webnovel

Chapter 11

Kyo Seung terkejut ketika lehernya ditahan ke dinding dengan tangan. Wajah seseorang yang mencekiknya itu tampak jelas sedang kehabisan kesabaran, entah apa alasannya. "Jawab aku, apa yang kau incar dariku?"

Kyo Seung meraba tangan yang sedang mencekiknya itu, cekikannya tidak terlalu kuat, namun tak lama nanti pasti tangan itu akan semakin mencekik lehernya. Dae Joon menunggu jawaban Kyo Seung sembari bersiap-siap jika orang yang dicekiknya ini mulai memberontak.

Kyo Seung mengatur napasnya, "Apa maksudmu?" bingungnya dengan mata yang memerhatikan ke sekeliling Dae Joon.

"Kau mengincar ini, bukan?" Dae Joon menunjukkan flashdisk yang ditemukan di rumah Jang Sooya dari dalam saku celananya. Tangan Dae Joon semakin mencekik tawanannya, sesuai dengan perkiraan Kyo Seung. Kyo Seung memekik kesakitan dengan suara yang terputus-putus.

Daya pikir manusia akan meningkat drastis ketika sedang berada dalam situasi yang sulit dan mendesak. Begitu juga dengan situasi Kyo Seung saat ini, dengan cepat ia mendorong badan Dae Joon dengan kakinya. Tangan Dae Joon terlepas dari mencekik Kyo Seung, dan Kyo Seung pun langsung menjauh secepatnya dari Dae Joon.

Dae Joon menatap tajam ke Kyo Seung. Kyo Seung malah menunjukkan ekspresi bingung khasnya dicampur dengan perasaan waswas. "Tunggu dulu Dae Joon, kita bisa bicarakan baik-baik—"

Sebuah peluru keluar dari dalam tubuh revolver, melesat secepat kilat dan menggores bagian tulang pipi kanan Kyo Seung. Darah keluar perlahan dari ujung kiri hingga ujung kanan luka goresan.

"Ini akan menjadi sedikit lebih sulit dari yang kukira" Kyo Seung menyiapkan tubuhnya dalam mode menyerang. "Kukira aku tidak perlu menyerangmu karena Dae Joon palsu tidak berani untuk menyerangku"

Yang dikatakan oleh Kyo Seung itu terdengar jelas di telinga "temannya" itu. Dae Joon berusaha untuk tidak menghiraukan kata-kata Kyo Seung, dan langsung menyerang Kyo Seung tanpa pikir panjang. Kepalan tangan melayang ke wajah Kyo Seung, yang berhasil ditepis oleh Kyo Seung. Lalu Kyo Seung membalasnya dengan menendang kaki Dae Joon dengan niatan untuk menjatuhkan Dae Joon.

Namun, Kyo Seung lupa bahwa lawannya ini adalah pemuda jenius yang memiliki banyak taktik dan strategi dalam hal apa pun. Tentunya Dae Joon dapat menghindari tendangan Kyo Seung, dan Dae Joon langsung mengincar pukulan di area pernapasan tubuh. Dada Kyo Seung dipukul hingga Kyo Seung terdorong dan punggungnya terbentur pada dinding besi. Tanpa basa-basi lagi, Dae Joon menginjakkan kaki kanannya ke perut Kyo Seung, sembari menunduk hingga bisa melihat jelas wajah Kyo Seung yang meringis kesakitan. Dae Joon berencana untuk membiarkan Kyo Seung hidup sampai Haeri datang dan membantu Kyo Seung bangkit. "Jadi, kau tidak akan langsung mengatur ulang loop ini?" tanyanya kepada Kyo Seung yang sedang berusaha menyingkirkan kaki Dae Joon yang sedang menginjak tubuhnya.

Kyo Seung terdiam sejenak dengan mata terbelalak menatap Dae Joon. "Loop?" bingungnya dalam hati. "Tunggu sebentar, dia mengalami loop yang sama sepertiku? Itu berarti dia adalah Dae Joon yang asli, bukan?"

