webnovel

Bendungan Air Mata

Tatapan mata Felicia tidak mau beralih dari sepasang tangan yang saling menggenggam di depannya saat ini. Sepuluh jemari saling tertaut, menandakan rasa cinta yang besar. Reyhan bahkan tak pernah menggandeng Felicia seerat itu biasanya. Reyhan pasti sangat mencintai Fiona.

"Cia!! Cia!! Kamu dengerin Papa enggak sih?" Wajah Rangga berkerut kesal, pasalnya sejak masuk tadi Felicia terus menerus melamun, pikirannya melayang ke mana-mana. Yap, gadis itu sedang mengingat kenangan indah yang pernah ia jalani bersama pria brengsek di depannya ini.

"Eh, iya, Pa." Felicia tersentak, tatapannya beralih ke arah wajah ayahnya yang mulai nampak seperti awan gelap. Siap menyambarkan petir dan menurunkan badai.

"Jelaskan semua ini!!" Rangga menghela napas panjang, Felicia mengerutkan kening. Apa gadis itu nggak salah dengar? Jelaskan?? Kenapa dia yang harus menjelaskan semuanya?? Seharusnya Fiona dan juga Reyhan yang menjelaskan, mengatakan bahwa mereka telah menusuk Felicia dari belakang. Bagaimana pun Reyhan yang telah mengkhianati Felicia, bukan Felicia yang selingkuh 'kan?

"Apa yang harus Cia jelaskan, Pa? Bukannya Papa sudah bisa melihat sendiri." Felicia melirik ke arah gandengan tangan Reyhan dan Fiona.

"Reyhan bilang kamu tak pernah punya waktu untuknya. Kamu juga selalu menolak semua ajakan kencan dan bahkan saat mencari ornamen pernikahan pun Reyhan pergi sendiri?! Apa itu benar, Cia?!" Rangga melirik tajam, membuat nyali Felicia ciut, ia pun tertunduk malu.

Felicia hanya diam, kesepuluh jemarinya terus meremas cemas. Reyhan tidak berbohong. Felicia memang terlalu sibuk sampai membatalkan semua kencannya dan mengacuhkan Reyhan. Tapi Felicia tak pernah lupa mengirimkan pesan dan juga perhatian lewat aplikasi chatting di sela jam istirahatnya. Oke, mungkin itu kurang, Tapi bukan berarti itu juga bisa dijadikan alasan untuk Reyhan berselingkuh. Apa lagi dengan adiknya sendiri.

"Cia??" Rangga kembali menyentak Felicia.

Reyhan hanya diam dan melihat ke arah Felicia. Gadis itu terlihat berubah. Gaya rambutnya berbeda dan ia tak lagi mengenakan kaca mata tebalnya. Bibirnya telihat merah dan ranum, lalu hidungnya yang mancung membuat wajah Felicia semakin sempurna. [Kenapa saat aku memutuskan untuk menikahi Fiona, Felicia justru menjadi semakin cantik?] batin Reyhan.

Felicia mulai tertunduk, ia sudah tak tahu lagi harus berkata apa. Reyhan benar, Felicia bukan gadis yang cocok untuk bersanding dengannya. kini terserah mereka, ingin menikah pun silahkan. Felicia tak akan menghalanginya, ia sudah melepaskan cintanya pada Reyhan, mengizinkan adik dan juga mantan kekasihnya hidup bahagia.

"Cia!! Kamu denger nggak sih?!"

"Denger, Pa."

"Dasar, Bikin malu Papa saja!! Sekarang bagaimana?? Pernikahanmu batal, Reyhan memilih Fiona!! Apa kamu nggak malu dengan seluruh teman dan kolegamu?? Papa malu, Cia!! Papa juga sudah terlanjur koar-koar dengan semua kolega Papa tentang pernikahanmu. Tinggal tiga minggu lagi, bagaimana cara Papa menjelaskan pembatalan ini?!!" Rangga pun melirik ke arah Reyhan, ia juga menjadi tidak terlalu menyukai calon menantunya karena memacari anak keduanya. Bila saja Reyhan bukan dari keluarga Dirgantara, mungkin Rangga akan mengusir dan memaki-makinya juga. Kini, dia hanya bisa melampiaskan kekesalannya pada si anak sulung yang bodoh.

"Sabar, Sayang. Semua teman-temanmu tahu kamu akan berbesanan dengan keluarga Dirgantara. Tapi kan mereka nggak tahu anak kita yang mana yang akan bersanding dengan Reyhan. Tiga minggu lagi pesta pernikahan akan tetap di gelar sesuai jadwal. Tidak ada bedanya, bukan? Tak perlu malu." Anjani menenangkan Rangga.

