webnovel

Pertarungan Linglung

  Cerita sebelumnya Jaka yang terburu-buru sedang mencari bantuan dari desa tetangga akhirnya tiba juga juga, Jaka pun dengan terbata-bata mengumumkan adanya pembunuhan massal, para warga yang mendengarkan Jaka langsung berkumpul untuk mendengarkan informasi darinya.

   "Ha... Ha... Ha... To..tolong... Orang-orang di desa sebelah telah dibantai" Jaka berbicara terengah-engah.

   "Dibantai? Dibantai oleh siapa? Tidak mungkin ada yang berani berperang pada masa damai sekarang?" Jawab salah satu warga yang berkumpul untuk mendengarkan Jaka.

   "Bukan... bukan karena perang, tapi dibantai oleh pasukan Kerajaan Kaliasat" Ucap Jaka.

   "Jangan bohong! Tidak mungkin pasukan Kerajaan  membunuh orang yang tidak bersalah, mereka ditugaskan hanya melindungi Kerajaan, bukan membunuh, kamu tlah menuduh jika tanpa buktinya!" Seorang warga membantah cerita Jaka.

   "Baik, kalian mau bukti? ikuti aku!"  Jaka pun mengajak warga tetangga sebelah untuk mengikutinya. "Jangan lupa bawa cangkul dan parang kalian, karena warga yang tewas belum dikuburkan dan tolong kabari desa tetangga lainnya untuk segera menuju ke istana Kerajaan Kaliasat"

   Jaka mengajak para warga yang didominasi oleh lelaki baik pemuda bujang maupun bapak-bapak. Mereka bergegas untuk mendapatkan bukti atas ucapan Jaka.

  Betapa kagetnya mereka melihat banyaknya mayat para warga yang telah dibantai berserakan ditanah, merekapun percaya atas ucapan Jaka dan segera ingin menggali kuburan untuk mengubur para mayat tersebut.

   "Weleh..weleh..weleh.. kok ada orang yang tega sekali melakukan hal ini" Reaksi para warga yang menyaksikan jasad dari para warga yang telah terbunuh. "Ini sudah keterlaluan, Biadab!"

   "Mari kita menguburkan dahulu jasad-jasadnya, lalu kita menuju ke istana Kerajaan Kaliasat untuk memberontak atas kejadian ini" Jaka pun menyuruh warga desa sebelah untuk menguburkan jasad para warga yang telah dibantai itu.

  Tidak lama kemudian orang-orang dari desa lainnya berdatangan untuk melihat kejadian yang telah diberitakan oleh orang yang memberi pesan untuk disampaikan ke desa lainnya. Mereka pun ikut membantu untuk mengumpulkan dan menguburkan jasad, Jaka yang melihat para warga bergotong royong membantu merasa senang. Setelah semua jasad para warga yang tewas telah dikuburkan Jaka akan mengumumkan untuk mendatangi istana Kerajaan dan memberi hukuman atas perbuatan para pasukan Kerajaan.

  "Tolong perhatiannya Akang-akang dan Bapak-bapak, sekarang kita akan menuju ke istana Kerajaan, persiapkan senjata kalian karna nanti kita akan berperang melawan pasukan Kerajaan!" Jaka mengajak warga untuk berperang.

"Kerajaan ini sedang tidak baik-baik setelah dipimpin oleh Maharani Sasandoro dan lihatlah kalian atas perbuatan yang mereka lakukan terhadap warga di desa ini, mereka membantai dan kita akan melengserkan pemimpin sekarang!"

   Para warga dari desa tetangga dan desa lainnya segera menuju ke istana Kerajaan Kaliasat yang dipimpin oleh Jaka untuk melakukan kudeta. Jaka dan para warga melihat banyaknya para pasukan Kerajaan yang berjaga di sekitar istana secepatnya mereka memberhentikan pasukan yang ingin membuka dan masuk kedalam istana.

  Jaka dan pasukan Kerajaan itu berdebat dan tidak lama akhirnya mereka bertempur satu sama lain, pertempuran yang hebat karena melibatkan pasukan Kerajaan yang terlatih dan para warga desa yang hanya seorang petani, kualitas melawan kuantitas manakah yang akan unggul?.

