webnovel

29 Kedatangan Keluarga Malah Membuat Sakit Hati

Keduanya terdiam cukup lama dan Amanda baru sadar. Amanda mengubah posisinya menjadi duduk dan dibantu oleh Roy.

"Lo sendirian bawa gue ke sini?" Tanya Amanda membuat Roy tersentak.

"Enggak, tadi ada Nabila, Irma Riko, dan Fadli tapi gue suruh mereka pulang ganti baju dulu," jawab Roy.

"Terus kenapa lo nggak pulang juga?"

"Mana bisa gue tinggalin lo sendirian di sini. Gue nggak mau kalau ada orang yang buat lo celaka lagi." Roy semakin menggenggam tangan Amanda.

Amanda merasa teringat saat dirinya terluka ada Rendy yang setia menemaninya dan memberinya perhatian. Bahkan di saat keadaannya seperti ini pun tak ada yang memberinya perhatian, keluarganya tak ada. Padahal dulu jika dia demam biasa kedua orangtuanya sangat khwatir.

"Hei, kenapa bengong?" Roy menatap Amanda matanya berkaca-kaca.

"Gue-gue kangen mereka."

Amanda kembali menangis mengingat semua kepedihanyang dia rasakan dari orang-orang terdekatnya.

"Gue kangen Mama yang dulu. Saat gue masih kecil Mama selalu ada ketika gue sakit. Papa juga selalu bujuk gue supaya minum obat. Dan Tika nggak mau makan kalau gue nggak sembuh. Suasana itu membuat gue rindu sama semuanya," isak Amanda.

Roy menatap Amanda dengan perasaan iba. Bagaimana gadis secantik itu mempunyai masalah rumah yang rumit?

"Sst... Udah jangan nangis. Ada gue, kok, sama teman yang lain. Kami selalu berada di sisi lo, da. Ingat, gue sayang sama lo," bisik Roy memeluk Amanda, mencoba menenangkan gadis itu.

"Mereka benci gue. Gue bukan anak Mama, gue anak pembawa sial. Gue_"

"Mama lo hanya emosi sampai dia mengatakan kalau lo bukan anak dia. Lo jangan ambil kesimpulan dulu," saran Roy.

Saat Roy dan Amanda terlarut dalam suasana. Saat itu juga keluarga Amanda masuk dalam ruangan itu dan melihat mereka. Mata Raka menatap tajam Roy yang memeluk Amanda. Amanda langsung melepas pelukan Roy karena malu dilihat keluarganya.

"Amanda, kamu nggak apa-apa, kan?" Tanya Raka menghampiri mereka.

"Nggak aku nggak apa-apa, kok, kak," jawab Amanda tersenyum.

"Kakak tahu dari mana kalau aku ada di sini?"

"Teman kamu, tadi ada seseorang menggunakan ponsel kamu menghubungi kakak," jawab Raka.

"Teman?" Lalu Amanda menatap Roy. Roy kemudian mengangguk pertanda dia yang menghubungi Raka.

"Kenapa kamu tidak menghubungi kami langsung? Saya orangtuanya," ujar Doni.

Bagaimana mungkin Roy akan menjawab, dia tidak sengaja tidak menghubungi mereka karena menganggap Amanda saja tidak pernah. Lebih baik menghibungi kakaknya.

"Maaf, Om, tapi nomor tertera pertama adalah nomor kak Raka, jadi saya menghubungi dia," bohong Roy membuat Amanda merasa beruntung mempunyai teman seperti Roy.

"Kenapa kamu bisa masuk rumah sakit, dek?" Tanya Raka.

Amanda baru sadar terakhir kali dia ada di toilet dengan keadaan darah mengalir di kepalanya karena ulah Gadis dan teman-temannya, lalu dia tidak ingat apa-apa lagi setelah ini.

"Bilang saja kamu sengaja masuk rumah sakit supaya kami mengkhwatirkan kamu!" Sinis Nining.

"Mama apaan, sih. Anak Mama masuk rumah sakit bukan dikasih perhatian malah ngomong nggak jelas," bentak Raka kepada Nining.

Amanda merasakan dadanya sesak mendengar seorang ibu berkata setega itu terhadap anaknya.

"Oh, kamu udah berani bentak Mama? Mau jadi anak durhaka kamu, hah?!"

"Rama nggak bermaksud begitu, Ma."

"Kamu bentak Mama karena belain anak pembawa sial ini?"

"Cukup." Dodi mencoba menghentikan perdebatan istri sang anak.