Rangga menghela napas panjang, ia melepaskan kaca mata dan menekan sudut matanya. Rasa kecewa dan juga amarah membuatnya lelah. Orang tua mana yang tidak pusinng bila diperhadapkan hal rumit seperti ini?

"Benar, Pa. Jangan marah ya. Fiona dan Kak Reyhan saling mencintai." Fiona mengelus punggung tangan sang Ayah. Rangga tersenyum dan mengelus kepala Fiona. Gadis itu juga layak mendapatkan cinta kasih yang besar. Selama ini dia terlalu fokus dengan Felicia sampai melupakan putrinya yang lain. Apa lagi Fiona juga membuat keluarga Dirgantara tetap berbesanan dengan Atmadja, seharusnya ia bangga dengan Fiona.

"Baiklah, Sayang. Papa akan merestui hubungan kalian. Papa harap kalian hidup bahagia." Rangga tersenyum.

Air mata mulai menetes dari pelupuk mata Felicia. Ia menggenggam roknya sampai kusut, menahan untuk tidak terisak. Ucapan restu dari sang ayah pada adiknya sungguh membuat hati Felicia teriris. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Meski sakit pun Felicia hanya bisa menerima kenyataan bahwa semua kisah cintanya bersama Reyhan memang telah berakhir. Felicia terisak pelan, hatinya hancur, ia pun juga gagal menjadi seorang wanita yang kuat. Felicia tak mampu menyangkal apa pun, bersuara pun tidak mampu, sungguh sangat bodoh dan juga lemah. Memuakkan, Felicia membenci dirinya sendiri yang begitu lemah.

"Jaga putriku baik-baik, Reyhan!" Rangga beralih pada Reyhan.

"Te … tentu saja, Pa." Meski menjawab, tatapan mata Reyhan terus melihat ke sosok Felicia. Melihat punggungnya yang berkelung karena kesedihan. Reyhan menelan ludahnya dengan berat saat Felicia mengangkat kepalanya. Kenapa saat menangis Felicia seribu kali terlihat jauh lebih cantik?

"Dan kamu, Cia!! Pergi ke kamarmu!! Renungkan kesalahanmu! Dan juga kembali ke rumah ini! Papa tidak suka kamu bergaul dengan gadis nakal seperti Jessca. Dia adalah penari club! Tidak pantas berteman dengan dokter sepertimu! Jangan sampai banyak orang menilaimu sama murahannya dengan temanmu itu!!" Ucapan Rangga membuat hati Felicia semakin sakit.

Apa salah Jessca sampai dibawa-bawa dengan masalahnya? Jessca justru menolong Felicia, menampungnya, memberi semangat. Dia memang bekerja keras demi rupiah dan rela menjadi penari tiang. Tapi Jessca tidak pernah menjual diri, dia hanya tidur dengan pria yang ia cintai.

"Pa!!"

"Diam!! Papa kecewa sama kamu, Cia!! Dan jangan sampai kamu membantah lagi ucapan Papa!! Semua ini terjadi karena kamu mengabaikan nasehat Papa!! Sekarang bila kamu sudah paham, lebih baik masuk ke kamarmu dan renungkan semuanya baik-baik!! Juga jangan muncul saat Fiona menikah dengan Reyhan!! Jangan muncul karena aku tak ingin keluarga kita menjadi bahan pergunjingan." Rangga bangkit dan meninggalkan ruang keluarga. Kepalanya sangat pusing, mungkin tekanan darahnya naik karena terus mengamuk.

Felicia tercekat, ia diam di antara kumpulan serigala berbulu domba ini. Mantan, adik laknat, dan ibu tiri yang kejam.

"Kamu dengar apa kata Ayahmukan!! Cepat pergi ke kamarmu!!" Anjani membentak Felicia. Fiona terkikih dan menatap wajah sendu Felicia dengan penuh kemenangan. Akhirnya semua orang telah berpaling kepadanya. Cinta dan perhatian sang ayah juga Reyhan saat ini hanya miliknya. Bukan lagi milik Felicia. Fiona sudah berhasil mengalahkan Felicia.

"Ayo Kak Rey, kita pergi. Fio ingin makan steak!" Fiona bergelayut manja di lengan Reyhan. Sengaja menunjukan kemesraannya dengan Reyhan agar Felicia semakin terbenam oleh rasa cemburu dan air mata.

"A … ayo!" Reyhan pun bangkit.

Felicia terisak, bahunya naik turun karena tersenggal. Menangis membuat napasnya berat dan patah-patah. Reyhan menatap bahu Felicia yang berkelung. Kenapa tiba-tiba perutnya berdesir ya?

********

Chapitre suivant