  Disisi lain Abah Jiwo dan Linglung masih bertarung dengan Nyi Sasandoro tanpa hentinya mereka menangkis dan menyerang. Nyi Sasandoro masih mampu mengungguli walaupun dirinya dikeroyok oleh Linglung dan Abah Jiwo. Serangan dari Nyi Sasandoro yang membuat Abah Jiwo dan Linglung kesusahan karena selalu menghindari semburan racun yang mampu melelehkan benda keras apapun.

   Racun yang disemburkan Nyi Sasandoro mengenai bagian tubuh Linglung, Ia pun langsung melepaskan bajunya karena takut dilelehkan oleh racun tersebut.

  Nyi Sasandoro yang melihat tubuh Linglung yang terdapat tanda lahir tompel besar pada bagian tangannya sangat terkejut akhirnya anak yang selama ini ia cari ada dihadapannya, Ia langsung berubah semua bagian tubuhnya menjadi ular raksasa yang sampai menyembul ke atap istana.

  Orang-orang yang berada diluar yang sedang bertarung melihat ada kepala seekor ular raksasa yang keluar dari atas istana dan tertegunlah mereka setelah melihat sosok ular raksasa.

  "Ma... makhluk apa itu!??" Para warga terheran-heran melihat ular besar yang keluar dari istana.

  "(Akhirnya dia menunjukan bentuk aslinya)" Jaka yang berbicara dalam hatinya.

  "Shishishi... Akhirnya aku menemukan anak yang lama sudah lama ku cari" Nyi Sasandoro terlihat senang. "Kini kau akan mati disini!"

  "Lung kita serang dari dua arah buat dia bingung!" Abah Jiwo memberi arahan.

 

  Mereka berdua akhirnya bisa menemukan celah kelemahan dari Nyi Sasandoro, namun.

  "Lung serang dari belakang!" Abah Jiwo yang sedang mengalihkan fokus Nyi Sasandoro.

  "Hiyaatt!!" Linglung mengenai Nyi Sasandoro dikepala belakang. "Akhirnya--"

   "GHAAKK... SIALAN KAU BOCAH!" Nyi Sasandoro marah karena terkena serangan. "TIDAK AKAN KUBIARKAN KAU LARI!."

   "Awas Lung! Sepertinya dia akan menggunakan kekuatan pamungkasnya" Abah Jiwo memberi peringatan kepada Linglung. "Sebaiknya kamu harus menggunakan semua ilmu yang telah dipelajari sebelumnya, takutnya ada apa-apa."

   "Baik Bah" Linglung membaca semua mantra untuk membuka semua ilmu-ilmu yang telah dipelajarinya.

   "Sepertinya aku juga harus menggunakan Keris Pusaka" Abah Jiwo mengeluarkan Keris Pusaka dari dalam telapak tangannya.

   Abah Jiwo dan Linglung masing-masing mengeluarkan kemampuan andalannya kini tidak ada yang bisa menandingi mereka berdua.

  Nyi Sasandoro pun menggunakan kekuatan aslinya yang mampu mengeluarkan pancaran cahaya dari matanya dan mampu membuat orang yang terkena pancaran sinar cahayanya akan berubah menjadi debu.

Shringg....Shring...Shring...

   "RASAKAN INI!" Nyi Sasandoro terus menerus mengeluarkan pancaran sinar cahaya dari matanya.

  "Ukkiii!!! Ukkiii!!!...." Langur ikut membantu ia menaiki kepala Nyi Sasandoro untuk memukulinya. "Ukkiii!!!"

   "Langur? Kenapa dia ada disana?" Linglung kaget melihat Langur sudahbada diatas kepala Nyi Sasandoro tanpa sepengetahuan dirinya. "Turun Langur!!"

   "APALAGI INI YANG ADA DIKEPALAKU?" Nyi Sasandoro merasakan ada yang memukuli kepalanya. "HA?! DASAR MONYET SIALAN!"

  Langur yang masih memukuli kepala Nyi Sasandoro membuat pengalihan yang sangat bagus untuk Abah Jiwo menyerang bagian tubuh Nyi Sasandoro. Abah Jiwo melesat dengan Keris Pusakanya lalu menusuk ketubuh Nyi Sasandoro.

Jrek....

   "AAAHHHHGGG!!!!" Nyi Sasandoro terkena serangan. "HAAAHH.... HAAAAH...."

   "Berhasil Lung! Kita berhasil" Abah Jiwo senang karena telah menusuk Nyi Sasandoro.

