webnovel

Bermain Alat Musik Ala Istana

Esok harinya, Pamela bermain ke taman seperti biasanya.

Dia bermain di taman sambil bernyanyi dengan riang. Para Peri tak ada yang bosan untuk menyaksikan pertujunkan yang dilakukan oleh Pamela.

Mereka turut bernyanyi dan berdansa ria dengan pasangan Peri mereka.

[Terbanglah ... dan raih tanganku.

Senyuman adalah aset untuk tetap menjalani kehidupan ....]

Nyanyiam itu menutup pertunjukan. Pamela menundukkan sesaat tubuhnya di depan para Peri.

"Wuaah ... indahnya ...!" tukas Para Peri itu seraya bertepuk tangan.

Dan tepat di saat itu pula datang seorang Peri Pengerajin Istana. Dan dia membawakan satu buah biola untuk Pamela.

"Tuan Putri, Ratu menyuruh saya untuk mengantarkan benda ini," ucap Peri itu.

"Wah, bagus sekali!" Pamela tampak takjub.

Dia meraih biola itu dari tangan si Peri.

"Ini benar-benar untukku?" Pamela bertanya dengan kedua mata yang berbinar, ini seperti mimpi baginya.

"Iya, Tuan Putri," jawab si Peri.

Pamela nyaris menangis karena saking bahagianya. Dia tidak menyangka akan memiliki benda ini.

Sudah lama Pamela menginginkan sebuah biola. Namun semua itu hanya ada dalam angan saja, dan tidak akan pernah bisa ia memimilikinya. Karena orang tuanya sudah pasti tidak akan mau mengeluarkan  banyak uang hanya demi barang yang menurut mereka tidak pernting.

Pamela selalu barkhayal dapat menyentuh dan memainkan biola seraya bernyanyi.

Dia selalu menonton vidio tentang artis yang memainkan alat musik itu.

Pamela berharap suatu hari nanti dia dapat seperti orang yang ada di dalam vidio itu.

"Aku benar-benar memilikinya! Yah! Aku memilikinya!" teriak Pamela dengan lantang, tubuhnya sampai melonjak-lonjak sebagai ungkapan  rasa bahagianya.

"Wah, Anda terlihat senang sekali, Tuan Putri," tukas si Peri Pengrajin.

"Tentu saja, karena dulu orang tuaku selalu menentangku untuk bermain musik, tidak seperti di sini!" jawab Pamela secara reflek.

Dan jawaban itu membuat para Peri tampak keheranan.

"Maksudnya apa?" tanya si Peri Pengrajin.

"Hah?" Pamela baru tersadar akan ucapannya.

"Ah, aku tadi salah bicara ya?" 'Oh, astaga!'

Pamela menepuk keningmu sendiri.

"Huft ... maksudku, dulu aku takut Ibu melarangmu bermain musik, tapi ternyata Ibu malah mendukungku!" tukas Pamela seraya tersenyum paksa.

Jawaban Pamela itu masih membuat para Peri menjadi bingung. Karena setahu mereka, Ratu Vivian  selalu mendukung Ximena untuk bermain alat musik.

Namun setelah beberapa tahun belakang ... entah mengapa Ratu Vivian tidak lagi menyuruh Ximena untuk belajar musik kepada Peri Musik, dan mereka tidak tahu apa alasannya.

Pamela menangkap kecurigaan para Peri itu.

Dan dia segera mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan.

Pamela menggesek busur biola itu dengan tekhnik asal-asalan.

Sehingga suaranya terdengar sumbang. Para Peri menutup telinganya masing-masing.

"Upps, maaf ...." Pamela kembali menaruh biolanya.

"Aku belum pernah belajar alat ini, sehingga mengeluarkan suara yang jelek," ujar Pamela.

Peri Pengrajin mengajak Pamela untuk mendatangi  Peri Musik, dan di sana Pamela bisa belajar bermain biola atau alat musik yang lainnya.

"Tuan Putri, mari ikut, saya akan mengantarkan Anda ke tempat Peri Musik. Ratu bilang hari ini Anda memiliki jadwal untuk latihan, 'kan?"

"Ah ... kau benar!" jawab Pamela.

Dia bersyukur Peri Pengrajin mengajaknya pergi, sehingga dia bisa terhindar dari para rakyat yang menanyakan tentang tingkah anehnya.

Selain itu, di dalam ruangan Peri Musik, dia bisa menemukan berbagai alat musik mewah dan juga antik. Dan di sana, dia bisa bermain alat musik apa saja. Hanya alat musiknya memang sedikit berbeda dengan yang ada di dunia manusia.

