webnovel

Chapter 13 [21+]

"Kau tau? Itu benar-benar membuat ku muak, bahkan saat setelah aku diperjalanan, dia mengirimkan banyak pesan pada ku, dan aku memblokir seluruh akses komunikasi kita! Dia mungkin menyadari jika diriku memergokinya bercinta lewat telepon," sambung Alodie pada saat dirinya selesai menceritakan seluruh cerita pada Ferisha, ya— kini Alodie tengah berada bersama dengan Ferisha.

Ferisha menatap Alodie dengan tatapan tak mengerti, "Kau memilih pria dari aplikasi dating? Tanpa tau latar belakang--

"No!" tukas Alodie, tangan Alodie bergerak meraih gelas minum lalu meneguknya kemudian kembali buka suara, "Aku tau latar belakangnya lewat zodiaknya," sambung Alodie.

Ferisha membuang muka, ia merasa jengah dengan apa yang Alodie katakan.

Saat setelah menghembuskan nafasnya perlahan, Ferisha mengalihkan arah pandang ke arah Alodie sepenuhnya, "Dengar aku, Alodie! Kau ini sedang memilih pria, kau tidak bisa melihatnya dari zodiak!"

Alodie mengernyitkan dahinya bingung, "Mengapa? Toh, aku memilih mu sebagai sahabat ku pun karena zodiak, dan kau baik. Itu berarti melibatkan zodiak adalah hal yang tepat."

Shit!

Ferisa tak habis pikir dengan apa yang Alodie katakan, sungguh - Ferisha pikir Alodie tak akan se-menyebalkan ini.

"Lalu, apa yang kau lakukan setelah ini?" tanya Ferisha sembari menatap jengah ke arah Alodie.

Alodie mengangkat bahunya acuh, "Melupakannya tentu saja, memangnya apalagi?"

Ferisha mampu bernafas dengan lega, setidaknya Alodie masih memiliki akal sehat disini, Ferisha pikir Alodie akan terus mengejar pria dari aplikasi dating itu karena zodiak pria itu. Ah, shit— Ferisha tak habis pikir.

"Namun mau bagaimana pun juga aku berencana untuk mencari pria lain asal Turki dari aplikasi dating baru yang sudah ku install di ponsel ku," kata Alodie tiba-tiba, bahkan raut wajahnya begitu santai.

Berbeda dengan Ferisha yang kini tampak menganga tak percaya, apa yang dilakukan oleh Alodie sebenarnya, apa Alodie tak mengalami trauma sama sekali?

"Apa maksud mu?" tanya Ferisha dengan kedua alis yang terangkat.

Alodie menatap bingung ke arah Ferisha, "Memangnya kenapa?" Bukan jawaban yang Alodie lontarkan, melainkan sebuah pertanyaan baru membuat Ferisha memijit pelipisnya pelan.

Sadar jika Alodie tak bisa memahami apa yang terjadi, Ferisha tampak mendongakan kepalanya, menatap Alodie dengan tatapan yang begitu sulit diartikan, "Alodie, carilah pria yang ada, yang nyata dan kau temui. Lihat dengan kedua mata mu," kata Ferisha dengan nada yang terdengar putus asa.

Lagi dan lagi Alodie mengedikan bahunya acuh, "Aku tetap akan mencoba," balasnya tetap bersikeras.

Ferisha menghembuskan nafasnya perlahan, ia bersikap untuk tetap sabar, kemudian mengaggukan kepalanya berkali-kali, setelah itu kembali buka suara, "Baiklah - mau bagaimanapun juga itu adalah pilihan mu, jadi keluarlah, aku perlu istirahat." usir Ferisha terang-terangan.

Jelas saja Ferisha merasa jengah dengan Alodie yang tampak keras kepala, lagipula mereka memiliki resort masing-masing untuk ditinggali, Alodie datang hanya untuk bercerita saja.

"Oh, ayolah. Jangan marah seperti itu," kata Alodie menekuk wajahnya.

Ferisha melipat kedua tangannya di dada, "Kalo begitu berhenti mencari pria di aplikasi--

"Tidak, tidak bisa!" tukas Alodie bangkit dari duduknya dan berlari ke arah dimana pintu berada, membuka pintu itu, namun sebelum keluar, Alodie tersenyum ke arah Ferisha - menampilkan deretan giginya, "Aku akan mencari sepuluh pria di aplikasi dating!" sambungnya kemudian pergi dan menutup pintunya kembali.

