webnovel

Hari Pertama Yang Menyenangkan

Riski sudah terbangun dari tidurnya pukul 3.30 pagi. Semalam Riski tertidur sangat nyenyak, mungkin karena aktifitasnya seharian yang sangat melelahkan.

"Gue harus mulai sekarang aja deh, biar nanti bisa on time nganternya." kata Riski dalam hatinya.

Riski mengucek matanya yang masih mengantuk, tetapi api semangat membangunkan tubuhnya. Apalagi hari ini sayuran ludes terjual di pagi hari, sungguh menguntungkan bagi Riski. Seakan semua usahanya kali ini di dukung oleh semesta.

Riski mulai mengeluarkan sayurannya dari kulkas, karena suara yang begitu berisik membuat Sastro juga terbangun dari tidurnya. Setelah mengeluarkan sayuran, Riski tak lupa membersihkannya. Karena takut ada sesuatu yang menempel pada sayur itu, semacam tanah, hewan kecil, dan yang lain. Riski memastikan bahwa ini harus benar-benar memiliki kualitas yang bagus.

Sastro langsung mendatangi putra kecilnya yang tengah sibuk di kulkas, "Sini, biar ibu yang membungkusnya yaa." ucap Sastro tersenyum.

"Ini di bungkus kayak gimana?" tanya Sasto yang melihat wrap, dan juga beberapa wadah.

Lalu, Riski menjelaskan ke Sastro dengan detail. Bahwa sayuran seperti sawi, kobis, dan sayuran yang berbentuk panjang akan di bungkus menggunakan wrap saja. Sedangkan sayuran seperti tomat, wortel, dan yang lain akan di tambah menggunakan wadah.

Sastro pun mengerti akan perintah anaknya dan langsung memulai membungkus satu persatu dengan rapi.

"Kamu mendapatkan ide ini darimana? Ibu gak pernah tau ada sayuran di bungkus kayak gini." tanya Sastro dengan membungkus sayuran itu.

"Tau dari internet. Soalnya di mall seperti itu, bu. Juga keliatan semakin mewah, kan?" jawab Riski yang kali ini juga ikut membantu membungkus sayurnya.

"Iyaa sih, tapi kalo masalah harga bagaimana? Apakah sama dengan yang ada di mall?" tanya Sastro, karena sebelumnya Sastro tidak pernah bertanya kepada Riski karena sibuk bekerja. Dan setelah di rumah juga banyak di gunakan untuk istirahat.

"Kalo masalah harga bakalan di samain sama yang di pasar, bu. Takutnya kalo sama kayak di mall bakalan nggak ada yang membeli, untung sedikit nggakpapa yang penting bisa laku semua. Kayak seperti ini." jelas Riski.

"Tapi udah di hitung semuanya kan? Takutnya nanti kalo malah rugi, kan di bungkus rapi seperti ini." kata Sastro mengingatkan.

"Sudah, bu. Tenang aja." balas Riski, kali ini ia menata sayuran yang sudah terbungkus di meja yang masih kosong.

Sastro dan Riski terus melakukan itu dengan tenang. Karena mereka berdua tau, jika berisik akan membangunkan Joko dan Rudy. Joko sendiri juga akan bekerja, begituoun Rudy yang akan kuliah. Jadi, Sastro dan Riski tak ingin mengganggu waktu tidur mereka berdua.

Tapi, yang namanya suara juga bakalan tetap ada. Joko merupakan orang yang paling gampang ketika bangun. Mendengar suara sedikit saja bisa membuatnya bangun.

Dan benar saja, Joko terbangun dari tidurnya dan langsung melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 4.15 pagi.

Joko langsung keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Karena Riski dan Sastro berada di sana.

"Lho? Udah mau selesai semua ya? Gue telat dong." kata Joko menyesal.

"Kurang dikit lagi kak. Paling 15 menit lagi selesai, ini masih nunggu kering yang lainnya." jawab Riski.

Joko melihat kemasan yang Sastro dan Riski buat, dengan teliti melihat satu persatu semuanya, "Rapi banget, udah kayak di mall aja." ujar Joko kagum dengan Riski yang memiliki ide seperti ini.

"Iya dong." tukas Sastro yang juga bangga.