"Aku Kyo Seung yang asli" kata Kyo Seung dengan suara terputus-putus sebab dadanya yang terasa sesak. Dae Joon terdiam, bersiap menyimak penjelasan Kyo Seung. "Kau terus mengalami loop setiap kali 'Kyo Seung' dan 'Haeri' di loop-mu gagal mendapatkan apa yang mereka incar darimu, bukan? Aku juga mengalami itu" tambah Kyo Seung.

"Buktikan bahwa dirimu asli" tegas Dae Joon sembari memindahkan kaki kanannya ke atas dada Kyo Seung.

Kyo Seung mengingat-ingat lagi kenangan yang mungkin bisa menjadi pengakuan bahwa ia adalah Kyo Seung yang asli. Namun, ia adalah orang yang pelupa. Maksud dari "pelupa" ini adalah orang yang sering melupakan segala hal. Menyerah dengan mengingat, Kyo Seung lebih baik memakai alasan logis sebagai bukti. "Kalau aku yang palsu, seharusnya aku tinggal mengatur ulang loop-nya sekarang" ucapnya ke Dae Joon.

Dae Joon mengangguk, "Namun bisa saja kau sengaja membiarkan situasi ini terjadi agar aku percaya padamu".

Kyo Seung merenung sebentar. "Kau yakin kau adalah Dae Joon yang asli?"

Dae Joon memikirkan dengan serius perkataan Kyo Seung, meski begitu ia tahu bahwa Kyo Seung yang ada di hadapannya itu berusaha untuk mengganggu isi pikirannya. "Aku cukup yakin bahwa aku Dae Joon yang asli" katanya.

"Yakin? Buktinya apa?"

Dae Joon tersenyum miring, merasa tertantang dengan Kyo Seung. "Kau ingat saat kita dan Haeri pergi ke taman ria di kota sebelah?"

Kyo Seung terdiam, mulai membuka kembali kenangan masa lalu. "Taman Festive?"

Dae Joon mengiyakan, "Saat itu kau datang lebih lama dari yang dijanjikan, jadi aku dan Haeri menunggu di depan gerbang taman ria. Saat kau sudah sampai di taman ria, kau melihat orang yang sosoknya tampak seperti Haeri, lalu—"

"Baik! Aku percaya kamu Dae Joon yang asli, kumohon jangan mengungkit cerita itu!"

Dae Joon tertawa, lalu ia menyingkirkan kaki kanannya dari atas tubuh Kyo Seung, membebaskan Kyo Seung dan membantunya berdiri. Kyo Seung bingung pada awalnya, namun nyatanya Dae Joon berencana untuk merogoh saku utility belt-nya. Dae Joon mengambil buku memo dari saku tersebut, ia membuka isi buku memo itu. "Oh, ternyata kau bisa terpikirkan untuk mencatat pola-pola di setiap looping agar bisa menyusun pola susunan looping"

Kyo Seung melipat tangannya. "Kau ini berusaha untuk memujiku atau kau sedang mengucapkan sarkasme?"

"Keduanya"

Pemuda berambut sunbaked itu memutar bola matanya. "Jadi, kau juga mencatat pola-pola looping-nya?"

"Tidak, aku mengingatnya"

Kyo Seung terdiam sejenak. "Kau percaya bahwa aku 'Kyo Seung' yang asli?"

"Sifat dan ekspresimu yang bodoh itu cukup membuktikan bahwa kamu asli"

Lagi-lagi Kyo Seung dibuat kesal oleh temannya itu. Kembali fokus ke masalah mereka, Dae Joon menyimak isi buku memo milik Kyo Seung. Ia meraba dagunya, menunjukkan pose berpikir. Sedangkan Kyo Seung memperhatikan ke sekeliling lorong sembari menunggu Dae Joon keluar dari "ruang berpikir" nya. "Jadi, bagaimana? Kau sudah menemukan pencerahan?" tanya Kyo Seung sembari menghampiri temannya yang sedang menyibak rambut hitamnya ke belakang.