Ferisha menghembuskan nafasnya kasar, Alodie ini sangat keras kepala ternyata. Sudahlah, tak ingin memikirkan apapun tentang Alodie, kini Ferisha berjalan ke arah dimana cermin besar berada, ia berdiri di depan cermin, menatap pantulan didinya disana.

Ferisha berpikir akan membersihkan terlebih dahulu sebelum tertidur, tangannya kini mulai bergerak, membuka satu persatu kancing baju yang dirinya kenakan, kemudian melepaskannya begitu saja, hingga tersisa bra dan juga celana dalam miliknya.

Tak masalah, toh Ferisha tau tak ada siapapun di kamar miliknya, dan lagi— hanya Ferisha sendiri yang bisa membuka akses pintu resort, tidak dengan orang lain.

Tangannya kembali bergerak, membuka bra dan melepaskannya begitu saja hingga terjatuh di lantai, tak hanya itu, Ferisha pun mulai membungkukan tubuhnya, membuka celana dalam miliknya dan kembali fokus pada cermin yang ada dihadapannya saat ini.

Ferisha dapat melihat dengan jelas pantulan tubuh telanjangnya di cermin yang ada dihadapannya saat ini, Ferisha mampu melihat dengan jelas jika lekukan tubuhnya begitu sempurna.

"Baby, you are so beautiful." Suara berat seorang pria membuat Ferisha tersontak dan segera menutup bagian intinya dengan susah payah, sekalipun tidak tertutup sempurna, mengingat tangan mungil Ferisha jelas tidak dapat menutupi area sensitifnya dengan penuh.

"A-- apa yang kau lakukan?!" tanya Ferisha sembari mundur dengan perlahan.

Gavin tersenyum sembari terus berjalan mendekat, "Aku baru saja masuk, baby. Apa kau tidak menyadarinya, hm?" tanya Gavin membuat Ferisha memaki dirinya sendiri, mengapa Ferisha tak menyadari hal itu semua?

Kini, Gavin sudah ada dihadapannya, menarik pinggang Ferisha hingga tubuh Ferisha menempel sempurna di tubuh kekar Gavin yang hanya terbalut kaos polos.

"Aku tidak bisa menahannya lagi, baby..." bisik Gavin dengan diselimuti gairah.

Ferisha menggelengkan kepalanya, dirinya mencoba untuk memberontak, namun tubuhnya berkata lain, seolah Ferisha menerima apapun yang akan Gavin lakukan padanya.

"Aku sudah memotret tubuh telanjang mu secara diam-diam," bisik Gavin dengan seringai di wajahnya.

Ferisha menatap Gavin dengan sorot mata terkejut, Gavin yang melihat itu terkekeh sembari meremas payudara Ferisha dengan gerakan lembut, membuat Ferisha menelan ludahnya susah payah sembari memejamkan kedua matanya, menikmati setiap sentuhan yang Gavin berikan, nafasnya memburu, seolah Ferisha benar-benar menerima apa yang Gavin lakukan.

"Kau menikmatinya, Baby. Jadi, lakukan apapun yang aku inginkan sekarang, atau aku akan menyebarkan gambar telanjang mu itu," kata Gavin penuh ancaman.

"Pergilah ke atas tempat tidur, dan berbaringlah disana," kata Gavin penuh tekanan.

Ferisha menatap takut ke arah Gavin, namun tetap saja mengikuti apa yang Gavin katakan, Ferisha berjalan dan naik ke atas tempat tidur, berbaring terlentang di sana, melupakan tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun.

Gavin yang melihat itu tersenyum penuh kemenangan, Gavin membuka kaosnya, menampilkan tubuh atletisnya, kemudian membuka celananya pula, hingga menyisakan boxer disana.

"Jangan memberontak, dan nikmatilah baby..." kata Gavin sembari tersenyum senang ke arah Ferisha.

Gavin ikut naik ke atas tempat tidur, ia meraih sebuah tali dari dalam nakas, yang entah sejak kapan ada disana, kemudian mengikat tangan juga kaki Ferisha, berharap Ferisha pasrah pada setiap sentuhan Gavin.

"Aku tidak akan bercinta dengan mu sekarang, Baby. Tapi aku akan bermain dengan tubuh mu," kata Gavin setelah itu mulai melancarkan aksi liarnya.

Chapitre suivant