Hanya bisa chat, dan hampir susah untuk bisa ketemu, banyak chat mesra sering dia kirimkan, terkadang aku malah kirim grabcar karena tak bisa Anter, pengen makan ini itu, aku hanya bisa kirimin gofood, selain memang sedang agak menyita perhatian masalah kerjaan, ada rasa takut, apa yg akan terjadi bila temanku tau, anaknya sudah tidur dengan ku, malapetaka besar tapi entah mengapa wajahnya terus saja hadir, segala tentang dia terus menari di otak ku, cara bercintanya yg selalu berhasil membuatku sampai pada klimaks yg membuatku puas, bahkan bisa berkali-kali, selalu saja dia semangat melakukannya hasratnya sebesar hasratku. Malam ini tak tahan aku ingin sekedar melihat dirinya sudah bisa mengurangi rasa ingin bercinta dengannya. Aku putuskan ke rumah teman ku, sekedar minum kopi di teras, berharap bisa ketemu Mayang.
" Bro di mana posisi?" Tanya ku singkat
" Di rumah, kenapa bro?"
" Mau numpang ngopi gw"
" Ya udah, sini gw tungguin" jawab ayah Mayang.
" Beneran Lo kaga ada acara?" Aku coba mastiin
"Udah sini aja Lo, ada yg nanyain Lo aja tuh"
"Siapa bro??"
" Udah banyak tanya lo, cepet gw tungguin"
"Ini gw otw dari proyek" jawab ku.
Sesampai di rumahnya, terasa sepi aku telpon mengabarkan kalo aku udah sampai, aku parkir di depan rumahnya, kawan ku langsung keluar, dengan senyum ramahnya
" Ngopi di belakang aja yuk"
" Ada apaan di belakang?" Tanya ku sambil berjalan mengikuti dia dari belakang, ternyata lewat samping sisi luar rumahnya, di belakang ada sudut santai yg tampak asri dan nyaman untuk duduk ngopi, di dekatnya ada kolam renang kecil yg sangat alami dan asri, tempat bilas yg unik dan tetap natural. Saat di persilakan duduk, dia menelepon seseorang
" Sayang, bikinin Ayah kopi dua ya, ga usah pake gula"
"Iya dua, buat temen ayah, di belakang "
Dia bilang, lagi suka sama design yg natural kaya gini, ada satu dinding dari tumpukan datu alam 1x2,5m ini dia gunakan untuk pembatas ruang bilas, ada shower di tengah dinding, kiri dan kanan ada dinding kaca yg tak bisa melihat hanya siluet bahwa ada orang di sana, tanpa pintu, kolam yg simpel juga natural banyak pohon tata letak lampu yg tak tampak, hanya seperti sekedar penerangan agar tak tersandung atau tetap aman tidak terlalu terang, serasa berada di kampung. Berjalan seorang gadis dengan longdrass peach sebatas pahanya, ada kancing di depannya potongan leher agak rendah, rambut di biarkan tergerai, Mayang sudah senyum dari jauh. Hati ku langsung berdebar, dia menghampiri kita, aku memperhatikan dia,
"Nih ada yang nanyain Lo aja, katanya dia mau ke Bandung, gw bilang Om,Nu kan lama tinggal di Bandung, mau jalan-jalan sendiri, gw engga kasih, kalo ikut Lo kebetulan Lo ke Bandung boleh deh kan Lo tau sudut-sudut Bandung" jelas kawan ku
"Mayang mau ke Bandung?" Tanya ku
"Iya mau, tapi engga boleh sama Ayah" sambil Mayang meletakan gelas kopi ke hadapan ku, sambil menunduk, Astaga aku bisa melihat dengan sempurna payudaranya yg menggelantung tanpa bra itu, putih bersih darah ku mengalir deras, semakin aku lihat, seolah dia membiarkan aku puas melihat itu semua, agak lama dalam posisi itu, yg aku suka, saat dia memberikan kopi ke ayahnya, tetap saja pemandangan buah dada yg menggantung ke arah aku. Mayang Mayang
"Om ada rencana mau ke Bandung?" Tanyanya sambil matanya menatap ku tajam dan seolah berkata,please please please.
