webnovel

7 Bertemu Ketua OSIS Ganteng

"Kenapa Mama gitu sama Amanda? Tiap pagi meja makan slalu di penuhi amarah, bahkan Mama tega bilang Amanda bukan anak Mama. Alasannya apa, ma? " Gumam Amanda sambil terisak mengingat kejadian tadi pagi sebelum ke sekolah.

"Mama berubah, aku kangen mama yng dulu dan kangen Papa yang dulu. Kenapa semuanya berubah apa alasannya hanya karena salah paham itu? Tika yang salah, Ma, bukan aku.

Bahkan sekarang jarang banget ajak aku liburan. Semenjak kecelakaan Tika kalian udah mulai berubah dan kasar. Amanda udah kasih penjelasan, tapi kalaian nggak percaya," Amanda terus terisak dan tidak menyadari bahwa selama dia di sana, ada seseorang menatap iba dirinya.

"Hei lo kenapa? " Tanyanya, membuat Amanda mendongak dan segera bnagkit.

"Lo ngapain di sini?" Tanya baik Amanda dan menghapus jejak air matanya.

"Cuma cari angin segar, kok. Malah cewek yang nangis jawabnya.

"Gue nggak nangis, cuma kelilipan," jawab Amanda tapi tidak mentap cowok itu.

Perlakuan cowok itu membuat Amanda mematung, tiba-tiba dia menarik lengan mAmanda. Hingga berhadapan dengan dirinya, tangannya menyeka air mata yang masih tersisa di sudut mata Amanda.

"Lo boleh bohong sama orang lain, tapi lo nggak bisa bohong ke gue."

"Apaan, sih, lo."Amanda segera menepis tangan cowok itu.

"Maaf , gue cuma bilang masalah apa pun yang lo hadapi jangan lo ambil sebagai beban dalam hidup lo, tapi buat sebagai pelajaran yang justru membuat, lo jadi lebih kuat ke depannya. Gue nggak wengaja dengar omongan lo barusan, gue rasa lo butuh teman curhat. Jangan pendam sendiri."

Perkataan cowok itu membuat Amanda sadar satu hal, dia tidak boleh lemah dengan masalah yang dia hadapi. Tapi dia tidak mau mempercayai orang lebih jauh lagi dia trauma dengan penghianatan Rendy dan kedua sahabatnya.

"Thanks saran lo. Yang lo omongin memang benar, gue meski kuat. Tapi, please, apa yang lo dengar anggap aja nggak pernah tahu, gue nggak suka ada orang yang ikut campur urusan gue," pinta Amanda hendak meninggalkan cowok itu ketika sebuah tangan mengadangnya.

"Gue punya cara supaya lo nggak terbebani dengan masalah lo itu."

"Apa?" Tanya Amanda.

"Lo bisa gabung ke salah satu organisasi, gue yakin dengan ikut sertanya lo di organisasi semua masalah yang lo hadapi bakal ringan karena kesibukan yang dilakukan.meskipun gue baru kenal lo kemrin,

Tapi gue yakin lo orang yang pandai, karena gua nggak sengaja melihat catatan prestasi yang lo raih di meja kepala sekolah kemarin, gue yakin masalah yang lo hadapi perlahan-lahan hilang dengan adanya organisasi yang lo ikuti. Gimana? Mau, nggak?"

Sejenak Amanda berpikir mengenai tawaran itu. Yang dibkatakan cowok ini memang benar, jika dirinya ikut organisasi maka petlahan-lahan masalah yang dia pikirin akan ringan karena kesibukan berorganisasi.

"Iya gue mau."

Gilang Saputra. Ketua osis SMA MEKAR, orangnya keren, putih, alis tebal. Termasuk kalangan most wanted. Galih berada dibkels Xll IPA 2 bersebelahan dengan kelas Amanda.

Hari ini Galih terlihat pusing karena masalah OSIS yang tak kunjung selesai. LpJ porsrni yang seharusnya dikerjakan oleh sekertarisnya malah harus dia kerjakan sendirian.

"Kenapa lo nggak kerjain LpJ -nya , sih, Res?" Tanya Golang pada Resti, sekertarisnya.