"Lo juga buat logo seperti ini? Lo bikin darimana? Kok gue nggak pernah tau, gue kira cuman kemarin aja kartu nama. Ternyata ada logonya juga." Joko terus melihat kemasan sayur itu beserta logonya. Logo yang menurut Joko sangat bagus, dan tentu memiliki filosofi tersendiri.

Riski mengkerutkan keningnya, "Gue buat sekalian sama kartu nama, baru kemarin. Yaa, kan di mall biasanya juga ada logonya."

Sastro dan Joko di buat geleng-geleng kagum terhadap semua ide yang Riski tuangkan di sini. Bisa-bisanya, anak seusianya sudah memikirkan masalah logo? Sedangkan anak seusianya di luar sana sedang asik bermain game online.

"Lo udah siapin semuanya, ya. Gue kira cuman sayuran aja, bahkan lo juga memikirkan cara kemasannya seperti ini. Gue nggak nyangka selama ini. Ilmu yang lo dapatkan dari Widya ternyata benar-benar berguna ya, dari sana lo bisa mengembangkan semua ini." ucap Joko yang memuji Riski terus menerus.

"Lo benar-benar beruntung bisa ikut sama Widya. Kalo usaha lo bisa terkenal, lo harus berterimakasih ke beliau. Karena semuanya berawal dari sana." tambah Sastro yang menasihati anaknya, agar tak lupa yang membantunya ketika susah.

"Iyaa, apalagi lo juga di berikan gerobak kan sama Widya? Gerobak yang di depan itu kan?" tambah Joko lagi.

Riski melirik Sastro dan Joko secara bergantian, "Iyaa. Doain aja yaa."

Semua sayuran sudah di bungkus dengan rapi, semua sudah siap di antar saat jam masih menunjukkan pukul 5.30 pagi. Masih ada waktu yang banyak sebelum pukul 7.00.

Karena terlalu banyak yang di bawa, Joko berniat untuk membantu Riski mengantarkan. Setelah itu Joko akan berangkat kerja.

"Lebih baik, lo foto ini semua. Ntar gue bantuin promosi di kantor. Siapa tau disana banyak yang berminat dengan ini, apalagi banyak ibu-ibu yang bekerja dan tak sempat ke pasar. Pasti ini sangat membantu." ucap Joko ada benarnya.

Sebenarnya tujuan Riski ya untuk seperti ini. Untuk seorang ibu yang sibuk dengan kerja dan tak sempat pergi ke pasar, jadi kebutuhan dapur akan tetap terpenuhi meskipun tak pergi ke pasar. Apalagi dikemas dengan sebagus ini dan harga juga terjangkau. Ibu mana yang tidak tertarik?

"Iyaa, kak. Gue sebenarnya juga berpikiran kayak gitu, cuman belum tau cara promosiin nya. Ntar lo bawa aja kartu nama ini, sebar ke teman kantor lo." kata Riski dan langsung mengambil handphonenya.

Riski menata semua sayuran dengan rapi di meja, dan bersiap untuk memotretnya.

Cekrek.

Cekrek.

"Kirim ke gue yaa. Ntar gue bantu promosiin, yaudah sekarang lo siap-siap dulu. Habis ini gue bantuin buat anter ini semua, kalo lo sendirian gak bakalan bisa." perintah Joko dan diangguki oleh Riski.

Riski sebenarnya bisa mengendarai sepeda motor, tetapi jika jalan terlalu ramai terkadang ia merasa gugup. Ya, mungkin karena belum terbiasa. Ah, nanti juga bakalan nggak gugup.

Hati Riski terasa sangat senang kali ini, aktifitas apapun ia selalu tersenyum bahagia. Bahkan ketika sedang mandi saja, ia bisa tersenyum dan bernyanyi kecil di dalam kamar mandi.

Joko pun demikian, ia bersiap-siap dengan baju kerjanya sekalian. Karena setelah mengantar, ia berencana langsung pergi bekerja.

"Apa gue pergi beli sayur lagi, ya? Ntar kalo ada yang beli lagi bagaimana? Hmm, kayaknya harus beli lagi." batin Riski dengan memakai bajunya.

Chapitre suivant