webnovel

12. Kesurupan

Setelah itu aku kembali keluar untuk membantu teman-teman yang lain mempersiapkan makanan instan kopi dan cemilan yang lainnya nya. Aku keluar dari tenda kembali melihat kondisi Fajar yang sedikit pucat dengan tatapan kosong tadi. Aku coba untuk menanyakan kondisinya Apakah dia sehat dan baik-baik saja.

Aku berjalan menuju ke arah dimana Fajar berada,

"Jar, apa yang terjadi kepadamu? kenapa wajahmu pucat sekali." tanyaku kepada Fajar penasaran.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." jawab singkat Fajar.

"Kalau terjadi apa-apa kamu bilang ya kepada kami, biar kami semua bisa membantu kamu." jawab balik ku kepada Fajar.

"Iya ya." jawab Fajar dengan singkat.

Dari kondisi dan jawaban tersebut, aku sudah mulai curiga dengan tingkah laku Fajar ini, karena biasanya dia adalah orang yang paling ceria dengan tingkah laku yang banyak, kenapa sekarang sedikit Murung dan pucat. Seakan sesuatu telah terjadi kepadanya.

Aku menggandeng tangan Fajar dan mengajaknya untuk berada di dekat perapian, agar kondisi badanya tetap stabil tidak mengalami kedinginan.

"Ayo kita ke api unggun, biar kita nggak kedinginan." ucapku kepadanya.

Dia hanya mengangguk saja, lalu aku menggandengnya menuju ke perapian sambil membawa botol yang dibawa Fajar untuk mencari air tadi. Aku dudukan dia berada di dekat api, supaya mendapatkan panas yang cukup,

Tapi tetap saja kondisi raut muka Fajar masih pucat dan tatapannya kosong masih menyelimutinya. Aku dan Fajar sampai di api unggun dan teman-teman menanyakan kondisi Fajar.

"Kamu tidak apa apa kan, Jar kok wajah kamu pucat sekali." tanya Putri kepada Fajar.

"Aku nggak papa." Jawab Fajar sambil tersenyum dengan raut wajah yang pucat.

"Ya udah sini aja, duduk sini biar kamu mendapatkan panas nanti." ajak Risma kepada Fajar.

Aku mengajak Fajar untuk bisa lebih dekat ke api unggun, agar kondisi badannya bisa pulih. Karena aku rasa ada sesuatu hal yang berbeda dengannya.

Ternyata Risma, Shella dan Putri sudah melakukan tugas mereka yaitu memasak untuk kami semua. Risma bagian memasak mie instan sedangkan Putri mendapat tugas untuk menyiapkan minuman atau kopi untuk kami semua dan yang terakhir Shella mendapat tugas untuk menyiapkan camilan kami di semangka kacang-kacangan snack atau yang lain lain nya.

Risma mengeluarkan beberapa mie instan yang untuk kami masak bersama-sama nanti sedangkan Putri juga mengeluarkan beberapa bungkus kopi yang siap untuk diseduh tinggal menunggu air mendidih saja. Sedangkan Putri mulai membuka tasnya mengambil beberapa bungkus snack makanan ringan dan beberapa coklat dan semangka, Putri memotong semangka menjadi beberapa bagian dan membuka coklat yang siap disajikan sambil menunggu memasak mie nya matang.

"Ini semangka dan coklatnya udah siap dimakan." ucap Putri sambil memberikan sepiring potongan semangka.

"Terimakasih." ucapku kepada Putri sambil menerima pemberian Putri.

Akupun menerima piring yang berisikan semangka dan piring berisikan coklat lalu aku berikan kepada teman-teman untuk bisa kita nikmati bersama.

"Ayo teman-teman ini semangka dan coklatnya udah siap kita makan dulu untuk mengganti energi kita yang terkuras tadi sambil menunggu mie instan nya matang." ucapku kepada teman-teman yang lain.

Aku terus saja memperhatikan raut wajah Fajar yang pucat dengan tatapan kosong ke arah depan.

Apakah dia baik-baik saja? Hmmm, kenapa ya kok aku merasakan akan terjadi sesuatu setelah ini.

Smoga saja apa yang aku rasakan, bukanlah sesuatu hal yang akan menjadi kenyataan.

Memang dari awal aku sudah bisa merasakan bahwa ada sesuatu hal yang tidak beres, apalagi pada waktu di pintu gerbang pendakian. Aku bisa merasakan banyak sekali makhluk-makhluk yang tidak terlihat mulai memberhentikan tiap langkahku dan teman-teman.

Tidak itu saja, sekarang ini aku merasakan bahwa Fajar ini sedang diganggu oleh makhluk-makhluk yang tidak terlihat ini. Dia ketakutan seakan bergumam sesuatu dan terlihat pergerakan yang tidak wajar terjadi pada dirinya nya.

