webnovel

Keterkejutan Pak Arthur

Lagi-lagi, Albert dan Pak Arthur dibuat heran karena Kevin sering sekali mengigau ketika tidur.

Dia yang katanya tak berniat tidur lagi, akhirnya tertidur pula saat sedang melamun sambil memandang langit-langit kamar.

Kevin memang mudah sekali tidur. Ketika keadaan terlihat sepi, dan orang-orang nampak terlelap dengan mimpinya, mata Kevin tak bisa diajak kompromi untuk tetap berjaga.

Alhasil sampai subuh, dia kembali tidur dan dibangun paksa oleh Albert karena melihat temannya ini mengigau tak karuan.

Saat melihat Albert dan Pak Arthur ada di depannya, Kevin masih melongo, berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih terbang tak beraturan.

Matanya akan terkatup lagi, namun Albert kembali menyadarkan Kevin.

"Hei, bangun Kevin! Saatnya kau sembahyang," seru Albert dengan muka serius, sambil sesekali saling tatap bergantian dengan Pak Arthur. Keduanya sama-sama tampak bingung.

"Aku masih mengantuk," ujar Kevin dengan pelan. Mulutnya kemudian menguap kantuk.

"Kau bisa lanjutkan tidurmu setelah matahari terbit. Bangunlah," kali ini, Pak Arthur yang bersuara, "Kau tadi mengigau lagi, Kevin. Apa yang terjadi di dalam mimpimu?"

Kevin menggaruk kepalanya tak gatal. Sesekali dia melihat ke kanan dan ke kiri, lantas meraba kepalanya yang masih diperban.

"Kevin?" panggil Jane yang kemudian hanya pria itu yang menyadarinya. Terlihat, anak itu seangat bahagia seperti telah menemukan sesuatu.

Kevin mengangkat kepalanya seolah bertanya, 'ada apa?'

Melihat gelagat aneh Kevin, Pak Arthur seketika paham jika Jane ada di belakangnya.

"Apa kau bermimpi?" tanya Albert.

"Iya."

"Kau bermimpi apa?" mereka berdua penasaran.

"Aku...." bayangan itu seketika terlintas di pikiran Kevin. Dia sontak terperanjat kaget, sambil tak percaya karena mimpinya masih jelas sekali ia ingat, "Aku melihat sebuah batu."

"Batu?" Pak Arthur yang kali ini tampak terkejut. Dia tahu jika batu yang Kevin maksud adalah batu yang tak mudah sembarang orang tahu, bahkan batu tersebut menjadi rebutan sang penyihir bernama Mark saat itu.

Dia yang bertugas menjaga batu tersebut, rupanya terkejut tak karuan karena sebelumnya, Pak Arthur sendiri tak pernah mengatakan hal itu kepada siapapun. Termasuk kepada Albert ataupun Kevin.

"Iya. Batu berwarna biru terang dan memiliki cahaya yang sangat mengkilap. A-aku, aku dan Jane menemukannya di bawah," jelas Kevin kepada kedua orang yang ada di hadapannya.

Mendengar hal itu, Albert tentu keheranan karena dia benar-benar tak mengerti.

"Batu apa maksudmu, Kevin? Aku tak paham," ujar Albert kebingungan.

Kevin menggelengkan kepalanya, "Aku tak tahu. Tapi batu itu sangat indah sekali. Saking indahnya, cahaya batu tersebut bisa menerangi rumah yang padam tak ada lampu."

"Apa kau masih ingat bagaimana bentuk batu itu?" tanya Pak Arthur penasaran. Kali ini, dia ingin tahu apa batu yang Kevin maksud adalah batu yang selama ini dia sembunyikan atau tidak.

Kevin terdiam sebentar. Berusaha mengingat-ingat mimpi itu.

"Aku tak mengingatnya betul karena batu itu mengeluarkan cahaya yang membuat mata silau," seru Kevin kemudian, "Tapi saat aku memegangnya, batu biru bernama Ruby itu tak berbentuk bulat sempurna. Sedikit oval, dan memiliki permukaan yang halus."

"Apa maksud dari mimpi itu, Pak?" tanya Albert kemudian. Nampaknya, hanya dia yang benar-benar tak tahu menahu dengan kejadian yang baru Kevin rasakan. Selama di sini, dia belum pernah mendengar batu itu baik dari Pak Arthur sendiri atau dari Pak Peter.

