webnovel

END WITH ARDI

Beberapa waktu kemudian Hasann menilpun Ririe ingin sekedar ngobrol ringan dengannya, tapi 2 kali panggilannya engga diangkat. Ia pun terpaksa mengirimkan pesan singkatnya.

Hasan :"Haloo...apa kabarnya Rie...? lama engga dengar. Semoga tetap baik yaa. Salam.

Kebetulan Ririe sedang ada bersama Ardi didalam mobil sedan putihnya. Ia membiarkan ponselnya berdering.

"Kok engga diangkat Rie ?" tanya Ardi seketika menoleh kearahnya.

"Engga penting !" Ririe masih terdiam. Meski dia tau ada pesan masuk yang kemungkinan dari Hasann, dia engga mengacuhkannya. Serba salah mungkin dipikirnya.

Anehnya, meski Ardi curiga panggilan telpon itu dari Hasann, ia engga mempertanyakan. Apakah itu berarti ia begitu pengertian terhadap Ririe atau bagaimana ?

Mobil pun terus melaju, menuju rumah Ririe. Ririe yang sedari tadi terdiam, hanya menatap kosong kedepan dengan muka datar .

"Kita udahan aja kali ya Ardi ? aku engga bisa muasin kamu. Engga akan pernah bisa ! Aku engga mau 'begituan' , lebih baik kamu cari cewe lain aja yang gampang kamu tiduri, huh ...."desahnya.

Ardi menanggapinya dengan ringan saja, "Aaaah santai aja kali, engga usah terlalu serius begitu Rie, semua juga ada solusinya. Kenapa takut ?"

"Maksud kamu solusi apa ? tanyanya, mukanya mulai garang matanya melotot, maksudnya kalo sampe aku hamil bisa digugurkan begitu ? enak aja !" bantahnya engga suka.

Ardi terdiam saja, sambil tetap melihat kedepan. Maksudnya mungkin bisa makan obat anti hamil sebelum kejadian ? Tapi ia terdiam saja.

Ardi tetap tenang, "Kamu engga percaya ya sama aku Rie... ? kamu pikir aku engga bakalan tanggung jawab kalau sampai kamu hamil gitu ??? kamu jangan terlalu cepat berfikiran negatif dong...huh." Ia mencibir sambil melirik ke arahnya.

Ardi kesal, sudah sekian lama berpacaran tapi masih belum juga ada kemajuan, selalu ditolak keinginannya berbuat mesum dengannya. Pusing dibuatnya.

Aku engga percaya , TITIK ! enak aja , dalam hatinya Ririe.

Ia terdiam engga merespon kalimat terakhir dari Ardi, lelah dia kalau harus terus bertengkar. Cukup sudah pengalaman bercinta dengannya. Semakin kemari, kelihatannya semakin jelas kalau Ardi ini menginginkan tubuhnya sebelum perkawinan yang sah. Gaya hidupnya memang begitu, batin Ririe. Engga sanggup dia untuk merubah kebiasaan jeleknya, bukan kewajibannya. Dia bukan anak kecil lagi.

"Trimakasih buat semuanya Ardi," katanya sesaat sebelum keluar dari mobilnya. Ririe terdiam masih duduk menunggu reaksi dari Ardi.

"Huuuh...." Ardi menghembuskan nafasnya kasar, dia membantingkan telapak tangannya ke stir mobilnya.

"Iyaaa maafkan aku juga yaa Rie, aku terlalu bernafsu kalo sama kamu." Nada bicaranya sedikit nyinyir . Ririe diam saja, malah memiringkan bibirnya...engga mungkin dia bernafu sama aku aja, dalam hatinya. Emang pikirannya aja yang selalu mesum.

Sudah banyak nasihat , masukan dari Ririe buat menjaga agar bisa lebih menguasai nafsunya, tapi tampaknya cuma masuk kuping kiri keluar lagi kuping kanan. Percuma !

Ardi meraih tangan Ririe, "Kita masih berteman ya Rie, tolong jangan cerita-cerita sama yang lain tentang keburukan aku yaaa...? aku mungkin mau berobat nanti, supaya lebih baik lagi," katanya.

Ririe menoleh ke arahnya, sementara Ardi menatapnya. Ardi mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Ririe untuk perpisahan. Mata Ririe mulai berkaca-kaca dan meneteskan airmatanya.

Hu..huhuuuu.... Ardi cepat mengambil tisue dan memberikannya. Ririe membuka pintu mobilnya dan berjalan meninggalkan Ardi tanpa menoleh lagi. Dia sedih bagaimanapun... . Ia mengasihani dirinya sendiri, yang seakan lagi-lagi ia terhempas.

