang menderita amnesia disosiatif pasca kecelakaan. Ia memberikan obat dan menyuapi wanita itu saat jam makan. Natasha mengangkat tangan menolak suapan dari Daren. Padahal baru terhitung tiga kali suapan wanita itu makan. Daren lantas meminumkan obat ke mulut Natasha dengan hati-hati.

Chapitre suivant