"Sorry, Gil, gue nggak punya waktu untuk kerjain itu karena bokap pindah tugas, jadi dia suruh gue siapin berkas pindah sekolah besok." Resti menunduk, takut dengan kemarahan Gilang.

"Kenapa lo nggak bilang dari kemarin? Kan gue bisa atasin ini dengan cepat, gue harus bilang apa kalau pembina tagih besok?" Gilang menacak rambutnya prustasi.

"Gue udah ngomong sama pak Ardi, kok, dia kasih waktu sanpai pekan depan, lo tenang aja," kata Resti." Pak Ardi adalah pembina OSIS mereka.

"Benar?"

Resti mengangguk.

"Huft! Syukur, deh, Btw lo udah pindah besok?"

"Iya, beaok gue udah pindah ."

Gilang mengangguk ."makasih selama ini lo udah bekerja keras buat OSIS sebagai sekertaris. Maaf karena gue udah bentak lo tadi, semoga lo nyaman dengan sekolah barunya," Gilang mengulurkan tangan untuk berjabat ala tos OSIS.

"Gue juga mau minta maaf karena udah buat lo pusing, semoga lo juga dapat pengganti yang lehih baik untuk OSIS," Ucap Resti menerima uluran tangan dan membalas tos Gilang.

Selepas berpamitan dengan Resti, galih mencari udara segar, jabatannya sebagaibketua OSIS bukanlah hal yang mudah, tiap hari dia hrus berurusan dengan sesuatu yang tidak di sangka-sangka dalam artian mendadak.

Jika saja jika hal ini bukan mengurangi beban Amanda, mana mungkin dia mau bergabung dalam organisasi. Apalagi Roy juga salah satu pengurus OSIS. Hari ini, Roy membuat Amanda naik darah karena ulahnya, Roy memberikan alamat palsu kepada Amanda.

"Woi!!" Amanda memanggil Roy yang kini sibuk main game di dekatnya.

"Hmm," gumam Roy dan masih sibuk dengan game-nya itu.

"Kalau orang ngomong itu ditatap," decak Amanda.

"Roy gue mau tanya," kata Amanda menoel lengan Roy

Apa sih lo gangguin aja gue lagi main juga," decak Roy

Dari tadi gue panggil lo diem aja,"kata Amanda

"Lo juga panggil gue woi. Padahal gue bukan woi,"balas Roy dan duduk kembali.

Amanda mulai kesal dan hendak bangkit dari duduknya. Tetapi Roy menahan lengan Amanda." Eits! Tunggu dulu, lo mau tanya apa, hm?" Tanya Roy menuntun Amanda duduk kembali.

"Nggak jadi,"ketus Amanda

"Oh, ya udah mending gue lanjutin aja game gue."

Nih cowok nggak ada pekanya apa, bujuk ke apa kek, gugurutu Amanda dalam hatinya.

Amanda sangat kesal dan menginjak kaki kanan Roy.

"Aw! Apaan, sih?! Sakit tahu kaki gue!

"Makanya jadi orang tuh jangan nyebelin. Temani gue ke ruang OSIS dong," pinta Amanda.

"Ih, ogah, ngapain gue antar lo? Memangnya gue bodyguard apa."

"Kalau aja gue bukan anak baru di sini, mana mungkin gue minta tolong samalo!!"

"Ya udah jangan minta tolong sama gue, tuh, sama teman lo, Nabila dan Irma mereka tahu, kok, tempatnya." Tunjuk Roy.

"Tapi si ketos suruh gue ditemani sama lo!" Omel Amanda, membuat Roy menatap Amanda.

"Si Galih?

"Si Wati. Iya, lah. Galih. Memang di sini siapa lagi!!"

"Ya elah kenapa gue yang disuruh, sih."

"Katanya lo mau jadi tema gue, eh, sekarang gue minta tolong malah kaya gini. Gue berubah pikiran, deh " ejek Amanda melipat tangannya ke depan, membuat Roy terkekeh karena gemas.

"Eh, jangan, dong. Ya udah, gue kasih tahu jalannya aja. Lo jalan lurus dekat ruang kepala sekolah, habis itu belok kiri, terus belok kanan terus lurus lagi. Belok kiri lagi ada lampu merah, nah pas lampu merah lo berhenti dan_"

Chapitre suivant