Sepintas saja aku melihat seperti ada bayangan putih lewat tepat di samping kanan belakangnya Fajar ini. Fajar pun semakin ketakutan seakan dia sedang diganggu oleh sosok bayangan putih itu. Nampak sekali bayangan putih itu, seperti wanita berambut panjang yang sedang berterbangan di samping kanan-kiri Fajar.

Mungkin teman-temanku tidak bisa melihat atau merasakan kehadiran dari sosok tersebut. Karena mereka tampak seperti biasa saja tanpa menghiraukan keadaan Fajar yang mulai ketakutan dan berubah-rubah.

Aku mendekat ke samping Fajar sambil menenangkan keadaannya yang mulai sedikit goyah.

"Kamu kenapa tiba-tiba seakan merasakan rasa takut lihat ini tanganmu mulai bergetar." ucapku sambil memegang tangan Fajar yang mulai bergetar seakan merasakan rasa takut yang cukup besar.

"Aku takut sekali, aku tadi mencari air aku menemui sesosok perempuan, dia ia sedang duduk di tepi mata air tempatku mencari air tadi, saat aku mencoba mendekatinya, tercium bau amis yang cukup membuat ku mual dan bercampur dengan wangi bunga seperti bunga yang ada di kuburan." ucap Fajar dengan lirikan mata kekanan kekiri, seolah dia takut akan kehadiran sosok yang ia jumpai sebelumnya.

"Kamu yang benar saja Jar, disini hanya ada kita dan pendaki-pendaki yang lain." ujarku kepada Fajar.

"Tadi perempuan itu pakai baju putih berambut panjang, terus aku coba memanggilnya, tiba-tiba saja dia menoleh kepadaku aku dan langsung terkejut saat melihat kondisi wajahnya yang sudah hancur, perempuan itu melihatku sambil tertawa terbang meninggalkanku." ucap Fajar, sambil menggigit kuku jari-jarinya, badannya bergetar merasakan rasa takut yang cukup besar.

"Kamu yang tenang saja Jar, jangan sampai pikiran kamu kosong nanti bisa dikuasai oleh makhluk-makhluk tak kasat mata penunggu di gunung ini tetap waspada." ucapku menyemangati Fajar.

Tak lama setelah itu, aku bisa melihat bahwa sosok perempuan berbaju putih itu Tiba-tiba menghilang dari belakang Fajar, dan di waktu yang sama Tiba-tiba saja Fajar langsung berteriak kencang dan tubuhnya kejang-kejang.

"TOLONG!!!" Aku berteriak sekuat mungkin, agar yang lainnya bisa mendekat ke arahku dan Fajar yang sudah tidak sadarkan diri.

Ternyata benar saja Fajar mengalami kerasukan, matanya yang fokus kini tinggal menampakan warna putih saja, tubuhnya kaku dikuasai oleh makhluk yang tak kasat mata ini, dia hanya menatap ke langit dengan wajah tersenyum.

Aku yang berada di dekatnya cukup kaget teriak ku kepada teman-teman untuk meminta bantuan.

"Guys!!! ini Fajar kenapa, apa kesurupan cepat kesini!!!" teriakku kepada teman-teman yang ada di api unggun sedang asik memasak makanan.

Teman-teman yang ada di api unggun bergegas berlari ke arahku dan Fajar. Mereka langsung berkumpul melingkari Fajar, menanyakan kondisi Fajar apa yang sudah terjadi dengan Fajar sampai bisa seperti ini.

Ada beberapa dari mereka membantuku untuk memegangi tubuh Fajar yang tidak karuan ini, tentu saja hal ini membuat aku tidak bisa tenang. Apa yang akan terjadi setelah ini...

"Ada apa dengan Fajar, kok bisa sampai seperti ini?" Tanya Mas Ryan kepadaku sambil merasakan khawatir yang cukup besar pada Fajar.

"Ini tadi mas, aku tanya sama fajar katanya dia tadi waktu mau ambil air di mata air, dia melihat sosok perempuan berbaju putih berambut panjang dan berwajah hancur tidak karuan, dia kayaknya ketakutan karena setelah dia mendekati sesosok wanita itu berpaling, sambil tertawa terbang meninggalkan Fajar mas." jawabku menyampaikan jawaban Fajar tadi.

"Mungkin saja Fajar ini sedang dikuasai sesosok perempuan itu dan mungkin saja Fajar tadi melamun dalam pikiran kosong makanya dia gampang dikuasai dalam kondisi yang lemah ini." ucap Mas Ryan kepadaku

Mas Simon yang berada di samping Mas Ryan pun mengingatkan kami untuk selalu tetap waspada dan fokus cara sampai kami dalam keadaan melamun pikiran kosong.

"Yang lain tetap fokus ya jangan ada yang melamun atau pikiran kosong karena kita udah kelelahan jadi mereka gampang untuk mengganggu kita." ujar Mas Simon.

Chapitre suivant