webnovel

Berharap Sebuah Pengakuan

Jantung Natasha berdetak lebih cepat. Dia merasa gugup karena sebentar lagi bisa bertemu dengan lelaki yang dicintainya. Bahkan ia juga akan memberitahu jika anak dalam gendongannya adalah anak biologis Diego. Meskipun, sebenarnya dari wajah sang anak tampak sekali jika mirip dengan Diego.

Tak berapa lama, Natasha sontak tersentak saat menatap ke arah jalan menuju kediaman rumah mewah milik Diego tersebut. Seorang laki-laki yang tak asing di mata Natasha datang menghampiri. Semakin lama langkah laki-laki tersebut semakin dekat.

"Astaga! Kenapa ada laki-laki sialan ini di sini? Gimana ini?" gumam Natasha sedikit gugup.

Jimmy menatapnya dengan sengit, tajam seperti hendak menikam. Meskipun demikian, Natasha berusaha menghalau rasa gugup dan mencoba bersikap tenang.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Dan anak ini ... apa artinya dulu itu, kamu dan dokter itu berbohong?" tanya laki-laki sambil terus menatap tajam ke arah Natasha.

"Saya ingin bertemu Tuan Diego." Natasha menjawab dengan lantang pertanyaan yang ditujukan padanya itu.

"Apakah ini artinya kamu akan melawanku, sekarang?" tanya Jimmy yang rahangnya tampak mengeras, saat berhadapan dengan Natasha yang begitu berani menginjakkan kakinya di kediaman Diego.

"Saya tidak bermaksud melawan, Tuan. Saya bersama anak saya ke sini hanya ingin bertemu dengan Tuan Diego. Apa saya salah dan tidak diijinkan?" tegas Natasha kemudian.

"Ternyata, kamu berani memulai," sindir Jimmy. "Tangkap wanita ini!" imbuhnya, memerintahkan petugas keamanan untuk menangkap Natasha yang sedang menggendong sang buah hati.

"Lepaskan!" teriak Natasha yang berusaha berontak saat kedua penjaga keamanan mencoba mencengkeram lengannya.

"Jangan sakiti anakku! Kalian tidak boleh menyakitinya!" Natasha tiba-tiba berteriak saat dua petugas keamanan berusaha menyentuh pipi sang anak.

Tak berapa lama, Natasha mencari celah untuk bisa melepaskan diri dari kedua petugas keamanan. Saat petugas keamanan dan Jimmy terlena akan kedatangan seseorang dari kejauhan, Natasha berusaha lari menghampiri laki-laki yang baru datang itu. Ternyata laki-laki tersebut adalah Diego. Seketika Jimmy dan dua orang petugas tak bisa berkutik sama sekali.

Natasha tersenyum kecut melihat gelagat Jimmy yang merasa kesal. Batin Natasha sedikit ketakutan, karena Diego masih bicara dengan Jimmy sekaligus dengan dua petugas keamanan.

Setelah beberapa saat lamanya, Diego tampak menghampiri Natasha. Beruntung sang buah hati dalam gendongan tidak rewel sama sekali. Kedua orang dewasa yang baru bertemu lagi itu saling menatap lekat. Batin Natasha merasa gugup seketika.

"Tidak usah menaruh curiga pada wanita ini! Dia adalah Natasha, yang pernah bekerja di sini," perintah Diego kepada petugas keamanan tersebut. Sesaat kemudian dua petugas keamanan itu menjauh dari posisi Diego dan Natasha. Sejenak, Natasha menunduk padahal degup jantungnya semakin berdetak cepat.

"Apa kabar, Tuan? Semoga Tuan beserta keluarga baik-baik saja," sapa Natasha yang mendongak sebentar kemudian membungkukkan badan tanda hormat.

Diego hanya terdiam, tetapi lelaki yang menjadi pimpinan sebuah perusahaan itu terus saja menatap Natasha. Tatapan Natasha malah beralih pada barisan keluarga Diego yang menyusul datang menjumpainya.

Natasha tampak syok saat tatapannya beradu dengan Kathy yang langsung sinis. Kemudian beralih pada seorang anak lelaki yang digendong seorang baby sitter. Diperkirakan Natasha anak laki-laki tersebut usianya sebaya dengan anaknya.

'Apakah anak lelaki itu anaknya Tuan Diego dan Nyonya Kathy? Jadi, sejak aku tidak di rumah ini, berarti Nyonya Kathy juga hamil.' Natasha bergumam dalam batin.

"Lebih baik kita bicara di rumah!" seru Diego membuat Natasha tersadar dari lamunan. Dia lantas mengangguk, sesaat kemudian berjalan beriringan menuju rumah mewah tersebut.

