webnovel

Misi Dibalik Ambisi

Sang pelayan datang tepat di saat Farhan sangat membutuhkan minuman segar yang tak hanya ingin menyegarkan namun dia ingin menetralkan jiwa matrealismenya lantaran uang yang dipegang Monika masih dibungkus amplop dan belum tahu bagaimana cara mendapatkannya.

"Ini minumannya Pak, Bu!" ujar si pelayan.

Tak jauh berbeda dengan Monika, dia menyeruput jus jeruk yang dipesannya lalu dia segera bicara.

"Kamu pacari istrinya Ridho, jika kamu berhasil menikahi dia maka akan ada sejumlah uang tambahan yang isinya akan lebih tebal dari jumlah ini!"

Kembali Farhan menelan salivanya sendiri, dia bingung bukan kepalang karena baru saja dia meniduri pacarnya seminggu yang lalu. Jika dia hamil maka kerjasama dengan Monika akan melayang begjtu saja.

"Jika iya, amplop ini detik ibi juga akan saya berikan! Namun jika tidak, maaf amplop ini akan kembali ke rekening bank saya lagi!"

"Saya siap!"

Segera Farhan simpulkan tanpa bolak balik mempertimbangkan tentang pacarnya, dia hanya ingin isi amplop yang ada di tangan Monika.

"Deal?" tanya Monika dengan menjulurkan satu tangan kanannya sebagaj bukti kesepakatan.

"Deal," tegas Farhan.

Amplop kuning pun segera menempel di telapak tangan Farhan, segera jemari Farhan menggemgamnya dengan erat lalu Monika lekas berdiri dan pamit .

"Saya harus segera pulang! Kabari jika ada hal-hal yang urgen!" seru Monika kemudian.

Mengangguk dengan sama-sama berdiri sebagai rasa hormat Farhan ke Monika, selepas perginya Monika, Farhan duduk kembali sembari tengak tengok ke semua ruangan menjaga supaya tidak ada orang yang mengenal sekaligus melihat aktifitas dia di sana.

"Aku hitung dulu!" ujarnya.

Hanya mengeluarkan sebagian ke atas permukaan amplop supaya mudah untuk dimasukkan kembali sekaligus faktor keamanan juga.

"Ini nggak salah? Jumlahnya lima kali lipat UMR aku kerja di sini! Oke, aku coba dulu pendekatan lewat telepon! Bulan depan pas ada jadwal pulang aku akan coba menemuinya!"

Mencoba bertanggung jawab atas usaha yang untungnya sudah dia dapat lebih dulu, meski itu pengalamannya yang pertama menjadi pebinor( pengganggu Bini Orang) tapi demi jumlah uang yang ada di amplop Farhan sangat siap dengan resiko yang akan dia dapat.

"Aku sih aslinya bingung, aku ini playboy tapi tidak pernah seumur hidup aku mendekati perempuan yang bersuami. Apalagi ini istri teman aku sendiri. Aduuuh! Tapi sudahlah aku harus bisa, sebab jika aku berhasil maka jumlah ini akan lebih banyak!'

Bisikan syetan sangat menguasai otak serta hati Farhan saat itu supaya melancarkan misinya, segera dia pergi meninggalkan kafe tersebut dan menemui pacarnya untuk mencegah kegagalan jika dimungkinkan akan mengganggunya.

"Step pertama aku harus meyakinka jika Raisa tidak menanam benihku menjadi janin yang akan mengancam tambang emas aku ini! Aku harus cari obat atau apapun itu solusinya supaya dia tidak hamil dan yang pasti tidak mengejarku lagi!"

Langkah Farhan semangat menuju tempat Raisa, dia menelepnnya supaya bertemu di suatu tempat.

***

"Sayang, kamu kok lama? Nggak bawa ponsel pula, jika ada apa-apa bagaimana? Ini kan sudah malam,"

Datang-datang Monika langsung dicecar beberapa pertanyaan dari Ridho, namun dengan santai Monika menjawab.

"Aku nggak apa-apa! Cuma tadi aku melihat sepasang suami istri yang romantis tanpa beban menutupi statusnya, dan aku tertegun cukup lama di sana membayangkan bisa seperti pasangan seperti mereka," papar Monika

Sambil berlalu Monika menuju kamar mandi, dia cuci kaki dan tangan lalu mengganti pakaian. Setelah itu dia rebahkan badannya di atas ranjang. Namun tiba-tiba dia terbangun kembali saat kepalanya terasa berat.

