webnovel

Surat Permintaan Maaf

Maximus sudah kembali ke rumah pribadinya, dompet dan sebuah amplop surat yang bertuliskan kata sorry juga sudah berada di tangan. Gadis yang sungguh berani, sudah berani mencuri lalu meminta maaf. Jika begitu, seperti yang banyak orang ucapkan, untuk apa ada polisi?

Tapi dia ingin lihat, apa yang gadis itu tulis tapi sebelum itu Maximus membuka dompetnya karena dia ingin melihat apa saja yang diambil oleh gadis itu. Semua uang miliknya yang ada di dalam sana sudah hilang. Selain uang tidak ada lagi yang diambil oleh gadis asal Rusia itu. Dia benar-benar sudah berani mencuri Benjamin-nya maka dia benar-benar tidak akan dilepaskan.

Setelah memeriksa keadaan isi dompet, kini amplop surat dibuka. Tulisan yang dibuat Aleandra membuatnya terdiam. Tulisan perpaduan antara bahasa Inggris dan Rusia menjadi satu. Dia semakin yakin jika gadis itu adalah imigran gelap. Rasanya semakin menarik, saat dia sudah mendapatkan gadis itu maka akan dia takuti. Yeah, anggap sebagai hiburan untuk menghilangkan rasa bosan.

Maximus masuk ke dalam ruang pribadinya, dia ingin membaca surat dengan dua bahasa itu dengan pelan-pelan. Karena belum terlalu mahir dalam berbahasa Inggris, Aleandra tidak punya pilihan selain menulis surat itu dalam dua bahasa. Semoga saja Maximus mengerti dan tentu saja pria itu mengerti. Segelas minuman di tuang, Max duduk menghadap jendela dengan surat Aleandra di tangan. Matanya kini sibuk, membaca surat yang ditinggalkan Aleandra.

"Tuan Maximus Smith yang terhormat, aku minta maaf karena aku mencuri uangmu. Aku melakukan hal ini karena terpaksa, lagi pula kau yang memojokkan aku dan ingin membunuh aku. Aku tidak mau mencari perkara dengan siapa pun, aku benar-benar tidak mau berada di tempat itu dan melihat apa yang kau lakukan bersama dengan anak buahmu. Aku bersumpah tidak akan mengatakan pada siapa pun mengenai apa yang aku lihat, hidupku sudah rumit dan aku tidak mungkin membuat hidupku jadi rumit jadi tolong lepaskan aku. Tolong jangan mengejar aku lagi dan tolong anggap aku tidak ada di bangunan itu. Kau bisa menganggap aku sebagai hantu penghuni bangunan tua itu jadi anggap aku tidak melihat dan mendengar apa yang kau lakukan dan kau bicarakan di sana. Mengenai uangmu, aku akan menggantinya nanti. Aku tahu caraku salah tapi aku terpaksa. Aku ingat totalnya jadi uangmu akan aku kembalikan setelah aku punya uang. Aku harap kau berbaik hati pada gadis lemah seperti aku ini, aku pasti menepati janjiku. Aku akan tutup mulut dan mengganti uangmu secepatnya, terima kasih."

Seringai menghiasi wajah Maximus setelah membaca surat dua bahasa itu. Walau bahasa Inggris yang ditulis Aleandra berantakan tapi dia bisa mengerti artinya. Menganggapnya tidak ada? Menganggapnya sebagai hantu? Dia bisa melakukan hal itu tapi sayangnya hantu tidak mencuri jadi jangan harap dia akan melepaskan gadis berasal dari Rusia itu.

Surat diletakkan, Max mulai melihat rekaman cctv yang ada di luar rumah. Sebuah taksi berwarna kuning berhenti di depan rumahnya, taksi berhenti cukup lama dan setelah itu supir taksi yang keluar. Gadis itu cukup pintar, dia pasti tidak ingin ada yang melihatnya tapi dia pasti bisa menemukan gadis itu.

Max meretas cctv yang ada, untuk mengikuti taksi yang ditumpangi oleh Aleandra. Taksi berhenti di sebuah pusat perbelanjaan, seorang gadis berambut hitam pendek keluar dari dalam taksi dan melangkah pergi. Mata Max tidak lepas dari gadis itu, dia sangat ingat penampilan gadis asal Rusia itu tidak seperti itu. Max terlihat berpikir, tapi matanya tidak lepas dari rekaman cctv. Dia masih berpikir dan akhirnya dia menyadari jika gadis itu adalah orang yang sama dengan gadis yang mencuri uang.