Ririe langsung masuk kamarnya tanpa menyapa ibunya yang tengah berada di dapur. Ia menjatuhkan badannya di ranjangnya, telungkup dan nangis tanpa suara sampai-sampai bantalnya basah oleh air mata dan keringatnya, rambutnya kusut. Huhuu..huuuu....ia mencoba untuk terlelap , tapi engga bisa. Pikirannya engga bisa istirahat, malah melayang kesana-kemari.

Duuuh kasihan juga yaaa ? tapi pahit yang dirasakannya itu sebenarnya bakal berbuah manis untuk masa depannya. Ia sudah pintar menguasai dirinya, ia tau batas norma-norma hidup yang baik. Jadi apa yang ditangisi sebenarnya ?

Cukup lama ia terdiam dalam kesendiriannya, selesai kuliah ia langsung pulang kerumah, hanya sesekali ia mampir ke toko buku atau ke perpustakaan kampus, atau perpustakaan British Council disana.

Hiburan lainnya adalah ketika ia bersama sahabatnya Meilani. Sesekali Mei suka mengajaknya ke discotik, atau Ririe yang mengajaknya seperti saat-saat menyesakkan seperti ini.

"Mei...Jumat malam ke Starlite yuuk...?"

"Hmm...engga nolak kalo diajak kesana sih hehehe." Mei juga paling suka kalau pergi ke diskotik.

Seperti biasa Mei menjemput Ririe dengan mobilnya.

"Rasanya udah lama kita engga kesana yaaa...,? kata Ririe.

"Aaaah elu nya sih asyiik sama Ardi terus, mana ada waktu buat gua ..hiks...hiks."

"Keciaaaan ...hehehe...,"balas Ririe sambil mengusap lengannya.

"Hahahaha...gua mah se-trong orangnya, engga suka sedih lama-lama dek. Bangkit lagi...! "

"Trus jatuh lagiii gitu...?" ledek Ririe.

"Trus jatuh lagi, jatuh lagiiii , bangkit lagi...! harus begitu dek, " candanya.

"Kok elu jadi manggil gua 'dek' sih, emang gua adik elu apaa ? sodaraan aja engga. Hehehe."

"Keputusan elu minta putus dari Ardi itu udah betul tau ! gua salut sama elu, berani. Padahal diluar sana , wuiiih banyak cewek yang ngantri minta dikencanin sama dia...!! Edan emang tuh cowok, pesonanya."

"Udaah aaah engga usah ngebahas yang itu lagi... udah end ! gua mau buka lembaran baru sekarang."

"Hm...." Mei mengangguk-anggukan kepalanya sambil pegang stir. "Bagus, bagus...jangan sama'in semua cewe , bener engga !?"

Ririe terdiam saja, tapi dalam hatinya dia berterima kasih atas masukan dari Mei ini,meski kadang nyebelin , norak.

"Gua mau minum bir aaah... segelas aja," kata Mei.

Ririe tersenyum gembira, membayangkan segelas birnya...,"Gua juga hehehe..." hehehe... .

"Tos dong kita !" katanya mengangkat kelima jarinya yang disambut oleh Ririe.

Didalam diskotik Starlite, sudah banyak pengunjung datang, meski acara belum dimulai.

Sebentar kemudian mengalun keras lagu wajibnya 'The final countdown' sebagai pembuka acara disambung dengan kata sambutan dari seorang female Disc Jockey cantik. Ia memakai pakaian lengan panjang unik dengan tata rambut pixie cut warna pirang.

"Ayooo kita turun ...," kata Mei setengah teriak, melawan bisingnya suara musik didalam sana.

Ririe yang masih asyik duduk mendengarkan lagu, sambil menggoyang-goyangkan kepalanya, sepertinya engga memperdulikan ajakannya. Ia tau kalau sudah dilantai dansa sana , bakal lama mereka joget . Tapi karena Mei tetap ngotot mengajaknya, ia pun tersenyum sambil tertawa...hahaha...sambil berjalan ketengah arena dansa, bergabung dengan pengunjung lainnya.

Sudah mabuk bir kali Ririe ini ...hm...senang ia bisa melepaskan semua masalahnya untuk sementara. Lama mereka berdansa, beberapa pria disampingnya melihat kepintaran mereka menari, mengikuti berbagai lagu dengan irama dan ketukan yang berbeda. Mereka tak acuh, terus aja berjoget ria.

"Udahaan yuuk ...?"ajak Ririe setengah teriak, yang engga diindahkan oleh Mei. Lama-lama Ririe kecapean. Dia pun memberi kode untuk meninggalkan Mei dan kembali ke mejanya.

Ririe menghabiskan sisa minuman digelasnya. Matanya mencari-cari Mei...ditengah banyaknya orang sedang dansa dan lampu warna-warni berkilat gemerlap...tiba-tiba matanya menangkap Mei, yang lagi dansa di panggung atas dengan dua orang dancer pengisi acara disana.