"Kalian ini tidak tahu aturan, yah? Ini rumah sakit, bukan di rumah yang sering kalian jadikan tempat buat memarahi Amanda!!" Tegas Dodi.

"Terserah Mama mau bilang Amanda anak pembawa sial. Amanda bakalan terima, kok," ucap Amanda membuat Roy merasa kasihan.

Roy hendak membalas ucapan Mama Amanda yang mengatakan anak pembawa sial, tapi diurungkannya. Merasa tak sopan mencampuri urusan keluarga mereka.

"Mama udah keterlaluan banget sama Amanda. Dia anak mam juga, sama seperti aku dan Tika, kenapa Mama benci sama dia?" Ucap Raka masih marah.

"Karena dia bukan adik kamu."

"Nining, cukup. Kamu sudah melewati batas. Sampai kapan pun Amanda anak kamu, mana ada seorang ibu menyangkal anak kandungnya sendiri?!"

Dodi murka saat ucapan kasar Nining terlontar.

" Kamu tahu dengan jelas apa yang aku maksud, Mas, dan kamu dengar baik-baik apa yang saya katakn ." Nining menunjuk Amanda dengn keadaan sudah menangis di pelukan Roy.

"Kamu bukan anak kandung saya, kamu anak pembawa sial yang datang di keluarga saya, seharusnya kamu itu meninggal saja. Kamu sudah membuat Tika celaka, kamu juga yang membuat saya harus kehilangan sesuatu yang berharga, kamu itu pembunuh dan kamu_"

Satu tamparan yang mendarat di pipi Nining diberikan Dodi agar ucapan kasar wanita itu tidak terlontar lagi.

"Mama!" Tika segera berlari memeluk Nining ketika Dodi menpar pipinya.

"Kenapa Papa tampar Mama?!" Bentak Tika.

"Kamu sudah lancang, Nining! Di mana hati nurani kamu, hah?!"

Sementara Amanda merasakan dunianya runtuh seketika mendengar ucapan Nining. Apa benar dia bukan anak kandung? Anak pembawa sial? Pembunuh?

"Apa maksud ucapan Mama?" Raka menatap Mamanya tak percaya. Bagaimana mungkin Mamanya berucap seperti itu?

"Inilah kenyataanya, Raka, dia bukan adik kandung kamu!" Sahut Nining emosi.

Nining keluar dari ruangan Amanda, kemudian di susul Dodi. Dodi hanya diam setelah menampar istrinya, ini pertama kalinya dia menampar Nining. Raka masih tak menyangka ucapan Mamanya. Dengan perasaan kacau dan sedih dia berlari menyusul kedua orangtuanya untuk meminta penjelasan.

Tika terlihat marah lalu bangkit mendekati Amanda, kemudian menyambak rambut Amanda hingga gadis itu meringis kesakitan. "Puas lo udah hancurin semuanya, hah? Lo memang anak pembawa sial!!!" Bentak Tika.

Roy mengepalkan tangannya lalu mendorong Tika. Dia marah melihat Amanda di perlakukan seprti ini."jauhkan tangan lo dari rambut Amanada!!"

"Heh, lo siapa yang suruh gue, hah?!!! Jangan ikut campur urusan keluarga gue, lo jangan dekat dengan anak pembawa sial ini nanti lo kena sial!!"

"Dia pacar gue!"

Ucapan Roy selalu saja berputar di benak Amanda. Seakan lagu yang tak pernah sampai dan selalu menari-nari di pikirannya.

Sungguh, hal yang membuat Amanda senang dan juga sedih. Amanda senang ketika Roy mengatakan hal tersebut, namun Roy melakukan hal seperti itu supaya Tika diam.

"Hahaha. Ternyata masih ada cowok yang mau sama lo," ejek Tika.

"Amanda cewek yang baik, semua orang suka sama dia, nggak kaya lo cuma bisa merebut kekasih orang, memangnya lo nggak laku sampai pacar kakak lo aja diembat?" Ketus Roy.

Kata-kata Roy sangat menohok. Tika mengepalkan tangannya begitu kuat, membuat Amanda tersenyum tipis karena seolah Roy menembak jantung Tika dengan kalimat tersebut.

"Dia itu nggak lebih dari pembawa sial, lo belum tahu siapa dia. Sebelum lo kena sial, mendingan lo jauh-jauh dari dia. Gue nggak pernah rebut Rendy, tapi Rendy sendiri yang datang ke gue!" Tekan Tika.

Chapitre suivant