Di sini benda-benda terlihat sangat antik, dan semuanya masih dengan sentuhan manual berbalut magis.

Penerangannya dalam ruangan, terbuat dari kekuatan sihir. Pokoknya tidak ada alat-alat berat seperti di dunia manusia, namun kehidupan di sini juga tak kalah mudah dari kehidupan di dunia manusia.

Karena semua penduduk di Negri Violet memiliki kekuatan dan juga sihir yang dimiliki secara alami.

***

Pamela tampak begitu kagum melihat ruangan itu.

"Wah ... benar-benar menakjubkan!" puji Pamela.

"Mari, silahkan mendekat Tuan Putri," ujar si Peri Musik.

Pamela melihat ada sebuah harpa berukuran besar, bentuknya sangat indah dan mewah, bahkan lebih mewah dari harpa yang biasa ia mainkan sebelumnya.

Di dunia manusia, dia juga memilki sebuah harpa, namun sudah sangat jelek. Dan beberapa besinya sudah karatan, senarnya juga tinggal beberapa helai saja. Karena benda itu adalah harpa warisan dari mendiang neneknya. Selain alat musik usang itu, Pamela tidak memiliki alat musik lainnya.

Pamela benar-benar menikmati berada di tempat itu.

"Baiklah, Tuan Putri, bisa kita mulai sekarang?"

"Iya!" jawab Pamela bersemangat.

"Sebelum bermain biola, kita harus mengusap bulu-bulu busurnya dengan getah damar," jelas si Peri.

"Ah, begitu,  ya?" Pamela menganggukkan kepala, dan

Si Peri melanjutkan kalimatnya.

"Jangan lupa pegang dengan kencang busurnya," Peri Musik membetulkan posisi busur biola yang ada di tangan Pamela. Dan gadis itu tampak pasrah namun juga antusias.

"Mari kita lakukan penyeteman pada senar biola. Dan kita bisa memulainya dari nada yang rendah."

"Bagaimana caranya?" tanya Pamela.

"Begini, biar kuberi tahu." Peri itu menjelaskan secara rinci cara bermain biola dengan benar. Dan stiap kalimat yang diucapkan oleh Peri Musik, Pamela menangkapnya dengan baik.

Belajar bermain alat musik bagi Pamela sangat menyenangkan, tidak seperti saat ia belajar kimia dan matematika. keduanya benar-benar sangat memusingkan. Dan dia sama sekali tidak menikmatinya. Lain halnya pada saat bermain alat musik.

*****

Beberapa jam kemudian, Pamela sudah mulai bisa memainkan busur dan menyesuikan nada. Meski belum begitu mahir.

Namun ini progres yang baik bagi Pamela. Dia tidak pernah merasa belajar sesuatu dengan semudah ini.

"Wah, bermain biola itu sangat menyenangkan, ya?" tukas Pamela.

"Tentu saja, apalagi jika Anda memiliki bakat yang luar biasa ini," tanggap si Peri Musik.

***

5 jam telah berlalu, dan itu terasa pendek bagi Pamela. Dia sangat betah berada dalam ruangan ini, namun Camelia malah sudah menjemputnya.

"Tuan Putri, Anda harus pulang, karena ini sudah lewat jam makan siang," ujar Camelia.

"Baiklah," Pamela berpamitan kepada si Peri Musik, "aku pulang dulu, ya!" Pamela melambaikan tangan kearah si Peri.

"Baiklah, Tuan Putri," jawab si Peri seraya menudukkan kepalanya sesaat.

Peri Musik merasa aneh dengan Ximena, kerena seingatnya Ximena dulu tidak menyukai bermain musik, bahkan dia pernah menghancurkan ruangan musik karena permainan biolanya yang asal-asalan. Tak hanya itu, dia juga pernah merusak harpa hanya dengan sekali sentuhan saja.

Sejak saat itulah Peri Musik menyerah, dan enggan mengajar Putri Ximena lagi. Ratu Vivian juga menuruti permintaannya. Karena Ratu melihatkan dengan mata kepalanya sendiri, jika Ximena itu mirip seekor monster yang bisa menghancurkan sesuatu, hanya dengan suara nyanyian jeleknya dan permainan alat musik yang seperti bencana.

Namun anehnya, sekarang Ximena terlihat sangat berbakat, dan bahkan dia begitu antusias untuk belajar.

"Ini seperti bukan Tuan Putri Ximena yang kukenal," tukas si Peri Musik.

Bersambung ....

Chapitre suivant