"Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang melamun saja." Jeni membuat alasan. Padahal sebenarnya dia memang butuh seseorang untuk sekedar mencurahkan isi hatinya yang tengah kalut. Namun tetap saja satu orang pun bahkan tak bisa mengentahui rasa pilu yang tengah Jeni rasakan saat ini.
"Mas Jeremi kok bisa tahu aku ada di sini?" Jeni segera melemparkan pertanyaan karena dia memang penasaran.
"Saya sempat ke rumah kamu. Tapi Satpam berkata kalau kamu sudah tak di rumah. Sampai akhirnya saya berinisiatif ke restaurant lalu bertemu pembantu kamu di depan yang sedang mencari angin." Jeremi menjawab dengan lancar.
"Oh begitu," balas Jeni. Lalu ia berusaha membendung kepedihan dan berusaha mengukir senyum walau tipis.
"Boleh saya duduk?" Jeremi bertanya. Di ruang belakang memang ada kursi besi berwarna putih di sana dan memang cocok untuk menyejukan hati yang tengah gundah.
"Iya, Mas. Silahkan duduk," jawab Jeni mengiyakan.
"Mas Jeremi mau minum apa?" Jeni menawarkan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com