webnovel

BAB 25: Latihan Sebelum Ujian Atletik

Hari telah berganti, kini tersisa 4 hari sebelum ujian atletik diadakan.

Aku tidak memperdulikan tentang ujian atletik, karena bagiku ada hal yang lebih penting dari itu.

Tentu saja, menyelesaikan masalah yang sedang Fisa alami adalah prioritas ku.

Aku sudah mengetahui beberapa hal penting tentang Charles, termasuk rencananya yang ingin dia jalankan.

Walaupun begitu, aku tetap harus memastikannya agar tidak salah langkah.

Sama seperti kemarin, kami masih berkumpul di lapangan olahraga dan mengenakan seragam olahraga.

"Fisa."

Aku memanggilnya, tapi dia tidak merespon apapun.

Kurasa pembicaraan antara aku dan Fisa hari ini sepertinya lumayan buruk, mungkin dia masih memikirkan kejadian kemarin.

Aku mengabaikannya, dan dia balik mengabaikan ku.

Mungkin aku akan meminta maaf padanya nanti jika apa yang kulakukan memang membuatnya kesal.

"Selamat pagi, semuanya ... kuharap kondisi kalian tetap baik hingga ujian atletik nanti! Untuk hari ini, kalian akan berlatih gerakan gulat dengan boneka kayu yang kubawa."

"..."

Tidak ada jawaban setelah Pak Smith memberi salam pembuka.

Kini Pak Smith akan melatih kami untuk ujian atletik Senin nanti.

Kami berada di lapangan olahraga yang hanya ditempati oleh siswa kelas 1-E saja, di mana kami akan berlatih gerakan gulat dengan boneka kayu.

"Kau harus bertarung dengan seluruh tubuhmu."

Pak Smith mengeluarkan sesuatu dari tas besarnya, dan itu memang sebuah boneka kayu.

Sambil memegang boneka itu, Pak Smith lalu melemparkannya padaku.

Aku tidak menduga kalau dia akan melemparkannya padaku, tapi untungnya aku berhasil menangkap boneka kayu ini.

"Kenapa, Pak Smith?"

Aku bertanya padanya.

"Satomi, kau yang pertama. Tolong beri contoh untuk yang lainnya!"

"Eh, aku?"

"Ya, lakukan saja!"

Sepertinya aku telah menarik perhatian dari Pak Smith selama beberapa hari ini.

Aku tidak tahu kenapa, tapi dia terus menyuruhku untuk memberikan contoh pada yang lain dan melakukannya di awal.

Yah, apa boleh buat.

Aku pun mendirikan boneka kayu ini di hadapanku.

"Kakimu harus seperti piston, dan kau tidak boleh menggerakkannya secara pasif!"

Kemudian Pak Smith memberiku perintah tentang apa yang harus kulakukan.

"Bagaimana dengan sedikit strategi?"

"Strategi seperti apa?"

Bergulat tanpa strategi itu sama seperti maju sendirian di medan perang tanpa memegang senjata, karena jika asal menyerang, banyak celah akan terbuka dan peluang untuk menang semakin mengecil.

"Jika ingin bergulat dengan musuh, bukankah seharusnya ada beberapa strategi?"

"Yah, tentu. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, seperti berapa banyak waktu yang kau punya? Seberapa kuat orang itu? Apa gaya bertarungnya?"

Seolah membaca pikiranku, Pak Smith juga terus menambahkan perkataannya.

"Tapi hanya itu yang akan kau pikirkan setelah pertandingannya akan dimulai."

Lupakan tentang strategi, sepertinya latihan fisik lebih penting bagi Pak Smith.

Jadi sekarang, aku akan fokus pada teknik yang diajarkan olehnya.

Tidak peduli apa yang terjadi, begitu aku mulai melemparkan pukulan dan tendangan secara acak, Pak Smith langsung menegurku.

"Serangannya harus lebih bervariasi lagi! Selain bagian kepala, kau bisa memukul dan menendang pada bagian perut dan kaki, sisanya terserah padamu."

"Baik, aku mengerti."

Sambil menahan diri, aku menendang bagian kepala tepat di bagian tempurung.

Lalu disusul dengan pukulan beruntun di bagian perut.

Aku yakin kalau Pak Smith akan puas dengan gerakan ku.

"Wah ... ternyata kau hebat juga, aku salah karena sudah meremehkanmu. Terus lakukan hingga kau merasa lelah!"

"Hmm ... Pak Smith, kenapa kami harus latihan seperti ini?"

"Dengar, Satomi! Kekuatan fisik bisa meningkat ketika menggerakkan bagian utama yaitu tangan dan kaki, jadi gerakan bela diri cukup bagus untuk meningkatkan kekuatan fisik itu."