Pak Arthur terdiam. Dia masih memilih kata per kata yang akan diucapkan agar kedua anak ini bisa memahami ucapannya. Keberadaan batu itu memang dia sembunyikan, namun hal mengejutkan tiba-tiba dia terima saat Kevin mengetahuinya padahal dia tak membocorkan hal itu sekalipun, meski kepada Jane.

Dia yakin ada sebuah hal yang Kevin miliki hingga membuat anak itu semakin sini, semakin tampak keanehannya.

Belum lagi sebelum kedatangan Kevin ke tempat itu, Pak Arthur selalu mendapat mimpi tiga hari berturut-turut tentang kedatangan seorang pria yang akan mengubah tempat itu.

Dan kali ini, dia meyakini jika sosok pria yang masuk ke dalam mimpinya adalah Kevin itu sendiri.

Jika dipandang dari sisi yang tak bisa dipandang oleh semua orang awam, aura Kevin memang berbeda dari aura anak-anak lainnya, tak terkecuali Albert.

Dia memiliki aura yang sangat manis. Selain bisa memikat para hantu, aura tersebut juga dipercaya sebagai aura langka yang hanya sebagian orang saja yang memilikinya. Aura tersebut, bisa menjerumuskan kita ke lembah sesat dan bisa juga menyelamatkan diri kita sendiri dan orang lain, tergantung kepada siapa yang dia percaya dan keyakinan apa yang membuatnya mempercayai hal tersebut.

Hal ini yang tentunya membuat Pak Arthur untuk bisa memerhatikan Kevin dengan lebih. Dia tak mau, anak itu malah mendapat bisikin buruk hingga bisa membuatnya merugikan diri sendiri dan orang-orang terdekatnya.

Sebelum semua terlambat, Pak Arthur berinisiatif untuk lebih menjaga Kevin agar pria itu bisa mempercayainya dan membawanya pulang kembali ke rumah.

"Ini mimpi tak biasa yang tak biasa juga orang dapatkan," seru Pak Arthur dengan serius. Mereka berdua mendengarnya dengan saksama, "Sebenarnya sampai saat ini, aku belum menemuka hal apa yang ada pada dirimu hingga seperti ini, Kevin."

"Maksudnya? Hal seperti apa?" Kevin dibuat bingung.

"Kau tak akan paham. Tapi, aku harap kau jangan mudah percaya agar keputusanmu tak merugikan dirimu sendiri serta teman yang selama ini selalu menjagamu, Albert."

"Memangnya kenapa?" tanya Albert keheranan.

"Batu itu sudah aku sembunyikan sejak puluhan tahun dan tak ada siapapun orang yang tahu. Namun, kau tiba-tiba mengetahui bahkan ciri-ciri yang kau sebutkan sama persis."

Ucapan itu membuat Kevin terkejut. Dia dan Albert bertatapan tak percaya.

"Aku sendiri tak tahu, Pak. Aku hanya menyampaikan apa yang terjadi di dalam mimpiku," ucap Kevin, "Aku tak tahu jika batu itu ternyata memang benar adanya."

"Iya. Batu itu memang ada dan aku sembunyikan di rumah ini."

"Mengapa disembunyikan di sini?" tanya Albert, "Apa batu itu juga yang telah mengundang banyak para energi jahat untuk berusaha menguasai rumah ini?"

"Tidak, bukan begitu," Pak Arthur menyela, "Justru jika aku tak menyimpan batu itu di sini, kau akan mati, Albert. Aku yakin tidak akan ada orang yang bisa kembali dengan selamat setelah masuk ke dalam rumah ini."

"Kenapa begitu?"

"Energi di sini sangat, sangat besar dan batu itu menjadi penetral agar gangguannya tidak terasa lebih membahayakan lagi. Maka dari itu, jangan heran jika kalian sering mengalami gangguan ketika tidur atau mimpi buruk padahal sudah berdoa, karena mereka, para roh jahat hanya bisa menembus kalian ke alam bawah sadar. Ketika kalian bangun, kalian tak akan mendapatkan gangguan seperti yang ada di mimpi kalian karena apa? Mereka tak bisa melakukan hal itu. Batu tersebut sedikitnya telah menjadi penetral, di samping kalian sendiri yang taat ibadah dan selalu sembahyang."

...

Chapitre suivant