Djaka merasa Zaskia lucu karena sampai saat ini istrinya tersebut masih belum tau siapa dirinya. Tapi meski begitu ia justru merasa senang karena ia bisa mengeksplore perempuan itu lebih jauh. Bagaimanapun Zaskia memanglah istrinya dan ia tak mau istrinya sama seperti wanita lain yang hanya mendekatinya karena tau jika dirinya sesungguhnya adalah seorang miliarder muda walau hanya dengan embel-embel penjual bakso.
"Terserah kau mu bilang apa, tapi yang pasti suatu saat nanti kau akan bangga dengan sesuatu yang saat ini kau anggap hina."
"Jangan terlalu percaya diri, melambung tinggi hanya akan membuatmu sakit jika terjatuh nanti."
"Jika kau mengerti mengapa kau sendiri tak memikirkan hal itu?" Djaka membalik apa yang Zaskia katakan hingga membuatnya tak berkutik. "lagi pula aku heran kenapa kau sangat sombong? Bukankah orang tuamu juga hanya penjual roti?"
"Hei. Orang tuaku bukan penjual roti biasa tapi bakery, dan sudah punya banyak cabang. Dan apakah kau tak pernah main ke mall? Yolanda Bakery itu tersebar di beberapa mall di beberapa kota. Bukan sepertimu yang hanya menjual bakso di ruko kecil seperti ini."
"Sudah ngomongnya? Jika sudah kenyang dan sudah selesai bicara, tidur sana!"
"Ya, aku memang mau tidur. Dan awas saja jika kau macam-macam padaku malam ini!"
"Heleh.." jawab Djaka dengan datar.
Zaskia kembali ke tempat tidur sementara Djaka kembali bekerja, malam ini ia tampak sangat sibuk. Walaupun sudah meminum kopi namun karena kelelahan membuat Djaka tetap saja merasa mengantuk, ia menguap beberapa kali meski begitu ia tetap meneruskan apa yang ia kerjakan walaupun di landa kantuk yang berat.
***
Di tempat lain di sebuah rumah kos-kosan yang terdapat di pinggiran kota kini bersembunyi seseorang pria yang menunjukkan gelagat ketakutan. Ia mengamati ponselnya dan membaca isi chat di dalam ponselnya yang berisi puluhan teror dan juga ancaman dari bukan hanya satu orang melainkan beberapa orang.
"Akkhh brengsek..!!" teriaknya sambil membanting ponselnya di atas tempat tidur.
Pria dengan perawakan tinggi dan berkulit putih itu tampak meremas rambut di kepalanya dengan kasar, tampak sekali raut wajah frustasi di wajahnya. Ia tampak sangat gelisah dan kebingungan.
"Ah sial, apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Pria tersebut mengambil dompetnya dan memeriksa isi uang dalam dompetnya yang sudah mulai menipis apalagi untuk membayar uang sewa kamar kos kosan yang kini ia tinggali. Mungkin ia memang bisa saja menuju atm untuk mengambil beberapa uang miliknya. Namun unuk saat ini mungkin baginya sembunyi akan lebih baik karena untuk saat ini dirinya adalah buronan polisi.
Ya, pria itu adalah Alvin Melvino Dimitri, pria yang seharusnya kemarin menikahi Zaskia namun sama sekali tak menampakkan batang hidungnya hingga kini. Kini Alvin memang sedang bersembunyi karena beberapa kliennya telah melaporkan dirinya ke polisi atas tuduhan penipuan dan penggelapan uang. Bisnis kulit yang ia rintis beberapa tahun terakhir rupanya tak berjalan mulus karena rupanya setahun belakangan ini Alvin justru menggunakan kulit palsu untuk produk yang ia jual di pabriknya. Kini pabriknya merugi besar, karyawanpun juga menuntut haknya yang belum Alvin berikan.
Ia sendiri bahkan tak menyangka jika dirinya akan menjadi buronan polisi tepat di saat ia seharusnya menikah dengan wanita pujaan hatinya. Alvin memang pengusaha muda yang bisa di bilang cukup sukses dengan bisnisnya. Hanya saja entah mengapa ia menjadi salah langkah akhir-akhir ini dan berujung membuat hidupnya sulit sendiri.
