Dan tentu saja yang membuat Zaskia merasa ilfil kepada Djaka adalah profesinya yang merupakan seorang pengusaha bakso. Mungkin hal tersebut juga tidak buruk. Tapi bagi Zaskia hal itu bukanlah sesuatu yang bisa di banggakan. Jujur saja Zaskia menganggap Djaka adalah pria rendahan yang tak memiliki masa depan. Baginya Djaka sangat jauh jika di bandingkan dengan Alvin yang sukses dengan bisnis kulitnya.
"Oke, kalau begitu kita tunggu 15 menit. Aku yakin Alvin akan datang," Jawab Zaskia yakin. Hati kecilnya mengatakan jika Alvin akan datang dan memperbaiki semua kekacauan ini.
Saat semua orang menunggu, penghulu datang mendekat ke arah pak Chandra selaku penyelenggara hajat tersebut.
"Maaf Pak, tapi pernikahan ini jadi dilangsungkan atau tidak ya? Ini sudah lewat dari waktu yang di tentukan." Tanya penghulu itu yang merasa heran karena situasi masih terasa adem ayem seolah waktu masih panjang sementara semua tamu sudah datang dan membuat suasana juga semakin gaduh.
"Maaf pak penghulu. Bisa tunggu 15 menit lagi?"
Penghulu tersebut melirik kearah jam tangannya. "Baiklah. Tapi saya tak bisa menunggu lewat dari 30 menit. 45 menit lagi saya sudah harus sampai di lokasi kedua," Tukas penghulu tersebut yang rupanya hari ini juga bertugas menikahkan beberapa orang di lokasi berbeda.
"Baik Pak, saya janji setelah 15 menit acara akan di langsungkan," Jawab Chandra dengan yakin.
Sementara itu Zaskia yang tampak cemas mondar mandir sambil memegangi ponselnya. Ia berharap setidaknya Alvin akan menghubunginya untuk menjelaskan segalanya yang terjadi. Atau paling tidak memberi kejelasan jika dirinya pasti akan datang dan tidak membuat dirinya jadi harap-harap cemas tak menentu seperti ini.
"Zas, kok acaranya belum mulai juga sih? Tamu sudah pada datang lo, semua orang jadi bertanya-tanya." Seseorang mendekat dan menepuk bahu Zaskia membuat Zaskia berjingkat terkejut.
"Nindy… lo ngagetin gue aja."
"Ada apa sih Zas? Apakah ada masalah? Wajah loe kelihatan tegang banget."
Zaskia spontan langsung memeluk Nindy, sahabatnya tersebut dengan erat. Ia menangis di pelukan gadis tersebut. "Nin, Alvin menghilang, dia gak datang ke pernikahan kami. Hiks hiks.."
"Hah? Menghilang gimana? Mana mungkin dia gak datang? Ini kan hari penting buat kalian."
"Gue juga gak tau. Hari ini tiba-tiba saja Alvin gak bisa dihubungin. Sama sekali gak ada kabar dan sama sekali tak ada petunjuk. Keluarganya saja juga gak tau dia dimana. Semuanya hancur Nin, masa depan gue… hiks hiks."
"Trus? Gimana dong, masa acara pernikahan ini batal begitu aja? Zas, mana mungkin Alvin ninggalin lo begitu saja? Pasti dia ada ngomong sesuatu sebelumnya, atau mungkin ada suatu masalah?"
Zaskia menggeleng kuat. "Gak Nin, antara kami sama sekali gak ada masalah. Loe lihat nih! Semalem aja dia masih chat gue mesra," Zaskia menunjukkan pesan yang di kirimkan Alvin semalam sampai akhirnya tiba-tiba saja dia menghilang.
Nindy yang melihat deretan pesan yang di kirimkan Alvin semalam juga merasa heran jika samapi hari ini semuanya menjadi seperti ini. Pernikahan yang sahabatnya idam-idamkan. Pernikahan yang selalu ia bayangkan akan bisa bahagia dengan Alvin justru kini menjadi sebuah malapetaka.
"Jika tepat jam 11 nanti Alvin masih tidak datang juga, kakaknya yang akan menggantikan Alvin untuk menikahiku. Nin, loe bayangin aja gue bakalan nikah sama cowok yang gak gue suka. Gue gak cinta sama sekali sama dia."