"Entahlah" balas Dae Joon. Tentunya Kyo Seung tak sepenuhnya mempercayai jawaban itu, biasanya temannya itu lebih suka menyimpan terlebih dahulu isi pikiran rencananya sebelum dieksekusi dan diberitahukan ke orang-orang.

Jika Jung Dae Joon mulai bertindak, maka dunia seakan-akan adalah panggung sandiwara—dengan Dae Joon sebagai sutradara yang melihat dari kursi terdepan. Sejujurnya, Kyo Seung ingin mengikuti alur yang kemungkinan nantinya akan dijalankan oleh Dae Joon. Namun, posisinya sekarang adalah sebagai "orang yang suka bermain hakim sendiri" alias seorang vigilante, ia tak bisa seenaknya menggantungkan masalahnya kepada seseorang—apalagi saat ini ia telah (secara tidak sengaja) menyeret komunitas vigilante-nya ke dalam masalah yang ia buat. Ah, semakin dipikirkan, Kyo Seung makin malas menghadapi masalah yang saat ini ada di depannya.

"Terserah, aku akan mengeluarkanku dari sini dengan caraku sendiri" batin Kyo Seung sembari pergi ke satu persatu ruangan yang ada di sekitar lorong untuk mencari benda yang keras. Kyo Seung menemukan kapak saat ia membuka lemari besi berisi peralatan tambang di ruangan yang terlihat seperti ruang latihan bela diri. Ia keluar dari ruangan dengan membawa kapak besi. Dengan gerakan yang mendadak, ia langsung mulai merusak dinding besi yang ada di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Dae Joon, heran dengan tingkah laku temannya yang naif itu.

"Memancing Haeri palsu"

Awalnya Dae Joon tak memahami maksud dari Kyo Seung, namun beberapa detik kemudian ia mulai paham. Ia membiarkan Kyo Seung berbuat sesukanya, dan menyandarkan tubuhnya ke dinding besi yang berlawanan dengan Kyo Seung agar getaran yang dihasilkan kapak Kyo Seung tak mengganggunya berpikir. Dae Joon memeriksa setiap alat canggih yang ia punya seperti jam tangan ponsel, ponsel hologram, dan alat komunikasi berbentuk pin yang terhubung ke alat komunikasi milik Haeri. Tak ada sinyal di tempat mereka sekarang.

"Kau sudah pernah mencoba keluar dari tempat ini?" tanya Kyo Seung ketika ia mulai lelah merusak dinding besi dengan kapak.

Dae Joon mengangguk singkat.

"Anehnya, semua tampak baik-baik saja di luar sana, seperti tidak ada apa pun yang terjadi. Seakan-akan hanya tempat inilah yang aneh. Kau mengerti maksudku?"

Dae Joon mengangguk lagi, "Di sini tidak ada sinyal, sedangkan di luar ada".

"Sebenarnya kita bisa keluar dari tempat ini tanpa mempermasalahkan looping yang sedang terjadi saat ini, tapi kita belum menemukan Haeri yang asli"

"Jujur saja, kau masih belum sepenuhnya percaya bahwa aku Dae Joon yang asli, bukan?"

Kyo Seung melirik ke arah lain, menghindari melirik ke mata Dae Joon. "Begitulah"

"Aku juga belum sepenuhnya percaya bahwa kau Park Kyo Seung yang kukenal"

Kyo Seung dan Dae Joon menjaga jarak mereka. Mereka tidak sedang bermusuhan saat ini, namun mereka berjaga-jaga jika sesuatu terjadi di luar dugaan. Akhirnya, mereka berdua kembali fokus ke urusan masing-masing, Dae Joon masih berurusan dengan "ruang berpikir" nya sedangkan Kyo Seung merusak dinding besi serta sekali-kali mondar-mandir di koridor.

Chapitre suivant