"Zaskia maafkan aku, aku tau aku mungkin telah menyakitimu dan membuatmu kecewa, tapi asal kau tau saja aku melakukan semua ini juga demi dirimu, demi bisa menikahimu." Gumam Alvin yang teringat dengan kekasihnya tersebut.
Alvin dari kemarin ketakutan dan stress memilih untuk menyendiri dan bersembunyi. Kini pria tersebut menjulurkan tangannya kembali meraih ponsel yang sebelumnya ia buang dengan kasar di atas tempat tidur.
Alvin hendak menghubungi Zaskia, namun sedetik kemudian ia mengurungkan niatnya, jika Zaskia tau dimana ia berada saat ini itu artinya polisi juga akan tau dan menangkapnya dan Alvin belum siap untuk itu. Ia memilih untuk mengambil kartu dari dalam ponselnya untuk menyembunyikan diri dari polisi yang bisa saja melacak keberadaannya lewat gps.
Alvin sendiri bahkan belum tau jika kini kekasih yang ia cintai tersebut dinikahi oleh kakaknya sendiri. Ia tak tau jika masalah yang ia perbuat justru menimbulkan masalah yang lebih besar hingga membuat kekasihnya jatuh kedalam pelukan orang lain. Dan entah sampai kapan ia akan bersembunyi seperti ini terus tanpa tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
***
Pagi hari pun tiba. Entah mengapa pagi ini Zaskia bangun lebih dulu dari pada suaminya, ia sendiri heran bagaimana mungkin ia bangun pagi seperti ini. Perempuann itu duduk dan mengucek matanya yang masih terasa lengket. Ia melirik kesamping dan tak menemukan Djaka terbaring disana. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Zaskia tertegun sesaat mendapati Djaka tertidur di atas meja kerjanya dengan laptop yang masih terbuka. Tampaknya pria itu begitu kelelahan sampai-sampai ketiduran di atas meja seperti itu padahal biasanya ia lah yang lebih dulu bangun dan membangunkan Zaskia juga.
Zaskia berjalan mendekati Djaka ia ingin menyentuhnya dan membangunkannya karena ia tau jika Djaka juga harus menunaikan ibadah paginya. Namun ujung jari Zaskia yang sudah hampir menyentuh Pundak Djaka perlahan ia Tarik kembali, bukan ia tak ingin membangunkannya, tapi ada rasa gengsi dalam dirinya untuk melakukan hal itu mengingat ia memang masih belum bisa menerima Djaka menjadi suaminya.
"Ehm.. ehmm." Zaskia berdeham cukup keras di dekat Djaka berharap pria itu bangun segera namun rupanya tak ada respon sama sekali.
"EHMMM… EHMMM.." ulang Zaskia yang kini berdeham dengan nada yang lebih keras dari sebelumnya. Namun sekali lagi Djaka sama sekali tak meresponnya, sama sekali tgak ada pergerakan dari pria itu.
'Kenapa dia tak bangun juga? Sebenarnya dia tidur atau pingsan?' batin Zaskia yang merasa kesal karena usahanya tak berhasil untuk mencoba membangunkan Djaka.
"Heh Joko. Ini sudah subuh. Apakah kau tak mau bangun?"
"Hei, kemarin kau membangunkanku dengan kasar dengan menyiram air ke wajahku, tapi hari ini kau bahkan lebih parah dariku, kau tidur seperti kerbau."
'Ih, kenapa dia masih tak bangun juga?' kali ini Zaskia semakin geram dan kesal. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil segayung air, rasanya ini mungkin memang kesempatan baginya untuk membalas dendam pada Djaka atas apa yang ia lakukan kemarin.
Gayung berisi air sudah di tangannya, ini adalah waktu yang tepat untuk sebuah pertunjukkan yang bagus, ia tersenyum sesaat.
"Euuh…" Djaka menggeliat walau masih dengan mata terpejam, ia sepertinya mengigau.
"kenapa dia?" gumam Zaskia.