“Hihihi … serahkan anak itu sekarang juga! Dasar manusia munafik!”
Kini sosok nenek berwajah seram itu melayang di luar mobil. Mungkin karena kami melafdzakan doa-doa sehingga dia memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan kami.
“Biarkan saja, Nda. Kita tetap melafadzkan doa sampai sosok itu benar-benar lenyap, Nda.”
Aku mengangguk dan bibirku terus membaca doa-doa. Kali ini aku bertambah yakin jika sosok itu sebentar lagi akan menyerah dan lenyap untuk selamanya. Boneka itu sebentar lagi pasti akan terbakar habis dan menjadi abu.
“Nda, teman nenek apa sudah pergi?” tanya Arsya, dia masih sembunyi dipelukkanku.
“Sudah nggak ada di dalam mobil, Sayang. Arsya ikut berdoa juga ya, biar sosok itu nggak ganggu Arsya lagi.”
“Iya, Nda. Arsya berdoa terus kok di dalam hati. Arsya pengin cepat pulang, Nda.”
“Iya anak pintar. Ini lagi pulang kok. Arsya berdoanya jangan berhenti ya, biar cepat sampai rumah.”
Dia mengangguk dan masih membenamkan diri di pelukkanku.
Brak!
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com