webnovel

27 Kepanikan Karena Amanda Pingsan

"Hush, lo nggak boleh gitu. Gadis juga hebat, kok. Mungkin keberuntungan berpihak ke gue tadi, makanya bisa menang," senyum Amanda.

"Menurut gue apa yang mereka berdua katakan benar, kok, lo hebat banget. Teknik bermain lo barusan seperti orang yang udah senior banget dalam basket, lo belajar dari mana?" Tanya Roy.

"Wah, gue nggak sangka lo hebat dalam basket, si cewek pindahan Riko menatap kagum Amanda.

"Tadinya gue pikir lo akan kalah dari si Gadis, tahunya lo menang. Pantas aja lo terima one by one dengan dia. Lo jago gini, pasti menang,lah," tawa Fadli memuji Amanda.

"Pujian kalian berlebihan. Dari SMP gue udah suka basket, makanya gue masuk pas lihat promosi di lapangan kemarin. Lagian teknik gue biasa aja, malahan gadis lebih bagus, kok," balas Amanda.

"Lo nggak usah merendah. Mana ada mantan basket SMP MANDALA bisa kalah hanya karena one by one, kemampuan lo memang patut diam acungi jempol," ujar Gilang.

"Kapten basket!!!!" Ucap mereka kompak, kaget dengan kenyataan itu.

Amanda terkejut, dari mana Gilang tahu kalau dia kapten basket di sekolahnya.

"Iya, dia kapten basket SMP MANDALA, sekolah yang dapat juara setiap perlombaan, makanya Amanda jago basket," lanjutnya.

"Wah ternyata teman gue hebat banget." Roy refleks merangkul bahu Amanda di depan para sahabatnya.

Kenapa jantung gue gini? Kok dangdutan padahal nggak ada musik? Batin Amanda menatap tangan Roy.

"Benar? Gue nggak sangka, loh." Seru Nabila.

"Ehm, tangan lo bisa diturunin, nggak?" Ucap Amanda.

"Ey...i-iya, sorry, gue refleks. Hehe," kata Roy menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Bilang aja lo sengaja," sindir Fadli.

"Apaan, sih, lo," ketus Roy.

"Kantin, yuk, gue lapar nih," ucap Fadli.

"Ayo. Gue yang traktir, deh," ucap Amanda.

"Benar?!!!"

Amanda terkejut melihat mereka berteriak kompak lalu Amanda mengangguk.

"Eh, Gil, maubikut, nggak? Tanya Amanda.

"Nggak. Kalian duluan aja, masih ada urusan." Akhirnya mereka meninggalkan Gilang.

Saat Amanda selesai makan, dia bergegas ke toilet untuk berganti pakaian. Tiba-tiba saj Gadis masuk bersama kedua temannya. Amanda merasa Gadis marah terlihat dari caranya mentap Amanda.

"Lo jangan sok jagoan. Mentang-mentang lo menang tadi, lo udah merasa puas, hah?" Bentak Gadia.

"Bukannya lo sendiri yang bilang lo lebih jago daripada gue?

Ya udah gue buktiin kemampuan gue tadi," ucap Amanda.

"Songong banget lo jadi cewek. Lo itu nggak ada bedanya dari sampah!"

"Jaga ucapan lo, ya!!!" Amanda marah hingga menampar pipi Gadis.

"Lovberani tampar gue, hah? Guys, beri dia pelajaran." Tiara dan Nisa menjambak rambut Amanda hingga dia meringis kesakitan.

Amanda bisa saja menggunakan kemampuan karatenya untuk membuat mereka babak belur, tapi Amanda mengurungkan niatnya. Dia tidak mau di-Do hanya karena berkelahi.

"Kenapa lo benci sama gue,sih? Gue ada salah apa sama lo? Tanya Amanda menatap tajam Gadis.

Gadis menyunggingkan senyumnya. " Lo nggak ingat gue? Gue yakin lo ingat siapa gue," kata Gadia membuat Amanda yakin mengapa selama inibwajah Gadis sangt familiar.

"Oh, jadi lo yang udah buat gue cedera ps SMP? Karena tim gue kalahin tim lo, jadi lo benci sama gue sampai sekarang? Cih! Cara lo kampungan, tahu nggak ?!" Ejek Amanda.

Gadis geram dan memulai aksinya bersama kedua temannya, Gadis menampar dan menyiram Amanda.

"Rasain lo!!!" Ucap Gadis.