" Minggu depan rencana ke sana, berangkat Sabtu pagi, tapi agak lama di sana, banyak yg harus di urus kemungkinan terlama seminggu, tapi kalo kamu mau pulang duluan nanti Om Nu bisa Anter sampe travelnya.
" Yah..boleh ya.." rengek Mayang
" Ya sok aja kalo ada Om Nu, pulangnya kamu berani sendiri?? Tanya ayah
" Liat nanti aja, gampang itu mah" jawab dia.
" Jangan ngerepotin Om'Nu loh, sewa hotel Deket tempat Om Nu, kalo memungkinkan sebelah kamar OmNu," aku cuma mesam mesem
" Gampang, itu mah, nanti kabarin aku ya Om, kalo jadi berangkat Minggu besok." Wajah nya ceria, sampai ayahnya memperhatikan itu,
"Udah ada 3 hari dia ngomong gitu, mau main ke Bandung, bilangnya mau sendiri, gw takut lah, kalo dia sendiri di sana, mau nemenin kaga bisa bini gw juga sama aja, pas banget Lo mau ke sana, makanya Lo liat tuh, mukanya seneng banget" sambil dia memandang Mayang, aku tau mana yg membuat dia bahagia, bukan sekedar ke Bandungnya, tapi hasrat dia akan terbebaskan, bagaimana dengan aku, semua begitu saja terjadi. Hanya sampai jam 9 malam aku pamit pulang, baru juga kaki ku menginjak pedal gas untuk keluar garasinya, dia sudah VC.
" Makasih ya.. " hp nya dia taruh di kasur dia tiduran baju potongan rendah membebaskan aku melihat seluruh payudaranya,
" Kamu mau jam berapa berangkatnya Sabtu?"
"Terserah, semakin cepet semakin baik" jawabnya cuek
" Pagi aja ya biar engga kena macet, abis sholat subuh gimana??"
" Terserah mas Nu aja, Jum'at malem juga engga apa apa, malam ini juga boleh" senyum manis Mayang mampu meruntuhkan segala yg aku hindari. Aku ikuti nalurinya saja, dia sangat menikmati setiap menit yg akan kita lewati, tak pernah risau dengan sesuatu yg belum terjadi.
Sabtu pagi aku sudah ada di rumahnya, jam lima lewat kawan ku dan istrinya mengantar kan dia hingga kami hilang di ujung jalan, sebelumnya dia bilang, maaf jadi ngerepotin kamu, aku bilang tak masalah, kebetulan aku juga harus ke Bandung, kabarin kalo mau pulang nanti pesan kawan ku, dan ke Mayang dia bilang jangan ganggu jadwal Oom Nu, kalo bisa jalan sendiri, pergi aja kalo udah di hotel kabarin Oom Nu, Oom Nu harus tau kegiatan kamu apa aja. Mayang hanya bilang, " ayah aku udah dewasa bukan. Anak kecil, percaya sama aku, dan Oom Nu akan tau aku kemana aja, aku akan selalu ngabarin Oom Nu. Sambil dia menenangkan orang tuanya, jelas aku akan tau, kemana aja, karena akan selalu bareng aku dari tidur sampe bangun tidur, dan tidur lagi. Aku hanya senyum.
Di mobil dia mulai rapat duduknya, kali ini Mayang berpenampilan sporty dengan dress kaos panjang se lutut, garis-garis biru muda dan biru tua, di lapisi jaket jeans, terkancing rapat, sepatu sneakers ber sol rendah warna biru juga, di dalam mobil jaket jeans nya di lepas, ternyata dress itu tipis berbahan kaos, tubuhnya makin terlihat jelas membentuk sempurna, no bra gundukan dadanya yg indah terbentuk sempurna, pinggul dan bulat bokongnya membuat desir darah libido ku meningkat. Memasuki jalan Tol tubuhnya makin merapat ke tubuh ku, aku memeluk pinggulnya. Lengan ku di peluk sempurna di antara dadanya yg kenyal.