   "Tunggu dulu Bah!, Sepertinya masih belum" Linglung melihat luka yang telah ditusuk Keris Pusaka menutup dengan sendirinya. "Bah luka tusukannya menutup lagi"

   "Hah? Mustahil senjata Pusaka ini tidak akan bisa disembuhkan jika terkena serangannya." Abah Jiwo heran kenapa bisa begitu.

   "KALIAN PIKIR SUDAH MENANG? SHISHISHISHI...." Nyi Sasandoro tertawa. "SEKARANG KALIANLAH YANG MATI!!."

   Nyi Sasandoro mengeluarkan pancaran sinar mematikan dari matanya dan melebarkan pancarannya hingga mampu meluaskan serangnya.

   Abah Jiwo dan Linglung terdesak lagi karenanya, sepertinya Nyi Sasandoro tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan fisik saja. Linglung menyerang dan akan memukul bagian tubuh belakang namun ia terpental karena hempasan ekor Nyi Sasandoro.

  "LINGLUNG!!" Abah Jiwo berteriak.

   Melihat keadaan Linglung yang cidera karena terpental oleh serangannya, Nyi Sasandoro langsung memberi serangan dari kekuatan pancaran sinar matanya.

   "SHISHISHI... MATILAH KAU BOCAH!!!!"

  Abah Jiwo yang melihat kejadian itu tertegun melihat Nyi Sasandoro memberikan serangan mematikan kepada Linglung. Dirinya yang seharusnya melindungi Linglung kini gagal melihat Linglung telak terkena serangan pancara cahaya mata Nyi Sasandoro.

    "Lung!?" Abah Jiwo seketika lemas melihat kejadian itu.

Akan tetapi....

   "HAAHHH!!!" Linglung masih bertahan dari serangan mematikan dari Nyi Sasandoro. "Abah, tusuk kepalanya!"

   Abah Jiwo yang lemas itu bersemangat lagi setelah melihat Linglung ternyata masih hidup dan ia mendengarkan Linglung untuk menyerang bagian belakang kepala dari Nyi Sasandoro.

  

  "Haaahh!!!" Abah Jiwo melompat kebelakang bagian kepala Nyi Sasandoro. "Modaarr Koee!!"

  Abah Jiwo berhasil menusuk Nyi Sasandoro menggunakan Keris Pusakanya. Nyi Sasandoro meronta ronta kesakitan karena Keris Pusaka masih menancap di kepalanya, Nyi Sasandoro melemah karenanya, akan tetapi dia masih bertahan dari Keris yang masih menancap.

  "JANGAN PIKIR INI SUDAH BERAKHIR!! TUGASKU BELUM TUNTAS UNTUK MENGHABISI ANAK ITU!" Nyi Sasandoro masih berkeinginan untuk menuntaskan tugasnya. "AKU AKAN MENGGUNAKAN KEKUATANKU UNTUK MENGHABISI ORANG-ORANG YANG ADA DI KERAJAAN INI!"

  Nyi Sasandoro menggunakan kekuatan terakhirnya untuk meledakkan dirinya dan menghancurkan semua orang yang ada disekitarnya. Tubuh dari Nyi Sasandoro mengeluarkan cahaya yang sangat terang menyilaukan mata orang-orang yang berada disekitar. Tiba-tiba....

DBRRRRAAAHHHHGGGGG....

  Tubuh Nyi Sasandoro meledak dan membuat orang yang melihatnya ketakutan dan berlarian. Namun tidak dengan Abah Jiwo, ia akan menahan ledakan tersebut untuk melindungi Linglung dan orang-orang disekitarnya.

  "Saatnya aku akan menggunakan Ajian Waringin Sungsang, Hyaatt!!." Abah Jiwo membaca Ajian untuk mengeluarkan kekuatannya. "Untuk yang pertama dan terakhir akan ku gunakan kekuatan ini!"

  Ajian Waringin Sungsang bisa memberikan kemampuan kepada penggunanya untuk menyerap semua serangan, dan mampu menyerap nyawa dari lawannya akan tetapi ada bayaran untuk melakukannya, yaitu nyawa dari  penggunanya.

  Abah Jiwo mulai menyerap ledakan dari Nyi Sasandoro dan mulai perlahan serangan dari Nyi Sasandoro sedikit demi sedikit melenyap dan tidak tersisa, sekali lagi Abah Jiwo menyelamatkan Linglung dan orang-orang.