Gadis maju dan memukul kepala Amanda di tembok hingga cairan kental berwarna merah keluar dari kepalanya. Mereka bertiga syok melihat cairan itu.

"Gadis, itu marah! Jangan sampai dia mati, gue nggak mau tahu!!!" Pekik Nisa.

" Buruan kita keluar dari sini, " kata Gadis gemeteran.

"Kunci pintunya."

Mereka mengunci pintu dari luar agar tak ada yang mengetahui perbuatan mereka. Sementara Amanda masih setengah sadar walaupun kepalanya sudah pening.

"Roy, tolong gue!" Lirih Amanda sebelum pingsan.

Roy melihat bangku di sebelahnya kosong hingga bel pulang telah berbunyi. Dia mencari keberadaan Amanda yang tidak ada setelah dia melihat sekelilingnya.

"Nab, Amanda kemana?" Roy bertanya saat Nabila hendak pulang.

"Loh, gue kirain dari tadi duduk bareng lo?" Jawab Nabila baru sadar jika Amanda tak ada di bangkunya.

"Tadi dia bilang mau ke toilet ganti baju. Kok lama banget, sih?" Ujar Irma.

"Mana ada orang ganti baju lama banget, ini udah dua jam Amanda nggak ada," seru Riko.

Mereka baru sadar jika Amanda tidak ada saat itu. Roy telah berpikiran yang tidak-tidak. "Terus Amanda ke man, dong?" Pekik Irma saat melihat tas Amanda masih ada di sana.

"Mending kita cari di toilet!" Usul Nabila.

Semuanya keluar mengikuti Nabila yang telah keluar terlebih dahulu. Satu per satu toilet telah mereka masuki, namun tak ada tanda-tanda Amanda ada di sana. Roy berlari mendobrak beberapa pintu toilet hingga ada beberapa yang tusak karena tendangan yang keras, tapi tidak ada Amanda di dalam sana.

"Jangan sampai terjadi aesuatu sama Amanda," kata Nabila sangat khawatir

"Amanda gak bakalan kenapa-kenapa lo tenang aja," ujar Fandi.

"Tapi gimana kalau sesuatu benar terjadi?" Irma menatap Roy dengan mata berkaca-kaca.

"Gue nggak bakalan maaapin siapa pun itu kalau sampai bikin Amanda terluka," kata Roy mengepalkan tangannya dan terus mencari keberadaan Amanda.

Langkah Roy terhenti ketika melihat orang yang selama ini dia benci.

Orang yang telah membuat seseorang yang bernama Rara koma sampai sekarang. Dia sedang menggendong Amanda dengan kedaan kepala Amanda berdarah, membuat Roy berpikir pasti dia yang melukai Amanda.

"Bangsat! Lo apain Amanda, hah?!" Bentak Roy berlari dan langsung memukul orang tersebut.

Nabila dan Irma berkari menghampiri tubuh Amanda yang jatuh akibat pukulan Roy terhadao pria yang membuatnya seperti ini.

"Gue tanya, lo apain Amanda!?!" Roy memukul hingga darah keluar dari hidungnya..

"Sialan! Gue nggak ngapa-ngapain dia, bangsat! Gue tolongin dia !!!" Bentaknya membalas pukulan Roy.

"Roy!!!"

"Ucup!!!"

"Hentikan!!!"

Riko dan Fadli berusaha melerai mereka berdua. Keduanya tidak habis pikir mengap Roy dan Ucuo bisa kehilangan kendali saling menyerang di saat seperti ini.

"Lepasin gue!" Bentak Roy meronta.

"Nggak. Lo harus kontrol emosi lo,Roy!!!" Bentak Riko.

"Gimana gue mau kontrol emosi gue kalau dia udah buat Amanda terluka.

Hah?!!!"

"Gue udah bilang kalau gue nggak buat dia terluka!! Gue tolongin saat dia pingsan di dalam toilet!" Balas Ucup tak kalah emosi dengan tangan yang di cekal Fadli, dia tak terima ap yang Roy ucapkan.

"Kalau bukan lo, siapa lagi !? Kenapa lo tahu kalau dia pingsan di dalam toilet!?" Roy berusaha melepaskan cengkraman tangan Riko namun tak bisa.

"Saat gue lewat, gue dengar orang minta tolong. Pas gue mau masuk, pintunya terkunci, dan sekarang lo lihat tuh pintu due udah trusak karena gue dobrak. Dan lo masih tunggu kelakuannya, hah?" Ujar Ucup.

Chapitre suivant