"Kakaknya Alvin? Yang mana?" Nindy tampak heran, ia juga tercengang dengan penjelasan yang sahabatnya ucapkan barusan.
Zaskia menunjuk kearah dimana Djaka berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada. "Itu dia, namanya Djaka atau Joko, entahlah. Yang jelas gue gak suka sama dia. Dan tiba-tiba gue harus nikah sama dia. Gue gak mau Nin," keluh Zaskia merengek pada sahabatnya.
"Zas, lo serius? Dia gak buruk kok. Dia cukup tampan, dan … keren," Di luar dugaan ekspresi Nindy justru menunjukkan sebaliknya. Ia merasa jika Djaka tidaklah buruk.
"Nin, buka mata loe lebar-lebar! Yang bentukannya kayak gitu lo bilang tampan? Keren? Mata lo katarak apa?"
"Serius, dia itu lumayan. Kalau loe gak mau gue juga mau kok."
"Gila Loe Nin! Nin, Loe tau sendiri kan, gue itu cita-citanya pengen nikah sama cowok seorang CEO. Sedangkan dia? Dia itu usahanya jualan bakso. Jauh banget kan? Gue itu maunya nikah sama CEO, bukan tukang bakso!" keluh Zaskia merengek karena harapannya selama ini justru tak sesuai dengan kenyataannya.
"Terus, kalau loe gak mau sama tuh penjual bakso loe mau menanggung malu dengan batal nikah? Loe tau sendiri kan di daerah kita itu siapa yang batal nikah dia bakalan dicap sebagai perempuan pembawa sial." Nindy mengingatkan sahabatnya tentang mitos mengerikan itu.
"Tapi Nin,"
Kini tanpa terasa waktu sudah menunjukkan tepat pukul 11 pagi. Waktu untuk menunggu Alvin sudah habis. Penghulu juga sudah tampak tak sabar karena juga sudah di buru dengan jadwal pernikahan yang lainnya.
"Zas, kita harus segera memulai acara pernikahan ini." Chandra mendekati putrinya dan menarik tangannya.
"Tapi Pa, aku gak mau. Aku gak bisa. Bagaimana jika nanti stelah aku menikah Alvin kembali? Aku harus bagaimana?" Zaskia menunjukkan mata sendu dan raut jawah yang sedih. Perasaannya begitu hancur dan harapannya seketika menjadi musnah.
"Jika nanti Alvin kembali maka dia bukanlah jodohmu, jodohmu adalah orang yang bersedia menikahimu dan membimbingmu menjadi istri yang baik. Percayalah. Tak ada pria yang lebih baik dari Djaka," Ucap Chandra merasa sangat yakin walaupun ia sendiri belum mengenal sosok Djaka.
Namun bagaimana pun kini tak ada pilihan lain lagi, ia dan Djaka memang harus menikah walaupun tanpa cinta. Kini Djaka mendekati Zaskia, tampaknya ia ingin menanyakan sesuatu hal kepada perempuan itu.
"Kita harus segera menikah. Apakah kau siap?"
Zaskia menggeleng karena bagaimana pun ia tak pernah siap untuk hal ini, karena semua kejadian ini sungguh di luar dugaannya. Matanya mulai mendung, air mata bahkan sudah menggantung di sudut matanya siap jatuh kapan saja walau sekeras apapun ia mencoba menahannya sampi hidungnya berwarna merah.
"Kau minta mahar apa dariku?" tawar Djaka kepada gadis di hadapannya yang bahkan tak mau menatap dirinya.
'Sok-sokan menawariku mahar, memangnya dia punya apa? Hanya penjual bakso tapi tapi belagu.' Batin Zaskia yang merasa dongkol dengan pertanyaan pria itu yang baginya adalah sesuatu yang lucu.
"Memangnya Kau punya apa?" tanya Zaskia merendahkan Djaka.
"Aku bertanya padamu, karena Mahar adalah sesuatu yang diinginkan seorang calon istri yang harus di penuhi oleh calon suaminya. Hanya saja sebaik-baiknya mahar adalah yang tidak memberatkan calon suamimu."
"Cih, bilang saja kalau kau ini kere." Sindir Zaskia yang hanya di balas sebuah senyuman tipis Djaka.