Ingatan Abah Jiwo tentang masa lalunya saat mengurus Linglung saat masih bayi kembali terbesit dalam pikirannya.

  "Akh..akhirnya... Selesai....ha...ha...ha..." Abah Jiwo kelelahan dan terjatuh. "Lung! Lung! Kemari..."

   "Ya Bah, bertahan Bah! Linglung akan menyembuhkan Abah!." Linglung panik dan menangis melihat Abah Jiwo yang mulai melemah. "Jangan tinggalin Linglung Bah!"

   "Ambil Keris Pusaka itu! sekarang Keris itu milikmu Lung, Abah sudah mengalahkan salah satu Pasukan dari Raja Dunia Bawah, sekarang kamu yang melanjutkan perjuangan Abah! Lung" Abah Jiwo dengan nafas yang mulai melemah.

*(Mungkin ini saatnya untuk pergi, semoga Linglung bisa mengurus dirinya)" Abah Jiwo mulai meneteskan air mata.

   Linglung pun mengambil Keris Pusaka yang telah diwariskan dari Abah Jiwo, sekarang Linglung merasa telah diberi tanggung jawab oleh Abah Jiwo.

  Semua warga dari desa tetangga dan desa lainnya mendekati Abah Jiwo yang tergeletak ditanah, Jaka yang melihat kejadian itu merasa sedih karena orang yang telah menyelamatkannya kini tengah sekarat.

  "Mbah, istirahatlah, nanti kita yang akan mengurus selanjutnya"  Ucap Jaka. "Nanti Linglung akan tinggal dirumahku"

   Jaka dan para warga hanya bisa berterimakasih kepada Abah Jiwo dan Linglung, mereka baru mengetahui bahwasanya Maharani Sasandoro adalah siluman jelmaan ular, anak buah dari Sang Raja Dunia Bawah.

  Linglung yang telah mengambil Keris Pusaka itu seketika mendapatkan pengelihatan dari semua orang-orang pendahulu yang pernah menggunakan Keris Pusaka tersebut. Linglung yang belum menguasai semua ilmu dari ajian yang pernah diajarkan Abah Jiwo tiba-tiba mendapatkan semua kekuatan seketika dari pemegang Keris pendahulu. Linglung melihat Abah Jiwo dalam pengelihatannya sewaktu menggunakan Keris Pusaka, ia pun memberi pesan terakhir untuk Linglung.

  "Lung, kamu harus kuat dan tegar atas kematian Abah, ada orang yang akan selalu menolong kamu jika kamu menolong orang lain" Pesan terakhir Abah Jiwo kepada Linglung.

  "Baik Bah" Seketika Linglung sadar dari pengelihatan Keris Pusaka dan akan berjalan menuju kerumunan warga yang mengerumuni Abah Jiwo.

   "Lung, Abah sudah tiada" Jaka yang memegang tubuh Abah Jiwo yang sudah tak bernyawa ditangannya. "Beliau sudah tidak bernafas lagi"

  "Ya, Linglung sudah tau"

   Jaka dan para warga akan menguburkan jasad Abah Jiwo. Mereka menutupi jasadnya menggunakan kain sebagai penghormatan terakhir untuk Abah Jiwo. Namun....

Srriiinggg....

  Ada benda yang keluar dari abu Nyi Sasandoro, benda tersebut seperti batu yang memancarkan cahaya warna merah. Semua orang yang berada disitu melihatnya dan ketakutan apabila Nyi Sasandoro akan hidup kembali.

  Batu berwarna merah tersebut terbang melesat ke langit, Linglung yang melihat nya langsung berpikir untuk mengejarnya karena ditakutkan Nyi Sasandoro akan hidup kembali dan membuat kerusakan. Linglung yang telah mendapatkan kekuatan barunya yaitu Saipi angin langsung mengejar secepat angin.

  "Mang Jaka tolong kuburkan Abah Jiwo, Linglung akan mengejar batu merah itu!" Linglung dan Langur memulai pengejarannya.

  Jaka yang melihat Linglung pergi berdoa dan memohon atas keselamatan diperjalanannya.

Linglung dan Langur memulai petualangannya untuk mengetahui kemana batu merah itu pergi.

Chapitre suivant