Aku baru saja sampai di kampung. Segarnya air sungai dan manisnya tegukan biji buah kelapa sudah melambai di depan mata. Aku tak sabar ingin segera menemui simbah. Kedua tas kugendong, sambil bernyanyi cublak2 suweng. Sekedar info aja lagu cublak2 suweng adalah lagu kesukaan aku waktu kecil. Sesampainya di rumah simbah, aku terkejut sampai nyaris pingsan. Simbah sudah meninggal dunia. Sedha kalau orang jawa bilang. Kain putih-sarung berlomba lomba menutupi kain penutup jenazah Simbah. Tanah kuburan mbah kakung belum juga kering. Kini mbah putri pergi menyusul. Anehnya, para pelayat berbondong-bondong menjauh dari jasad Simbah. Ada apa dan Mengapa mereka begitu tega kepada dua simbahku. Aku yang baru saja sampai seperti dihantam listrik bertegangan tinggi. Nggak menyangka bahwa Simbah putri bakal pulang secepat ini. Satu persatu pelayat mendekati. Anehnya Tak satupun dari mereka yang memeluk diriku. Bahkan mengucapkan bela sungkawa padaku atas meninggalnya simbahku. Dari raut wajah mereka menyiratkan bahwa hal ganjil sudah pernah terjadi. mereka cemas seperti diperhatikan oleh sesuatu. Mendadak mereka berteriak-teriak dalam teriakan mereka menyebut sebuah nama : kerdil... Kerdil... Kerdil Kerdil? Siapakah kerdil? Tanya Tono dalam hati. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat mistis yang pernah Tono alami saat itu. Waktu itu untuk urusan komunikasi masih menggunakan telepon umum. Belum ada WhatsApp seperti sekarang. Tono akhirnya mengusir mereka dari rumah Simbah. Tapi mereka sama-sama menunjuk di belakang Tono. Tonopun awalnya tenang namun diam-diam sosok yang ditunjuk akhirnya muncul. Bukan kepalang kegetnya. Ternyata yang ditu njuk oleh Para tetangga adalah Kesih, anak bungsu Simbah yang kebetulan muncul sebab sudah tiga puluh tahun menghilang secara misterius. Siapakah sosok kesih? Dan mengapa mereka menunjuk ke sosok kesih? Bagaimana pula dengan Tono, Bisakah dia menyelesaikan masalah gaib di desa ya?