"Begitu ya?"

"Ya, jangan berhenti! Lakukan sampai kau merasa lelah!"

"Hmm ... ya, baiklah."

Perkataan Pak Smith memang benar, kekuatan fisik biasanya diukur berdasarkan stamina, kelincahan dan juga kecepatan.

Aku terus melakukan gerakan monoton yang sama hingga saat kurasa sudah berkeringat lumayan banyak, aku langsung berhenti.

Sepertinya menipu Pak Smith lebih mudah dari yang kukira, dia hanya melihatku berlatih sambil mengeluarkan tatapan tajamnya seperti biasa.

Pak Smith sama sekali tidak curiga dengan kemampuanku, ini sangat bagus karena aku bisa menahan diri tanpa ketahuan.

"Satomi, bertarunglah denganku! Gerakan mu agak aneh dan aku jadi penasaran. Apa kau pernah mengikuti bela diri sebelumnya?"

"Bertarung, kenapa? Padahal aku tidak pernah mengikuti bela diri apapun selama aku hidup."

Baru saja aku berpikir kalau bisa mengelabuinya, tapi ternyata dia merasa ada yang aneh denganku.

Kupikir aku harus berlatih lebih keras lagi untuk menjadi orang yang lemah.

Walaupun kemampuanku akan menumpul karena hal itu, tapi aku masih bisa mengasahnya hingga menjadi tajam kembali.

Sekarang aku dihadapkan pada situasi yang agak berbahaya, kehidupan tenang yang kuinginkan akan menghilang jika aku tidak bisa menahan diri.

Bagaimanapun, aku harus kalah dalam pertarungan ini.

"Bersiaplah!"

"Hah? Aku tidak mengerti."

"Aku maju!"

Entah apa yang terjadi dengan Pak Smith, dia tiba-tiba menyerangku tanpa ampun, aku dapat melihat kalau gerakannya itu lumayan cepat.

Kenapa?

Pak Smith terlihat sangat serius untuk menyerang ku.

Entah karena tatapannya atau apapun itu, aku tetap mengetahui kalau dia memang serius untuk menyerang muridnya sendiri.

Daripada mengindar atau menangkis serangannya lalu menyerang balik, aku memutuskan untuk menutup mataku agar dianggap takut olehnya dan membiarkan Pak Smith menyerangku.

"PAK!!"

Telapak tangan Pak Smith tertempel di pipiku dan bunyi tepukannya terdengar cukup keras.

Rasanya tidak sakit sama sekali, kemudian aku membuka mataku dan melihat wajah Pak Smith dalam jarak yang lumayan dekat.

"Maaf, Satomi. Kukira kau akan siap menghadapinya."

"Hmm ... ya, walaupun sedikit menyakitkan, aku tidak mempermasalahkannya."

"Aku salah mengira, kukira kau bisa menghindar atau menangkis seranganku, tapi ternyata kau hanya menutup matamu dan menunjukkan rasa takut."

Aku memang tidak mengerti, tapi aku merasa lega karena dia tidak curiga denganku.

Atau mungkin, Pak Smith akan melihat dan menilai ku secara diam-diam.

Aku tidak sepenuhnya lega jika itu benar.

"Sudah cukup, selanjutnya Wijaya!"

Karena Pak Smith sudah puas dengan ku, dia menyuruh yang lainnya untuk melakukan apa yang telah kulakukan tadi.

Kali ini, Wijaya lah yang mendapat giliran setelahku.

Yah, aku tidak peduli dengannya.

Pandanganku hanya terfokus pada Fisa sekarang, tapi apakah aku bisa berbicara padanya disaat seperti ini?

Aku ingin menanyakan kondisi kakinya, tapi aku merasa kalau aku akan diabaikan lagi olehnya.

Tidak, aku tidak boleh terburu-buru.

Aku pasti bisa berbicara dengannya nanti, dan aku yakin akan hal ini.

Kini pandanganku beralih ke Charles, seseorang yang telah membuat Fisa merasa takut, dan dia juga menyebut Fisa sebagai objek sempurna nya.

Aku memang tidak mengerti maksud sebutannya itu, tapi yang pasti itu bukan hal yang baik.

Hari ini juga, aku yakin kalau dia akan mempercepat rencana awalnya.

Charles akan mengumumkan hubungannya dengan Fisa walaupun mereka tidak sedang pacaran.

Karena Charles adalah orang yang berpengaruh di kelas, kebanyakan orang pasti akan mempercayainya walaupun Fisa menyangkal perkataannya itu.

Untuk itu, karena aku sudah berhasil mempercepat rencananya, aku akan mencegah rencananya hari ini juga.

Chapitre suivant