webnovel

Menggunting Pakaian Dalam

"Sayang, sekarang juga ganti celana dalam kamu di sini!" seru Monika.

Ridho menelan salivanya sendiri, dia bingung sebab yang diperintah Monika membuat dia risih.

"Kok malah bengong apa kamu mau aku yang pelorotin celana kamu?" tawar Monika.

Ridho masih saja bengong dengan apa yang diserukan oleh Monika tersebut.

"Sayang, setelah ini kita mau ke apartemen kan? Kenapa nggak di sana saja sih gantinya? Lagian ini kan di mobil, kalau ada orang lihat bagaimana?" sanggah Ridho.

Monika sepertinya tidak mau adu argumen dengan Ridho, dia segera buka resleting celana panjang Ridho lalu membukanya sampai polos tidak tertutup satu helai pun.

"Mobil aku ini harganya milyaran rupiah, kacanya tebal dan tidak tebus pandang. Makanya kamu nggak usah banyak pertimbangan!" jelas Monika

Ada rasa risih tapi Monika menahan tawanya saat melihat milik Ridho menunjuk tertuju padanya.

"Kamu harus tanggung jawab ya sayang!" Ridho menyeru balik.

Namun Monika bersikap santai, dia malah mengeluarkan selembar tisu lalu mengelap seluruh bagian milik Ridho tersebut dengan lembut.

Ridho sampai menahan gejolak hasratnya itu sampai Monika sambil memperhatikan Monika sampai di mana dia memperlakukan dia.

"Loh kok malah ditutup sayang? Ini kan mubazir? Atau kamu sudah tidak nafsu lagi dengan kesukaan kamu ini?"

Ridho yang awalnya berekspektasi jika Monika akan membuat dia mengeluarkan cairan putihnya namun justru Monika malah memasukkan celana dalam yang baru dia beli sekaligus celana jeans yang ukurannya cuma dia kira-kira saja.

"Untuk satu ini aku istrimu maaf harus menentang sebab aku punya rencana lain yang membuat kamu pasti akan lebih happy!"

Ridho sangat penasaran dengan pernyataan Monika tersebut, namun apa boleh buat dia seperti suami yang menjelma jadi pengawal pribadinya yang harus mengikuti apapun yang diperintah tuannya.

"Lantas itu kamu beli gunting untuk apa?" tanya Ridho kemudian.

Mata Ridho terbelalak saat Monika menggunting celana dalam yang kotor yang terakhir dipakai Ridho sampai menjadi beberapa bagian.

Bukan hanya celana dalam saja namun celana panjang pun sama digunting Monika sampai menjadi beberapa lembar tidak beraturan.

"Maksud kamu apa ini?"

Ridho marah matanya bulat sempurna sebab Monika melakukan sesustu yang sangat ekstream di depan dia.

"Mentang-mentang aku miskin lalu kamu seenaknya membuat pakaian aku serusak Ini! "

Monika tidak merasa takut Ridho marah seperti itu, dia malah memasukkan potongan celana dalam dan celana panjangnya yang tadi ke dalam kantong kresek lalu dia keluar dan memasukkannya ke dalam tong sampah.

Setelah masuk lagi, Monika tersenyum dan mengecup pipi Ridho yang mukanya datar tidak merekahkan senyum meski sedikit saja.

"Sayang aku hanya ingin kita membuka lembaran baru! Bukankah kata orang tua dulu jika membuang pakaian dalam sejelek apapun jangan dalam keadaan utuh, ditakutkan bisa dipungut oleh orang yang membutuhkan lalu dipakai dan itu bahaya kan dari sudut pandang kesehatan. Dari segi magis bukankah pakaian dalam bisa diperalat seseorang untuk melakukan ritual ilmu hitam? "

Dari pemaparan Monika barulah paham jika apa yang dilakukan oleh Monika sudah tepat.

"Kalau untuk celana dalam okelah aku paham, tapi untuk celana panjang bukankah lebih baik aku kasihkan ke orang yang membutuhkan? pahalanya kam akan akan mengalir sampai ke anak cucu kita!" sanggah Ridho.

Monika tepuk jidat, dia sadar dia salah dan dia balik minta maaf.