Natasha dan buah hatinya itu lantas duduk di ruang keluarga begitu memasuki rumah. Ia menatap sekeliling ruangan yang tampak tidak berubah banyak selepas dirinya pergi dari rumah tersebut beberapa tahun yang lalu. Sedangkan sang buah hati masih tampak anteng dalam pangkuannya.

Hening. Suasana tampak hening, meskipun batin Natasha bergemuruh hebat karena tatapan sengit Kathy. Keheningan dalam ruangan lantas perlahan sirna saat suara langkah seseorang terdengar menuju ruangan itu. Natasha tampak bangkit dari duduk sambil menggendong sang.

"Apa kabar, Nyonya Besar?" sapa Natasha, kemudian membungkukkan badan, saat langkah Nyonya Besar tiba di ruangan itu.

Merry tersenyum sambil matanya berkaca-kaca menatap ke arah Natasha. Batin Natasha kemudian merasa lega, setidaknya rasa gugup yang menderanya berangsur hilang. Ia lantas memerhatikan terus Merry yang bergeser mendekat, kemudian menyentuh lembut pipi buah hatinya. Hal itu membuat batin Natasha sangat senang, beranggapan jika Merry menerima kehadiran buah hatinya yang merupakan cucunya juga.

"Sangat mirip. Sungguh, kamu sangat mirip dengan ayahmu saat masih kecil," ujar Merry sambil tidak berhenti tersenyum menatap anak Natasha tersebut.

Sementara, Kathy yang juga berada dalam satu ruangan tampak sewot. Wanita angkuh itu terus saja menatap Natasha dengan sinis. Apalagi sang Nyonya Besar begitu antusias menyambut kedatangan Natasha beserta buah hati.

"Jordan Sanjaya, Nyonya," jawab Natasha.

"Sanjaya? Nama yang sama dengan mendiang kakekmu," ujar Merry kemudian.

"Iya, Nyonya. Nama itu atas usulan Tuan Diego saat itu," jelas Natasha kemudian.

"Cukup! Sekarang apa maksud kedatangan dirimu dengan membawa anakmu itu? Kenapa kamu mengusik suasana bahagia ini? Coba jelaskan padaku!" Kathy tiba-tiba berdiri sambil berteriak. Suara nya begitu lantang terdengar mengisi ruangan itu.

"Apa maksudmu bertanya demikian? Tujuannya datang ke sini, tak lain dan tak bukan hanyalah ingin Diego tahu jika darah dagingnya telah lahir. Apa itu salah?" bela Merry kemudian, membalas pernyataan menantunya itu.

"Darah daging Diego? Apa yang Ibu mertua maksud?" teriak Kathy lagi, membalas sang mertua yang telah membela keberadaan Natasha dan anaknya.

"Berhenti! Tidak usah berteriak!" seru Diego yang tiba-tiba muncul dari balik pintu didampingi oleh Jimmy.

Semua yang ada dalam ruangan keluarga itu seketika terdiam. Ruangan berubah hening lagi. Diego kemudian berjalan menghampiri Natasha.

"Apa maksud kedatanganmu ke sini secara tiba-tiba begini?" bisik Diego kepada Natasha.

"Sa-saya hanya ingin ...." Natasha yang merasa gugup tidak melanjutkan ucapannya.

"Apakah kedatanganmu ke sini mengharapkan sejumlah uang?" tanya Diego lagi seakan-akan kedatangan Natasha menginginkan uang.

"Bukan. Kedatangan saya ke sini bukan mengharapkan uang, Tuan. Saya hanya ingin, Tuan mengakui keberadaan Jordan sebagai anak kandung dan mengijinkan dia tinggal bersama Tuan di sini," balas Natasha, kemudian menunduk.

"Tidak! Aku tidak akan setuju dan tidak mau menerima anak itu di sini!" teriak Kathy yang mendengar Natasha membalas pertanyaan Diego.

"Jika kamu tidak setuju anak ini tinggal di sini bersama kita, apakah kamu rela jika suamimu mempunyai dua keluarga?" Merry akhirnya tak tinggal diam. Wanita lanjut usia itu lantas bertanya kepada menantunya yang tidak setuju jika anak dari Natasha tinggal bersama ayah kandungnya tersebut.

"Aku tidak setuju akan dua-duanya, Ibu!" sahut Kathy dengan emosional. Nyonya Muda itu tampak angkuh melawan setiap ucapan ibu mertuanya.

Natasha berusaha diam. Ia lebih memilih menunggu tanggapan yang keluar langsung dari bibir Diego yang memang menjadi pusat dari semua masalah yang ada. Natasha berharap Diego bisa memberikan keputusan yang melegakan batin.

Chapitre suivant