"Wow, kau begitu cerdik dan memanfaatkan uangku dengan baik, Nona," seringai kembali menghiasi wajah Max, wanita itu benar-benar tidak akan lepas. Dia terus mengikuti jejak Aleandra sampai akhirnya Aleandra terlihat duduk di taman dengan ekspresi putus asa.

Aleandra terlihat termenung dengan banyak pikiran, dia sudah berusaha mencoba mencari pekerjaan tapi tidak ada satu pun yang mau mempekerjakan dirinya. Itu karena bahasa Inggris-nya yang belum begitu fasih, dia juga tidak memiliki apa pun selain identitas palsu yang masih dia gunakan sampai saat ini. Entah sampai kapan dia bisa bertahan, dia tahu uang yang dia miliki saat ini tidak akan bertahan lama.

Rasanya ingin menangis, tapi Aleandra berusaha menahannya. Seandainya ketika dia melarikan diri dia mengambil tasnya yang ada di dalam kamar, dia pasti tidak akan mengalami semua ini karena di dalam tasnya ada kartu identitas juga semua uang miliknya tapi ketika melarikan diri dia sudah tidak memikirkan apa pun lagi. Yang dia inginkan hanya bertahan hidup, dia bahkan tidak tahu kakaknya masih hidup atau tidak saat ini. Setelah bisa melolosan diri dari kejaran para penjahat itu, kini dia harus bertahan hidup di kota yang keras.

Aleandra memejamkan mata, dia bahkan menarik napasnya sejenak untuk menenangkan emosinya yang sedang meluap. Tidak boleh, sudah sejauh ini maka dia tidak boleh menyerah. Aleanda Feodora tidak boleh menyerah apa pun yang sedang terjadi. Banyak orang yang mengalami kejadian lebih tragis dari pada yang dia alami dan mereka bisa melewatinya maka dia juga harus bisa. Semua yang dia alami pasti akan berlalu, dia yakin Tuhan akan berlaku adil apalagi semua yang dia alami bukan kesalahannya. Dia hanya sedang sial dan dia yakin kesialannya akan segera berlalu.

Tanpa tahu jika dia sedang diawasi, Aleandra beranjak. Kini dia kembali bersemangat, dia yakin pasti dia akan mendapatkan pekerjaan di tempat itu. Pasti ada orang baik yang mengasihaninya, lagi pula dia sudah berjanji akan mengganti uang Maximus yang dia pinjam jadi dia tidak boleh menyerah.

"Kau pasti bisa, Aleandra. Menyerah bukanlah gayamu, ini bukanlah dirimu. Seberat apa pun masalah yang kau hadapi, percayalah jika kau bisa melewati semua ini," ucap Aleandra untuk menyemangati dirinya sendiri.

Aleandra melangkah pergi, dia akan kembali mencari pekerjaan. Dia tidak akan menyerah, dia pasti bisa. Senyum kembali mengembang tapi sayangnya senyum itu tiba-tiba hilang ketika melihat beberapa pria yang menggunakan jas hitam berjalan ke arahnya. Aleandra memundurkan langkahnya dan ketakutan luar biasa. Antara penjahat yang mengejarnya atau anak buah Maximus, entah siapa mereka yang pasti mereka mengincar dirinya.

Tanpa membuang waktu, Aleandra memutar langkah dan melarikan diri. Benar saja, orang-orang itu mengejarnya. Sungguh sial, sudah mengubah penampilan masih saja ketahuan. Sudah tidak mendapat pekerjaan tapi kini dia harus melarikan diri dari orang-orang itu. Lain kali dia tidak mau berada di tempat terbuka karena bahaya.

Aleandra melarikan diri bagaikan orang gila, kota itu benar-benar tidak aman. Sebaiknya dia pergi ke kota lain karena dia tidak mau tertangkap dan mati mengenaskan. Lari Aleandra berhenti setelah dia masuk ke dalam kereta. Hampir saja dia tertangkap dan beruntungnya kereta yang dia masuki langsung jalan karena dia menerobos saat detik-detik pintu akan tertutup. Mata Aleandra tidak lepas dari orang-orang yang mengejarnya dan berada di luar. Salah satu dari mereka sedang menghubungi bos mereka dan mengatakan lagi-lagi mereka gagal.

Hari ini Aleandra bisa selamat tapi esok? Dia harap dia juga bisa melarikan diri dan menyelamatkan hidupnya dari dua mafia kejam yang sedang mengejarnya.

Chapitre suivant