Gilaa beraninyaa...,dalam hati Ririe, nekad tuh orang hehehe.

Tapi Mei pintar dansa mengikuti irama lagunya, sang DJ pun memberi acungan jempol ke dia. Seruuuu habis...!

Lagu berganti dengan irama slow, Mei pun turun dari panggung dan kembali ke mejanya.

Ririe yang kaget, bercampur senang pun tertawa terbahak-bahak melihat aksi Mei tadi.

"Gilaaa ajaaa...bener-bener yaaa elu ! norak ! hehehehe...," teriaknya.

"Hehehe...ayiiiik tau !" katanya sambil tetap menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama lagu yang tengah dimainkan sang DJ.

Engga lama kemudian, merekapun meninggalkan ruangan disko itu dan berjalan menuju ke mobilnya untuk pulang. Jam menunjukan hampir jam 12 malam. Masih sore untuk ukuran pengunjung lain, yang biasa ke discotik dan pulang pagi.

"Baru dikasih segelas bir aja elu udah jadi kayak orang gila gitu...hehehe,"canda Ririe menggoda Meilani.

Mei menimpali, "Hahahaa...gimana kalo sepuluh gelas yaaa...bisa-bisa gua nari streap-tease diatas tadi kali yaa ? hahahaaa...." Sudah gila pikir Ririe temannya ini. Dia memiringkan bibirnya sambil geleng-geleng kepala.

Malam itu mereka habiskan berdua bersenang-senang.

Pagi sekali Ririe sudah bangun, ibunya menanyakan perihal kegiatannya semalam bersama Mei,

"Kamu dari mana sih semalam kok pulangnya larut begitu Nak ? Ibu sama bapak sampai khawatir. Bapak yang biasa tidur jam 10 , kemarin malam di depan tv terus, gelisah. Baru setelah melihat kamu pulang, dia masuk kamar," kata ibunya khawatir.

"Biasa laah buu...sekali-sekali pulang malam, kan sama Meilani juga Ririe . Jangan terlalu khawatir, Ririe bisa jaga diri kok bu." Ririe sekilas ingat, bagaimana ia tetap menolak ajakan Ardi untuk berbuat mesum sampai detik terakhir hubungan cintanya.

Selanjutnya jelas bagi dia, tugasnya adalah menyelesaikan kuliahnya tanpa ada gangguan seputar kisah cintanya lagi. Semester 3 sedang berjalan, ia pun memantapkan dirinya untuk fokus dengan tujuan utamanya, mendapatkan gelar Magister Ilmu Pendidikan.

Satu semester lebih ia berpacaran dengan Ardi, dimulai sejak awal semester 2 sampai awal semester 3 ini...hm. adakah yang hilang darinya ? jawabnya engga ada ! Yang ada adalah pengalaman hidupnya bertambah menjadikan ia wanita dewasa, yang mengerti akan arti hidup yang benar, kebahagiaan bukan semata diukur dengan materi. Dan setiap orang mempunyai nasib baiknya sendiri-sendiri, yang harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.

Ia mengerti dan bertekad untuk menjadi anak yang bisa dibanggakan keluarganya. Hidupnya berada di tangannya bukan tergantung orang lain. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang baik , juga harus menjadi contoh yang baik untuk adiknya, Andhika. Ia merasa bangga sekali bisa lepas dari jeratan cinta Ardi yang ternyata seorang ... itu.

Ia juga beruntung mempunyai seorang Meilani, teman berbagi yang baik. Bagaimana dengan Hasann ? apakah masih ada dihatinya ? hm....sejenak memang Hasann sepertinya dilupakan. Ia sibuk dengan pacar barunya, tapi hal seperti itu manusiawi, bukan ? semua ada hikmah yang bisa diambil untuk kedepannya.

How does she look like now ?...tentunya semakin cantik, dewasa, tegar dan berpendirian.

Terlihat ia turun dari mobilnya diparkiran kampus, dengan mengenakan celana panjang hitam dan atasan batik. Orang kampus mengenalnya sebagai mantan pacar Ardi yang tampan atletis itu.

"Hmm...apa kabar Rie ? kok sendirian ...engga sama Ardi ?" tanya temannya yang kepo, pingin tau aja urusan orang, atau mungkin iri sudah dikencani oleh Ardi ?

"Ooh...iya sekarang sendiri, aku mau kasih kesempatan yang lain buat kencan sama cowok ganteng itu...hehehe," candanya yang disambut tawa teman-temannya.

"Jadi kita lihat aja,siapa kandidat berikutnya gitu yaaa Rie, ? Meilani menambahkan. Ririe mengulas senyumnya. Hanya dia dan Mei yang tau.

Chapitre suivant