"Kepalaku!' rintih Monika.

Hork HoeK Hoek

Setelah mengeluh sakit kepala, kemudian Monika mual dan muntah hingga dia krpasan mengeluarkan kotoran di baju serta lantai karena telat menuju kamar mandi.

"Sayang kamu sakit ya? Sini aku bersihin dulu! Kamu ganti bajunya lagi , nanti aku beli wedang jahe kemungkinan kamu masuk angin karena tadi kelamaan di luar!"

Dibopongnya tubuh Monika ke atas ranjang setelah pakaian kotornya dia buka lalu dia ganti setelah di atas ranjang.

"Kamu mau ganti baju dulu atau ...?"

Pertanyaan Ridho terhenti saat mulutnya ditutup oleh telapak tangan Monika sekaligus menarik tengkuknya untuk dia sentuh oleh bibir serta membasahinya dengan saliva dia dari lidahnya.

"Hangatkan aku dengan cinta kamu dulu sayang! Aku hanya butuh kamu!" bisik Monika.

Paham namun Ridho harus menerima hal buruk ketika mulut Monika kembali mengeluarkan cairan kotor sisa-sisa makanan dari mulutnya, segera dia bersihkan dan segera pula dia mengambil pakaian dan mengajaknya ke rumah sakit.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit sayang! Wajah kamu pucat sekali, aku takut kamu ada apa-apa,"

Namun Monika bersikukuh untuk tetap di atas ranjang dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan kain selimut tebal lalu bicara prlan pada Ridho.

"Tolong hubungi dokter Dahlia, Biar aku carikan dulu!" seru Monika.

Jaro tangannya masih kuat untuk mencari kontak telepon bernama dokter Dahlia, setelah muncul Monika klik tombol telepon dan setelah terhubung Monika memberikannnya pada Ridho supaya disuruh datang ke apartemennya.

"Suruh dokter ini datang ke apartemen kita!" seru Monika.

Ridho pun duduk di samping Monika sambil mengusap punggungnya dengan lembut dan satu tangannya lagi dia gunakan untuk menelepon dokter Dahlia .

"Hallo Dok! Bisa minta tolong untuk datang ke apartemen nomor 541? Saya Ridho suaminya Monika," ujar Ridho langsung pada inti pokok persoalan.

"Oh ya siap, sebentar saya panggil dulu supir!" sahut sang dokter.

Supaya cepat menutupi tubuhnya, Ridho mencari pakaian yang mudah dikenakan Monika.

Daster berbahan dasar kain tenun yang dibeli dari Lombok kemarin, Ridho pakaikan dengan cara memasukannya mulai dari kepala Monika.

Kondisi tubuhnya tiba-tiba drop hingga tak mampu bergerak banyak kendati sebatas duduk untuk mengganti pakaian.

Tok Tok Tok

Sebuah bunyi ketukan pintu l yang mendorong kaki Ridho lekas beranjak menuju pintu guna membukanya.

"Saya dokter Dahlia," ujar sang tamu.

".Oh ya, saya Ridho suaminya. Silakan masuk!"

Ridho pun mempersilakan dokter tersebut masuk langsung ke kamarnya, ketika sudah sampai Monika melebarkan ke dua tangannya menyambut kedatangan dokter Dahlia tersebut.

Sontak hal tersebut membuat Ridho mengernyitkan dahinya, lalu tanpa diminta Ridho Dokter Dahlia pun mengungkapkan jika hubungan Monika dan sang dokter adalah sepasang sahabat lama.

"Kami bersahabat sejak SMA, sejak saya menikah dan memiliki anak. Kita jadi jarang ketemu," jelas Dahlia pada Ridho.

"Oh ya Beib apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya sang dokter.

"Kepalaku tiba-tiba berat, mual serta ingin muntah terus," lirih Monika.

Melempar senyum pada Monika dan Ridho setelah sang dokter memeriksa bagian dada, mata serta perut.

"Besok kamu coba di cek USG deh ke dokter kandungan! Sepertinya kamu lagi mengandung deh Beib,"

Chapitre suivant