"Kalau itu aku akui salah deh! Lain kali aku pasti sedekahi biar anak kita banyak!"

"Aamin! "

Ridho tak sadar mengaminkan harapan Monika padahal dengan Rani saja yang sudah hampir beberapa bulan menikah belum menunjukkan jika dia punya anak.

"Sudah jangan ngobrol terus sekarang kita lanjut ke mana?"

Ridho merasa salah mengaminkan ucapan Monika lalu dia tutupi dengan menyalakan stater mobil dan bertanya ke mana.

"Ke bandara, "

Ridho langsung mematikan kembali stater mobilnya saat Monika menjawab mau ke Bandara.

"Mau ke mana dan ada maksud apa kamu ngajak ke bandara? "

Monika lalu memperlihatkan aplikasi yang melayani pesan tiket bepergian lewst pesawat terbang di ponselnya.

Sontak Ridho pun terkaget-kaget sebab Monika tidak bicara sebelumnya.

"Kamu kok nggak bicara sebelumnya?" tanya Ridho.

Monika lalu menyalakan kunci stater moblnya dan menyeru Ridho untuk lanjut melajukan mobilnya sesuai alamat yang disebutkannya tadi.

"Ayo lanjut kemudikan!" seru Monika.

Ridho akhirnya paham kenapa Monika memaksa mengganti celana dalam di dalam mobil karna dia sudah merencanakan sesuatu yang dia tidak tahu.

"Tapi sayang, apa tidak kejauhan? Itu kan Lombok, Memangny nggak bisa apa misalnya ke Bandung atau Suksbumi. atau ke mana saja yang penting seputar Jakarta,"

Monika terkekeh lalu membisikkan sesuatu di telinga Ridho.

"Bukannya kamu senang ya honeymoon ke luar Jakarta? Sudah jangan munafik kamu nggak boleh nolak! Aku menginginkan suasana berduaan di hotel di pinggir pantai!" ungkap Monika.

Sambil menyetir mobil Ridho mengkhawatirkan kondisi Rani yang sempst sakit kala dia tinggalkan, terakhir komunikasi pun dia tidak sempat menanyakan kabarnya.

"Aduh bagaimana ini, aku bahagia di atas derita Rani . Aku nggak kebayang jika Rani tahu tentang ini, " gumam Ridho dalam batinnya.

Monika memantau ekspresi wajah suaminya tersebut, lalu dia mencolek pipinya manja sambil bertanya.

"Apa kamu tidak senang?"

Ridho terperanjat sebab dia tengah berada di dalam kekalutan antara harus menolak atau menerima ajakan Monika.

"Ngomong-ngomong kita Berap lama di sana? "

"Sepuasnya! "

Jawaban Monika semakin membuat batin Ridho terpukul sebab dia tidak bisa berbuat banyak jika ada apa-apa dengan Rani.

"Kok kamu seperti tidak senang lagi sih sayang?"

Ridho menutupi kegundahan hatinya dengan membalas ciuman Monika dengan ciumannya lagi.

"Apa kamu tidak punya agenda apapun sehingga memasang waktu sepuasnya di sana? "tanya Ridho penasaran.

Ridho dan Monika berbeda rasa namun ekspresi wajahnya djusahakan sama apalagi Ridho yang berat sekali harus keluar jauh dari Jakarta.

"Beban apa sayang? Dua kakakku sudah buang aku, istri kamu sudah aku kasih uang kan? Jadi alasan kita apa dengan manarget waktu?" Monika balik bertanya.

Ridho pura-pura paham mezki hatinya masih antara iya dan tidak.

"Dan ingat, ponsel kamu selama di sana harus dimatikan termasuk punya aku. Aku ingin fokus punya anak dari pernikahan kita Ini!"

Permintaan Monika semakin tambah berat, dia tidak tahu lagi harus dengan cara apa dia menghubungi Rani selama di Lombok.

"Oh ya, aku kan hafal nomornya! Nanti aku numpang saja telepon sama siapa aja ke di sana yang penting aku bisa mendengar suara Rani! "ide Ridho dalam benaknya.

Srjak idenya itu muncul ada kelegaan hatinya yang dia rasakan, kemudinya pun agak kencang Ridho kemudikan supaya cepat sampai ke Bandara.

Chapitre suivant